Menuju konten utama

Pertumbuhan Ekonomi India Terancam Jatuh

Status India yang menyalip Cina sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia tahun ini diprediksikan jatuh setelah penarikan nominal besar mata uang rupee yang berimbas pada aktivitas bisnis di sana.

Pertumbuhan Ekonomi India Terancam Jatuh
Warga Kolkata, India mengatre menarik uang di ATM. REUTERS

tirto.id - Status India yang menyalip Cina sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia tahun ini diprediksikan jatuh setelah penarikan nominal besar mata uang rupee yang berimbas pada aktivitas bisnis di sana.

CNN Money memerkiran keputusan mengejutkan India untuk menarik nominal 500 rupee dan 1.000 rupee edisi lama–terhitung sekitar 86% dari sirkulasi uang tunai—akan memangkas lebih dari 1% dari peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) yang saat ini menyentuh angka 7,1%.

“Penurunan 3% dalam tingkat pertumbuhan (saat ini) tidak akan mengejutkan saya,” ujar Pronab Sen, mantan kepala statistik India seperti dilansir CNN Money, Jumat (25/11/2016).

Jika penurunan terjadi, hampir dipastikan India kembali dikalahkan Cina dalam status negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia.

"Dampak pada pertumbuhan PDB jelas akan menjadi negatif dalam jangka pendek," kata Thomas Rookmaaker dari Fitch Ratings.

Rookmaaker juga menambahkan tingkat penderitaan ekonomi nasional dapat dilihat dari seberapa lama proses penarikan terhadap uang tunai terjadi.

Sayangnya, hal itu tidak menunjukkan tanda-tanda berakhir dalam waktu dekat. Menurut Reserve Bank of India (RBI), lebih dari 5 triliun rupee ($ 74 miliar) dalam bentuk tunai lama telah ditarik sejak pengumuman mendadak Perdana Menteri Narendra Modi pada 8 November.

Sejauh ini, hanya 1 triliun rupee ($ 15 miliar) yang telah diganti dengan edisi baru nominal 500 dan 2.000 --setara dengan hanya 7% dari nilai tunai. Nominal ini terlalu kecil untuk dijadikan standar penarikan di ATM, dan proses refitting mesin akan memakan waktu berminggu-minggu.

Pemerintah India telah memberikan batas waktu 50 hari—sampai 30 Desember 2016—untuk menukar uang edisi lama. Bagi masyarakat India, yang mana 90% transaksi dilakukan secara tunai, kasus ini adalah guncangan yang besar.

"Tidak tersedianya nominal dan diberlakukannya pembatasan penarikan telah membuatnya sulit untuk melakukan transaksi, bahkan bagi mereka yang memiliki kekayaan yang sah," ujar Pranjul Bhandari, kepala ekonom India untuk HSBC.

Menurut Institute of International Finance, sektor seperti ritel, konstruksi, dan real estate India sangat bergantung pada uang tunai dan berkontribusi sekitar 30% dari PDB. Kejadian ini bisa menurunkan angka pertumbuhan di sektor tersebut lebih dari 2% selama dua kuartal berikutnya.

“Dampak ekonomi mungkin akan surut setelah pasokan nominal baru meningkat," kata Shilan Shah, Ekonom Capital Economics.

“Ini sangat mungkin terjadi mengingat bahwa itu adalah refleksi yang cukup kuat dari gerakan anti-korupsi pemerintah," tambahnya.

Baca juga artikel terkait INDIA atau tulisan lainnya dari Mutaya Saroh

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Mutaya Saroh
Penulis: Mutaya Saroh
Editor: Mutaya Saroh