Menuju konten utama

PHRI Keluhkan Tingginya Tarif Pesawat yang Berimbas ke Hotel

Tingginya tarif bagasi yang diberlakukan maskapai penerbangan berimbas pada penurunan kunjungan wisata dan okupansi hotel di daerah.

PHRI Keluhkan Tingginya Tarif Pesawat yang Berimbas ke Hotel
Tampilan eksterior yang nyama dari tipe butik hotel. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Tingginya tarif bagasi yang diberlakukan maskapai penerbangan berimbas pada penurunan kunjungan wisata dan okupansi hotel di daerah. Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Hariyadi Sukamdani mengamini bahwa langkah itu merupakan bentuk disinsentif bagi industri pariwisata.

Belum lagi, mahalnya harga bagasi itu juga diperburuk dengan kehadiran tiket pesawat yang relatif lebih mahal dari biasanya.

Hariyadi mengatakan bila tak kunjung mencapai titik temu, maka tidak hanya industri wisata yang akan menderita, tetapi industri penerbangan juga. Sebab dampak penurunan wisatawan dianggap sebagai cerminan dari efek yang juga dialami oleh pihak maskapai penerbangan.

"Ini mulai ada pengaruh (ke industri perhotelan). Lalu untuk perusahaan penerbangan juga rugi karena (pemumpang) mereka juga turun (jumlahnya). Akhirnya semua akan menderita," Hariyadi ketika dihubungi Reporter Tirto pada Rabu (31/1).

Terkait dampak pada industri perhotelan, saat ini Hariyadi memastikan dampaknya terjadi secara menyeluruh di berbagai tempat wisata. Meskipun demikian ia belum dapat merinci detailnya. Menurutnya hal itu perlu diamati paling tidak 1 bulan ke depan secara month to month.

Sinyal penurunan yang mulai terjadi saat ini, kata Hariyadi tetap tidak dapat diabaikan. Sebab tidak menutup kemungkinan bila tren penurunan ini dapat terus berlanjut dalam jangka panjang.

"Menuju turun ya. Kami amati ini udah mulai turun (okupansi hotel). Trennya udah menurun," ucap Hariyadi.

Hariyadi pun mendesak pemerintah dan lembaga terkait agar meninjau kebijakan itu lebih lanjut. Menurutnya, avtur yang menjadi alasan dibalik naiknya tarif maskapai merupakan hal yang dapat ditindaklanjuti pemerintah.

"Memang harus ditindaklanjuti lagi kebijakan itu," ucap Hariyadi.

Pernyataan serupa juga diungkapkan Kepala Biro Komunikasi Publik Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Guntur Sakti, menurutnya kebijakan bagasi berbayar yang diberlakukan sejumlah maskapai penerbangan menyebabkan penurunan jumlah wisatawan di daerah.

"Kebijakan bagasi berbayar ini menurunkan jumlah penumpang pesawat dan menyebabkan pembatalan perjalanan oleh wisatawan di beberapa tempat," kata Guntur.

Guntur mengatakan sekitar 30-40 persen pengeluaran wisatawan diisi oleh kebutuhan transportasi. Hal ini diyakini akan menjadi masalah bila persentase itu naik hingga 80 persen dari total pengeluarannya.

Guntur mengatakan okupansi hotel juga terpengaruh dengan kebijakan ini. Ia memperkirakan telah terjadi angka penurunan yang cukup signifikan di berbagai destinasi.

"Travel agent misalnya saat ini ragu bahkan tidak berani menjual paket," ucap Guntur.

Baca juga artikel terkait HARGA TIKET PESAWAT atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Nur Hidayah Perwitasari