tirto.id - PT Pertamina mencatat selama tahun 2019 terdapat peningkatan penjualan produk BBM non subsidi jenis Pertalite menjadi 55 persen. Nilai itu relatif lebih tinggi dari capaian 2017 yang hanya berkisar 44 persen dari total penjualan BBM gasoline.
“Tahun 2019 kami berupaya mengendalikan produk penugasan jadi mengalihkan itu ke produk Pertalite. Penjualannya naik dari 44 persen di 2017 jadi 54 persen,” ucap Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko Pertamina Heru Setiawan dalam rapat dengar pendapat di Komisi VI DPR RI, Senin (3/2/2020).
Pertamina menyatakan peningkatan ini menandakan lebih banyak masyarakat yang menggunakan BBM yang lebih komersil alih-alih Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP) seperti Premium. Melansir data Pertamina, penjualan produk JBKP Premium pada 2017 yang berkisar 38 persen menjadi 33 persen di 2019.
Selama 2017, JBKP Premium hanya dijual di luar Jawa, Madura, Bali. Namun, pada 2018 jenis BBM ini kembali lagi dengan penugasan pemerintah.
“Ini dorongan mengendalikan belanja negara convert ke BBM yang lebih komersil,” ucap Heru.
Menariknya, saat porsi penggunaan Pertalite naik, penjualan BBM non subsidi jenis Pertamax turun. Pada 2017, persentasenya mencapai 17 persen dan pada 2019 hanya tersisa 11 persen atau menyusut 6 persen.
Penyusutan penjualan Pertamax ini relatif lebih besar dari penyusutan penjualan Premium yang hanya berkisar 5 persen. Dengan demikian, kenaikan penjualan Pertalite selama 2019 tidak hanya disumbang oleh Premium saja tetapi juga penurunan konsumsi Pertamax.
Dari volume total penjualan BBM gasoline keseluruhan terdapat prognosa angkanya sekitar 70 juta kilo liter sepanjang 2019. Nilai ini stagnan dibanding tahun 2018 yang sama-sama menjual 70 juta kilo liter meski sedikit lebih tinggi dari 2017 yang menjual 67 juta kilo liter.
Menurut Heru, kenaikan justru terjadi pada penjualan produk non-fuel berupa keluaran petrokimia. Nilainya naik dari 16 juta kilo liter menjadi 17 juta kilo liter di 2019.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Maya Saputri