tirto.id - General Electric (GE) baru saja mengumumkan restrukturisasi perusahaan. Mereka ingin menjadi perusahaan yang lebih “kecil dan sederhana”. Mereka juga mengumumkan pemangkasan dividen hingga setengahnya. Hasilnya, saham mereka langsung jatuh hingga 7 persen dalam sehari, atau merupakan yang terburuk sejak era krisis perumahan AS pada April 2009.
Pada perdagangan Senin (13/10/2017), harga saham GE sempat merosot hingga 8,5 persen sebelum akhirnya ditutup melemah 7,2 persen. Investor memberikan respons negatif atas pengumuman perusahaan terkait pemangkasan dividen dan restrukturisasi.
Kejatuhan saham GE terjadi setelah CEO John Flannery mengumumkan rencana restrukturisasi perusahaan, termasuk pengurangan dividen menjadi hanya 48 sen per saham untuk 2017. Berdasarkan rencana restrukturisasi perusahaan, pemotongan dividen itu dilakukan sebagai jalan untuk mencapai pertumbuhan ke depan.
“GE akan menjadi perusahaan yang lebih fokus pada industri,” ujar Flannery, dalam pengumumannya, seperti dilansir dari CNBC.
GE selanjutnya akan fokus pada sektor kesehatan, aviasi, dan energi. Saat ini, perusahaan memiliki jejaring bisnis yang meluas mulai dari media, jalur kereta api, kimia, mesin perkapalan, hingga investasi.
Demi fokus, GE akan menjual unit-unit bisnisnya senilai $20 miliar. Dana sebesar $3 miliar disiapkan untuk buyback saham. GE juga akan meminjam hingga $6 miliar untuk mengatasi kekurangan dana pensiun. Sebagai langkah penghematan, jumlah dewan direksi akan dikurangi dari 18 menjadi 12 orang.
Semua langkah-langkah restrukturisasi tersebut ditempuh untuk mengembalikan lagi kejayaan GE sebagai salah satu perusahaan terbesar di dunia. Saat ini, GE berada di peringkat ke-26 dalam daftar Fortune 500. Perusahaan yang berbasis di Boston, AS itu tercatat memiliki 295.000 karyawan.
GE merupakan gabungan dari dua perusahaan yang sempat bersaing yakni Edison General Electric Company yang dibangun oleh Thomas Alva Edison pada 1890 dan Thomson-Houston Company. Keduanya bergabung pada 1892. Edison kabarnya tidak menyetujui merger itu. Ia kemudian menarik diri dari bisnis dan kembali ke laboratorium. Meski Edison sudah tidak terlibat, orang-orang di GE masih mengadopsi ide-ide besarnya. Misalnya, GE membangun laboratorium riset pertamanya di Schenectady New York pada 1900. Laboratorium inilah yang menghasilkan sejumlah inovasi.
Baca juga: Bagaimana Thomas Alva Edison Bisa Memiliki 1093 Hak Paten?
Secara perlahan, bisnis GE terus tumbuh di berbagai sektor. Masa kejayaan GE sempat terukir saat dipimpin Jack Welch. Welch dikenal karena sukses melakukan transformasi GE dari sebuah perusahaan bola lampu pijar dan peralatannya, menjadi sebuah kerajaan bisnis. Di bawah Welch, bisnis GE tersebar hingga peralatan rumah tangga, AC, hingga semikonduktor.
Selama 20 tahun dipimpin Welch, laba GE meningkat dari sebelumnya $1,6 miliar menjadi $10,7 miliar pada 1999. Ketika itu, pendapatan GE menembus $110,8 miliar.
Jack Welch kemudian diganti oleh Jeff Immelt. Ia memimpin GE selama 16 tahun, sebelum akhirnya digantikan oleh Flannery menyusul terus turunnya kinerja perusahaan.
Immelt merupakan pemrakarsa perubahan GE dari sektor jasa ke inti bisnis industri. Sayangnya, kinerja GE tidak membaik, salah satunya disebabkan karena harga energi yang terus turun. Harga saham GE terus turun, secara total mencapai 30 persen sejak Immelt menjadi CEO pada September 2001.
Immelt mengambil keputusan penting bagi GE, saat menjual unit bisnis keuangan GE dan fokus pada bisnis industri. GE melepas bisnis keuangannya kepada Wells Fargo. Untuk memperbesar fokus GE, Immelt mengakuisisi perusahaan energi Alstom senilai $10 miliar. Harapannya, kinerja perusahaan akan semakin membaik.
Sayangnya, pendapatan dari operasional industri justru turun dari sekitar $11,6 miliar pada 2016 menjadi $7 miliar pada 2017 (proyeksi). Pendapatan diperkirakan baru membaik menjadi $9-10 miliar pada 2018.
Kejatuhan saham pada 13 November 2017, bukan yang pertama kalinya terjadi. Pada 20 Oktober lalu, saham GE juga sempat jatuh hingga 8 persen setelah mengumumkan laporan keuangan. Pada kuartal III-2017, Pendapatan per saham GE turun 9 persen menjadi 29 sen, meski pendapatan tumbuh 14 persen menjadi $33,47 miliar. Analis memperkirakan kenaikan menjadi 49 sen.
Flannery dalam wawancaranya dengan CNBC sebelumnya menyebut kondisi keuangan GE pada tahun ini “mengerikan”.
“Saya benar-benar menghabiskan 90 hari untuk review perusahaan yang sangat melelahkan,” ujarnya.
Saham GE yang sempat jatuh memang sempat membaik. Investor menunggu detail dari rencana restrukturisasi perusahaan, termasuk pembagian dividen. Hasilnya ternyata memang membuat investor terkaget-kaget sehingga harga saham GE kembali jatuh.
Meski mendapat respons yang tidak baik, Flannery bersikeras bahwa langkah-langkah tersebut diperlukan untuk membuat GE pulih.
“Kami tahu apa yang harus kami lakukan, dan inilah waktunya,” jelas Flannery, seperti dilansir dari Financial Times.
Penulis: Nurul Qomariyah Pramisti
Editor: Suhendra