tirto.id - Polisi Turki bertindak agresif dengan menembakkan gas air mata dan menyemprotkan air dalam perkelahian massal yang pecah saat perayaan Hari Buruh Internasional, (01/05/2016), di Istanbul. Polisi Turki juga menahan beberapa orang dalam bentrokan yang terjadi saat rombongan pendemo berusaha memasuki titik sentral Lapangan Taksim yang diblokade oleh aparat.
Tembakan gas air mata dan semprotan air ditujukan kepada sekitar 150 orang yang berusaha menembus blokade polisi di Lapangan Taksim.
Lapangan yang sehari-hari menjadi daerah sibuk dan diwarnai keberadaan banyak kedai kopi dan hotel itu seluruhnya dipagari dan dijaga oleh polisi antihuru-hara dan polisi-polisi berbaju preman. Semua kendaraan umum menuju wilayah itu diperintahkan untuk tidak beroperasi.
Sejumlah 15.000 anggota polisi disiagakan untuk menjaga perayaan Hari Buruh Internasional di Istanbul. Kesiagaan ini ditujukan untuk mengantisipasi ancaman keamanan, mengingat Istanbul telah dua kali mengalami serangan teroris dari kelompok ISIS selama tahun ini.
Pengamanan Istanbul dijalankan dengan sangat ketat, dengan helikopter-helikopter yang hilir mudik di udara untuk mengawasi jalanan.
Seorang pria berusia 57 tahun dilaporkan tewas akibat ditabrak truk air milik kepolisian ketika sedang menyeberang jalan, menurut laporan stasiun televisi CNN Turki.
Lapangan Taksim semula akan dijadikan titik pemusatan aksi massa dalam Hari Buruh 2016. Namun, sejak peristiwa terbunuhnya puluhan demonstran pada “Hari Buruh paling berdarah” tahun 1977, lapangan itu ditutup. Lapangan itu dibuka kembali untuk menjadi tempat perayaan pada akhir tahun 2000-an namun akhirnya kembali ditutup pada 2013.
Lapangan Taksim terkenal sebagai titik utama unjuk rasa antipemerintah pada 2013. Saat itu, puluhan ribu orang berdemonstrasi menentang kepemimpinan Presiden Tayyip Erdogan, yang kemudian menjadi perdana menteri.
Sementara itu, ribuan orang dilaporkan terlibat dalam bentrokan dengan polisi dalam perayaan Hari Buruh di distrik Bakiryov.
Perkelahian ini dipicu saat polisI menangkap sejumlah warga pro-Kurdi anggota Partai Demokratik Rakyat (HDP), setelah mereka mengumandangkan kata-kata "Jayalah Kurdistan".
Penulis: Putu Agung Nara Indra
Editor: Putu Agung Nara Indra