Menuju konten utama

Polisi Sebut 79 Personil Terluka Saat Demo 4 November

Demonstrasi 4 November mulai ricuh ketika massa pendemo mulai terprovokasi yang disusul dengan penembakan gas air mata. Akibatnya, sebanyak 79 personil kepolisian terluka saat unjuk rasa mulai rusuh.

Polisi Sebut 79 Personil Terluka Saat Demo 4 November
Petugas kepolisian berjaga untuk mengamankan aksi 4 November di Kompleks Parlemen, Senayan Jakarta, Jumat (4/11). Para pengunjuk rasa yang sebelumnya berdemonstrasi di kawasan Monas mulai bergerak menuju Kompleks Parlemen untuk melanjutkan aksi menuntut pemerintah mengusut kasus dugaan penistaan agama dengan terlapor Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan.

tirto.id - Meski dilakukan sebagai aksi damai, demonstrasi 4 November lalu berujung dengan kericuhan. Terkait kerusuhan itu, Polda Metro Jaya menyebutkan ada 79 personil terluka saat unjuk rasa bertajuk"Aksi Damai Bela Islam Tegakkan Keadilan melalui Supremasi Hukum" itu berakhir.

"Yang menjalani perawatan inap di rumah sakit 11 orang," kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Awi Setiyono di Jakarta, Senin (7/11/2016).

Petugas kepolisian yang terluka, Awi menuturkan, sebagian besar karena terkena lemparan batu dan tusukan bambu pada bagian wajah, perut, serta anggota tubuh lainnya. Adapun sebanyak 11 petugas masih menjalani perawatan pada beberapa rumah sakit seperti RS Polri Kramatjati Jakarta Timur, Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto dan RS Pelni.

Sejauh ini menurut Awi, polisi masih menyelidiki pelaku yang melakukan tindak kekerasan tersebut dengan mengamati rekaman kamera tersembunyi. "Penyidik akan menindaklanjuti dan menyelidiki para tersangkanya," ujar Awi.

Awi menegaskan polisi telah bertindak sesuai prosedur tetap melalui peringatan lisan hingga mengunakan gas air mata untuk membubarkan massa yang tetap bertahan berunjuk rasa dan anarkis.

Sebelumnya, sebagaimana Antara melaporkan, kelompok Gerakan Nasional Pendukung Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI) berunjuk rasa menolak penistaan agama di sekitar Silang Monumen Nasional (Monas) Jakarta pada Jumat (4/11/2016) lalu .

Awalnya, aksi berjalan damai namun massa mulai anarkis selepas salat isya sehingga petugas melepaskan tembakan gas air untuk membubarkan konsentrasi pengunjuk rasa. Namun, Ketua GNPF-MUI Bachtiar Nasir beralasan, unjuk rasa yang melebihi pukul 18.00 itu karena perundingan delegasi massa dengan pihak Istana tidak berjalan dengan baik.

Perundingan, kata dia, dimulai dengan aspirasi juru runding GNPF-MUI untuk bertemu dengan Presiden Joko Widodo tetapi tidak dipenuhi Istana dan hanya ditemui wakil kepala negara. Kendati demikian, massa tetap dapat menahan diri untuk tidak ricuh.

“Namun dalam proses perundingan, seorang pria berbaju batik dan kaus putih hitam melakukan provokasi yang diikuti penembakan gas air mata,” jelas Bachtiar, seperti dilansir Antara, Sabtu (5/11/2016). Kericuhan kecil, imbuhnya, sebenarnya sudah mulai terjadi sebelum rombongan mobil komando tiba, antara massa yang terprovokasi dengan barikade polisi.

Dia mengungkapkan, FPI sendiri berusaha menjadi pagar pembatas antara massa tersebut dengan barikade polisi. Tidak lama setelah adzan Isya berkumandang, didapati petugas keamanan berupaya membubarkan massa dengan pasukan dan menembakkan gas air mata serta peluru karet.

Baca juga artikel terkait DEMO 4 NOVEMBER atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Hukum
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari