tirto.id - Polisi masih mencari keterangan dari jaringan Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) yang tersebar di Indonesia untuk mengetahui soal kerusuhan di Papua dan Papua Barat.
Kelompok itu diduga berkoneksi dengan United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) dan Komite Nasional Papua Barat (KNPB).
Namun, kata dia, Polisi membutuhkan waktu lebih untuk mengorek keterangan AMP lantaran keberadaan mereka tersebar di beberapa wilayah.
"Tidak bisa buru-buru (mencari keterangan) karena proses pemeriksaan berlangsung di semua tempat," ucap Karopenmas Mabes Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Jumat (6/9/2019).
Kepolisian, sambung dia, tak ingin ada fakta hukum terlewat maka harus teliti mengecek informasi.
Sementara itu, Menkopolhukam Wiranto menyatakan Ketua United Liberation Movement For West Papua (ULMWP), Benny Wenda, betul terlibat dalam demonstrasi anarkis di Papua dan Papua Barat.
"Dari pengamatan, persepsi aktual dari pengamatan Intelijen, memang ada konspirasi antara Benny Wenda dengan Komite Nasional Papua Barat (KNPB) dan Aliansi Mahasiswa Papua (AMP). Itu ada, bukan mengada-ada," ucap Wiranto di kantor Kemenko Polhukam, Kemarin (4/9/2019).
"Itulah yang mendorong terjadinya satu demonstrasi yang anarkis. Sudah jelas sekali, kok, sekarang terjawab adanya campur tangan (pihak) luar dan dalam," sambung dia. Ada persamaan mindset, lanjut Wiranto, ada juga rencana ihwal waktu pelaksanaan demonstrasi dan menentukan aksi anarkis maupun tidak anarkis.
Ia menambahkan, para aktor konspirasi ini diduga merencanakan mengacaukan kawasan Papua dan Papua Barat. Benny, KNPB, dan AMP, memiliki timbal balik dalam mencuatkan demo anarkis.
Wiranto menegaskan kewarganegaraan Indonesia Benny telah hilang lantaran lebih dari lima tahun ia menetap di Inggris tanpa melapor ke pemerintah Indonesia. Maka kondisi kehilangan status WNI sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
"Saat ini (Benny) telah menerima permanent residence dari pemerintah Inggris, diangkat menjadi warga kehormatan kota Oxford, bukan warga kehormatan Kerajaan Inggris," urai dia.
Penulis: Adi Briantika
Editor: Hendra Friana