Menuju konten utama

Pixel 3a: Google Pixel Versi Banting Harga

Pixel 3a berharga separuh Google Pixel 3.

Pixel 3a: Google Pixel Versi Banting Harga
Ponsel Google Pixel 3a ditampilkan di konferensi Google I / O di Mountain View, California, Selasa, 7 Mei 2019. (AP Photo / Jeff Chiu)

tirto.id - Android adalah sistem operasi milik Google, tapi istilah "hape Android" tidak otomatis terasosiasi dengan produk telepon Google. Di antara pelbagai sebab yang membikin perangkat keras Google tak populer, ada faktor harga yang kurang terjangkau. Besutan terakhirnya, Pixel 3, dibanderol $799 atau lebih dari 11 juta rupiah.

Namun, akhirnya Google memproduksi telepon "murah". Dalam konferensi Google I/O 2019, Pixel 3a dan Pixel 3a XL resmi dirilis. Harganya masing-masing $399 dan $479. Senior Vice President Device Google, Rick Osterloh, berpendapat harga itu “akan membuat orang jatuh cinta” terhadap Pixel.

Spesifikasinya cukup mumpuni. Pada dapur pacu, 3a menyematkan Snapdragon 670 sebagai System-on-Chip (SoC). Snapdragon 670, merupakan chip mid-level, yang selain digunakan pada 3a, juga digunakan oleh OPPO melalui R17 dan Vivo melalui Z3 dan X23.

Untuk kebutuhan grafis, Pixel 3a memanfaatkan Graphical Processing Unit (GPU) Adreno 615. Kombinasi SoC dan GPU itu didukung RAM sebesar 4 gigabita dan kapasitas penyimpanan seluas 64 gigabita.

Secara desain, Pixel 3a tampil sederhana. Tidak ada notch alias jambul maupun pop-up camera pada perangkat ini. Layarnya berukuran 5,6 inci, dengan rasio screen-to-body 75 persen. Di sisi lain, pada varian XL, layarnya berukuran 6 inci, dengan rasio screen-to-body 76,3 persen.

Untuk sistem operasi, Google lebih memilih menyematkan Android 9.0 alias Android Pie pada tubuh perangkat ini, meski Android Q telah lahir.

Spesifikasi modul-modul yang menyusun Pixel 3a mungkin memang mumpuni. Sayangnya, di tengah kompetisi penciptaan smartphone oleh berbagai produsen yang semakin cepat chip-nya, semakin besar RAM-nya, dan semakin luas penyimpanannya, Pixel akan sulit dilirik. Namun, sebagaimana ditulis Dieter Bohn pada The Verge, Pixel 3a (dan seri-seri Pixel terdahulu) punya keunggulan lain: kamera.

“Pixel 3a memiliki kamera yang sangat baik,” tulis Bohn.

Pixel 3a menggunakan modul kamera utama beresolusi 12,2 megapiksel dengan lensa berukuran 28mm dan bukaan f/1.8. Di bagian depan atau selfie camera, 3a mengusung modul beresolusi sebesar 8 megapiksel yang memanfaatkan lensa 24mm dengan bukaan f/2.0.

Selain modul kamera tersebut, Google menyematkan chip khusus, dengan 8 inti pemrosesan, untuk memproses foto. Itulah Google Visual Core, yang di dalamnya tertanam teknologi HDR+ dan RAISR (Rapid and Accurate Image Super-Resolution). HDR+ berguna untuk menghasilkan rentang cahaya yang banyak dalam sebuah foto. Sementara itu, RAISPR digunakan untuk memperbaiki digital zoom, yang umumnya menjadi celah paling busuk dunia kamera ponsel.

“Visual Core memberi kita kemampuan untuk memproses foto lima kali lebih cepat dibandingkan apapun,” kata Ofer Shacham, Technical Manager Visual Core kepada Wired.

Selain kekuatan modul perangkat keras, Pixel pun ditenagai kehebatan lain: machine learning. Dan teknologi bernama Night Sight akan membawa kehebatan machine learning untuk melakukan kerja pemrosesan grafis. Maka, memanfaatkan teknologi ini, daerah minim cahaya sekalipun akan tampak terang-benderang jika dipotret menggunakan kamera telepon Pixel.

Sayangnya, meski relatif murah dan menawarkan kehebatan mumpuni, masyarakat Indonesia harus legowo kemungkinan ponsel ini tidak masuk ke Indonesia secara resmi. Semua lini Pixel, baik Pixel (1st Generation), Pixel 2, dan Pixel 3, belum masuk secara resmi ke Indonesia. Hal ini kemungkinan terjadi juga pada Pixel 3a. Menurut laman resmi Google, Pixel 3a hanya akan menyambangi masyarakat di Australia, Kanada, Prancis, Jerman, India, Irlandia, Italia, Jepang, Singapura, Spanyol, Taiwan, Inggris, dan tentu saja Amerika Serikat.

Contoh Soal dari Google Bernama Nexus

“Ponsel ini, T-Mobile G1 akan menjangkau berbagai kalangan masyarakat,” cetus Peter Chou, co-founder HTC, yang pada 2008 bersama dengan Andy Rubin merilis ponsel Android pertama di dunia.

Android, proyek sistem operasi bentukan Andy Rubin, dimulai pada 2003. Dua tahun berselang, Google mengambil alih mainan Rubin ini. Hampir setahun selepas iPhone generasi pertama dirilis Apple, Google menyusul. Namun, tak seperti Apple yang mencipta OS dan teleponnya sendiri. Pada bagian telepon, Google mendelegasikan ke HTC.

“Kelahiran T-Mobile G1 akan menjadi tonggak perubahan yang mendasar bagaimana masyarakat mengkonsumsi internet,” kata Chou.

Di lain sisi, kemauan HTC membuat ponsel berbasis Android pertama di dunia ditanggapi Rubin sebagai “unjuk-gigi” Android pada dunia. “Pengembang bisa menggunakan ponsel ini sebagai platform, mereka bisa membangun atau memodifikasi sesuatu dari sini,” terang Rubin kala itu.

Sebelum 2010, tidak ada ponsel Android seutuhnya yang diciptakan Google. Google memilih mendelegasikan sistem operasi buatannya kepada banyak produsen. Yang paling untung ialah Samsung. Per kuartal 1-2019, Samsung menguasai 23,1 persen pangsa pasar. Alias pengambil porsi terbesar.

Karena mendelegasikan Android ke banyak produsen, sistem operasi ini punya cela: ada kesenjangan versi. Android paling baru, belum tentu dicicipi langsung oleh masyarakat. Misalnya, hingga kini, masih ada perangkat yang menggunakan Gingerbread atau Android 2.3. Jumlahnya, 0,3 persen dari total perangkat Android saat ini.

Artinya, bila kini ada 2,5 miliar Android aktif, ada 7,5 juta Android berbasis Gingerbread. Jumlah yang terhitung besar, setara dengan 5 persen total pengapalan iPhone pada kuartal 1-2019 ini. Padahal, Google kini telah merilis Android versi 10.0, Android Q.

Selain masalah kesenjangan versi, karena Android didelegasikan ke banyak produsen, ada banyak rentang spesifikasi di ponsel berjenis ini. Mulai dari yang murah meriah nan sederhana hingga yang mahal dan canggih.

Untuk membasmi dua masalah ini, Google memang perlu menciptakan ponsel Androidnya sendiri. Dan itu akhirnya terlaksana pada 2010. Bekerjasama, lagi-lagi, dengan HTC, Google merilis proyek Nexus: Nexus One.

Pemberitaan Wired pada 2009, yang mengutip sumber internal HTC, menyebut bahwa kerjasama dengan HTC dilakukan karena HTC tahu bagaimana membuat ponsel canggih, segmen yang kala itu belum dikuasai Google. Selain itu, HTC-lah produsen pertama yang mau bertaruh pada Android.

Nexus One merupakan ponsel Android pertama Google. Ponsel ini mengusung SoC Snapdragon berkekuatan 1 GHz, dengan layar berukuran 480 x 800 piksel dan RAM sebesar 512 megabita. Kala pertama meluncur, Januari 2010, Nexus One dijual seharga $530 atau varian kontrak operator seharga $180.

Chelsea Maughan, yang kala itu menjabat Communications Manager Google, menyebut bahwa Nexus One “ditujukan untuk mempertunjukkan bagaimana pengalaman terbaik menggunakan Android bisa dicapai.”

“Nexus One akan mendorong ekosistem Android ke arah yang lebih besar,” tegas Maughan.

Infografi Pixel 3A

Infografi Pixel 3A. tirto.id/Quita

Karena bertindak sebagai upaya menghilangkan berbagai sisi negatif Android, Nexus tidak dimaksudkan memperoleh untung. Ian Fogg, yang kala itu menjabat Director and Head of Mobile Telecoms Google, menyebut bahwa “Nexus adalah produk yang dirancang untuk menjadi pembawa standar Google untuk Android, bukan soal angka penjualan.”

Selepas bekerjasama dengan HTC menciptakan Nexus pertama, Google melanjutkan proyek ini ke produsen lain. Nama-nama seperti Samsung, LG, Motorola, Huawei, hingga Asus, pernah menjadi mitra Google dalam merilis Nexus.

Sayangnya, Nexus gagal. Dan Google ingin membuat ponsel yang 100 persen ciptaannya. Lahirlah Pixel. Dalam Laporan Keuangan Google 2018, Pixel disebut sebagai perangkat yang “menggabungkan yang terbaik dari AI, perangkat lunak, dan perangkat keras Google.”

Pixel nampak diposisikan mirip seperti yang dilakukan Nexus: menjadi patokan dari Google bagaimana ponsel Android yang seharusnya. Sayangnya, karena Pixel merupakan ponsel premium, keberadaan ponsel ini di tengah masyarakat minim. Dalam laporan keuangan Google pada kuartal 1-2019, Sundar Pichai, Kepala Eksekutif Google, menyebut bahwa penjualan Pixel menurun, tanpa merinci berapa besar penurunan itu.

Dalam laporan keuangan Google, Pixel masuk dalam kategori “Other.” Di kategori itu, ada Google Cloud, Google Play, dan perangkat-perangkat Google lainnya, misalnya Chromebook. Di laporan itu, terjadi kenaikan pendapatan. Pada 2018, Other menyumbang pendapatan sebesar $20 miliar bagi Google, meningkat dari $15 miliar setahun sebelumnya. Sumbangsih peningkatan paling banyak dilakukan Google Cloud, tanpa merinci lebih detail.

Pixel 3a, yang berharga lebih bersahabat, nampaknya ingin membalikkan peruntungan Pixel: lebih laku di pasaran.

Baca juga artikel terkait GOOGLE atau tulisan lainnya dari Ahmad Zaenudin

tirto.id - Teknologi
Penulis: Ahmad Zaenudin
Editor: Maulida Sri Handayani