Menuju konten utama

Pertarungan Nike & Adidas di Piala Dunia 2018

Piala Dunia 2018 kembali jadi ajang pertarungan Adidas dan Nike. Bagaimana dengan Puma?

Pertarungan Nike & Adidas di Piala Dunia 2018
Ilustrasi Adidas VS Nike diajang Piala Dunia 2018 Rusia. FOTO/AP

tirto.id - “Sepakbola adalah DNA perusahaan kami,” kata Herbert Hainer, Chief Executive Officer Adidas, pada Joern Poltz, reporter Reuters. “Kami ingin menunjukkan dengan jelas bahwa kamilah yang jadi nomor satu di dunia sepakbola.”

Adidas tak main-main untuk urusan sepakbola. Laporan The Guardian mengungkapkan perusahaan yang didirikan Adolf Dassler pada Juli 1924 dengan nama asal Gebrüder Dassler Schuhfabrik “telah menggelontorkan ratusan juta dolar, termasuk antara US$96 juta dan US$176 juta bagi Piala Dunia tahun ini, untuk memperoleh hak eksklusif menempatkan logo mereka di bola dan seragam wasit Piala Dunia” sejak 20 tahun lalu.

Namun, untuk benar-benar menjadikan sepakbola sebagai DNA perusahaan tentu tidak mudah, termasuk saat momen Piala Dunia. Adidas mesti bertarung dengan perusahaan peralatan olahraga lain. Dari 32 tim yang lolos putaran final Piala Dunia 2018 di Rusia, ada New Balance, Umbro, Erra, Hummel, Uhlsport, dan Romai yang masing-masing jadi sponsor antara satu atau dua tim nasional.

Selain itu ada Puma, saudara Adidas yang didirikan Rudolf Dassler pada 1948 silam itu menjadi sponsor empat tim peserta putaran final Piala Dunia 2018. Masing-masing negara yang disponsori Puma ialah Uruguay, Swiss, Serbia, dan Senegal.

Dari empat tim yang disponsori, Uruguay jadi tim favorit. Nama-nama pemain tenar seperti Luis Suarez hingga Edison Cavani, jadi andalan Puma mempopulerkan logo mereka. Demi meloloskan logo di jersey Uruguay, Puma harus merogoh kocek senilai US$5 juta untuk kontrak tujuh tahun. Namun, jika berkaca pada jumlah dan negara-negara besar yang disponsori, Nike, perusahaan perlengkapan olahraga asal Amerika Serikat, jadi batu sandungan terbesar Adidas.

Adidas mensponsori 11 tim finalis Piala Dunia 2018 antara lain: Argentina, Belgia, Kolombia, Mesir, Jerman, Jepang, Meksiko, Maroko, Rusia, Spanyol, dan Swedia. Sementara itu, Nike menempel ketat dengan menjadi sponsor 10 tim nasional: Australia, Brasil, Kroasia, Inggris, Perancis, Nigeria, Polandia, Portugal, Arab Saudi, dan Korea Selatan.

Menjadi sponsor tim nasional peserta Piala Dunia bukan perkara murah. Atas kerjasamanya dengan tim nasional Jerman, Adidas harus merogoh US$37 juta per tahun. Pada tim nasional Argentina, Adidas mesti merogok kocek senilai US$11 juta tiap tahun, untuk kerja sama yang mereka sepakati berakhir pada Desember 2022.

Senada dengan Adidas, Nike pun melakukan kerja sama yang tak murah dengan para peserta Piala Dunia yang jadi mitranya. Pada tim nasional Inggris misalnya, dari kerja sama yang mereka sepakati hingga 2030, Nike wajib membayar juara Piala Dunia 1966 itu sebesar £400 juta. Pada tim nasional Perancis, dengan kontrak hingga 2026, Nike membayar €38 juta tiap tahun.

“Kerja sama dengan Nike menunjukkan komitmen perusahaan tersebut pada tim nasional kami, dunia sepakbola amatir Perancis, dan federasi sepakbola. Ini menunjukkan nilai sepakbola di negara ini,” kata Noel Le Graet, Presiden FFF, federasi sepakbola Perancis.

Cari Untung di Piala Dunia

Piala Dunia diibaratkan sebagai billboard raksasa yang bisa dilihat banyak manusia di Bumi. Pada gelaran Piala Dunia 2014, tayangannya ditonton 3,2 miliar manusia, hampir setengah populasi Bumi yang kini mencapai angka 7,6 miliar jiwa. Pada saat partai final, yang mempertemukan Jerman dan Argentina, ada 1 miliar orang yang menonton.

Jumlah penonton yang besar jadi daya tarik tersendiri, terutama bagi Adidas dan Nike, yang logonya terpampang di banyak titik: jersey tim nasional, seragam wasit, bola resmi, hingga papan-papan iklan.

Andreas Inderst, analis dari Macquarie Group, sebagaimana diwartakan The Guardian, mengungkapkan menjadi sponsor tim peserta Piala Dunia akan mendapatkan untung terutama melalui penjualan jersey.

“Saat Piala Dunia dimulai, ini adalah saat untuk bisnis jersey (kaos sepakbola) karena banyak suporter membeli jersey untuk mendukung tim favorit mereka,” katanya.

“Jika Anda pergi ke Jerman dan menonton Piala Dunia, katakanlah di Berlin dengan jutaan penonton layar raksasa, di sana akan terlihat banyak orang memakai jersey tim nasional Jerman. Kalian tidak akan ke sana menggunakan sepatu sepakbola (berlogo Adidas atau Nike) kan?” lanjut Inderst.

Dalam laporan tahunan, di 2010 dan 2014, saat berlangsungnya Piala Dunia, Adidas selalu untung. Pada 2010, berbagai produk yang mereka cap “sepakbola” memperoleh pendapatan €175,1 juta. Naik dibandingkan 2009 yang memperoleh pendapatan sebesar €141,2 juta.

Di 2014, segmen “apparel,” segmen yang membawahi jersey sepakbola, memperoleh penjualan bersih €6,297 miliar, meningkat dari tahun 2013 yang memperoleh penjualan bersih sebesar €5,811 miliar.

Namun ini tidak berlaku bagi Nike. Pada Piala Dunia 2010, saat Piala Dunia diadakan di Afrika Selatan, pendapatan dari segmen “apparel” hanya US$5,036 miliar, menurun dibandingkan 2009 sebesar US$5,244 miliar. Secara keseluruhan, pendapatan Nike turun 1 persen saat Piala Dunia 2010, dari US$19,17 miliar di 2009 menjadi US$19,01 miliar. Pada 2014, ketika Piala Dunia berlangsung di Brasil pendapatan “apparel” Nike meningkat 8 persen, dari US$7,491 miliar di 2013 menjadi US$8,109 di 2014.

Kini, dengan penjualan yang mencapai US$5 miliar bagi produk berlabel “sepakbola” gabungan antara Adidas dan Nike, capaian kapital keduanya ditunggu usai Piala Dunia.

infografik adidas vs nike

Antara Ronaldo dan Messi

Sepakbola bukan hanya Piala Dunia. Dalam fragmen yang lebih kecil dari turnamen, ada pesepakbola yang bisa dijadikan “billboard” bagi Adidas dan Nike. Adidas merupakan sponsor Lionel Messi, bintang Barcelona FC dan tim nasional Argentina. Sementara itu, Nike ialah sponsor Cristiano Ronaldo, bintang Real Madrid dan tim nasional Portugal.

Lionel Messi dikontrak Adidas dengan nilai $3,34 juta tiap tahun. Sementara Cristiano Ronaldo, langsung diberi mahar $1 miliar oleh Nike. Meskipun terasa sangat mahal, kucuran dana dua perusahaan apparel itu sebanding dengan apa yang mereka terima.

Sebagaimana dilaporkan Goal, pada 2016 lalu, Ronaldo diperkirakan memberikan pendapatan senilai lebih dari $500 juta pada Nike. Alasannya, si bintang yang memiliki 260 juta pengikut di Facebook, Twitter, dan Instagram, sukses menciptakan 2,25 miliar interaksi dari postingan yang diunggahnya, yang mengandung logo Nike. Di sisi lain, Lionel Messi hanya memberikan pendapatan bagi Adidas sebesar US$53,5 juta, masih kalah bila dibandingkan dengan Ronaldo. Capaian Ronaldo tak terlalu mengherankan. Laporan Repucom, firma analisis, menempatkan pemain berjuluk CR7 itu sebagai pemain paling bernilai di dunia.

Yang menarik, saat Ronaldo disponsori oleh Nike dan Messi oleh Adidas, tapi dua klub yang mereka bela berlainan sponsor. Real Madrid justru disponsori Adidas, sedangkan FC Barcelona disponsori Nike. Kurt Badenhausen, dalam tulisannya di Forbes, mengatakan Ronaldo memberi keuntungan $216 juta pada Adidas, sementara Messi memberi Nike pundi-pundi sebesar $111 juta.

Keputusan merek papan atas mensponsori sepakbola memang tidak murah. Namun, Adidas dan Nike memperoleh keuntungan dari gelontoran uangnya.

Baca juga artikel terkait PIALA DUNIA 2018 atau tulisan lainnya dari Ahmad Zaenudin

tirto.id - Marketing
Penulis: Ahmad Zaenudin
Editor: Suhendra