tirto.id - Perusahaan penyedap rasa asal Jepang Ajinomoto Co. mengembangkan teknologi pendeteksi kanker yang diberi nama Amino Index Risk Screening atau AIRS.
Berdasarkan rilis resmi Ajinomoto Co yang diterima Tirto Senin (21/1/2019) pendeteksi kanker AIRS memanfaatkan teknologi asam amino.
"Berdasarkan sejarah panjang penelitian Ajinomoto terhadap asam amino, diketahui bahwa keseimbangan konsentrasi asam amino dalam darah berubah untuk menunjukkan tingkat kesehatan seseorang," kata PR - Communication Yayah Hoeriyah dalam rilis persnya.
Hal ini, lanjutnya, kemudian mengarah ke pengembangan teknologi pemeriksaan kanker praktis, yang dapat meningkatkan kemungkinan pendeteksian bila digabungkan dengan tes pemeriksaan lainnya.
Penggunaan teknologi ini pun diyakini Ajinomoto akan mempermudah dokter dan pasien dalam pencehgahan dan mampu mendeteksi kanker. Nantinya, dokter akan mengambil darah pasien sebanyak 5 ml setiap pemeriksaan. Darah itulah yang lalu diperiksa menggunakan teknpologi asam amino.
Teknologi AIRS dinilai mampu mendeteksi kanker perut, kanker paru-paru, kanker usus besar, kanker pankreas, dan kanker prostat pada pria.
Sedangkan pada perempuan, alat ini akan memeriksa kanker perut, kanker paru-paru, kanker usus besar, kanker pankreas, kanker payudara, dan kanker Rahim atau ovarium.
"Pemeriksaan kesehatan secara rutin telah menjadi tren di masyarakat, termasuk di negara Jepang. Kondisi inilah yang dinilai Ajinomoto membuat usia masyarakat Jepang lebih panjang. Di Jepang, pemeriksaan massal diberikan kepada setiap siswa di sekolah, karyawan di kantor, serta setiap orang dalam sistem perawatan kesehatan universal komunitas dan pemerintahan setempat. Di negara lain, pemeriksaan kesehatan sering kali hanya diminta oleh mereka yang secara khusus mementingkan kesehatannya, sedangkan di Jepang, ini merupakan suatu aturan," tuturnya.
Ia menjelaskan perilaku tersebut mempengaruhi GDP negara Jepang. Menurutnya, setiap tahun, Jepang hanya menghabiskan 10% dari GDP negara dibandingkan dengan Amerika Serikat yang menghabiskan 17%. Semakin rendah GDP negara terkait kesehatan, maka semakin sehat masyarakat sebuah negara tersebut.
Sementara itu, menurut Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Dr Daeng M Faqih, SH, MH, pemeriksaan kesehatan memang harus ditingkatkan di tengah masyarakat, khususnya Indonesia. Melalui pemeriksaan kesehatan yang rutin dilakukan, masyarakat akan bisa mengantisipasi dan mendeteksi penyakit-penyakit berbahaya, seperti kanker.
“Kita harus mendorong masyarakat untuk melek terhadap pemeriksaan kesehatan. Jangan sampai baru terasa sakit, barulah mendatangi dokter. Sebaik-baiknya adalah pencegahan dari pada penanggulangan,” tutupnya.
Editor: Maya Saputri