tirto.id -
"Mudah-mudahan siang ini (ada keputusannya)," kata Khamid.
Ia menambahkan, penyesuaian harga bahan bakar pesawat terbang tersebut dilakukan setelah Pertamina meninjau harga Avtur. "Ini tim sedang bekerja mudah-mudahan satu dua jam lagi nanti ada rilis. Nanti kita lihat setelah hasil evaluasinya teman-teman," tutur dia.
Rencana Pertamina ini muncul setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyinggung soal harga avtur yang tinggi sehingga menyebabkan tarif tiket pesawat ikut naik.
Menurut Jokowi, harga avtur seharusnya bisa dikontrol lantaran hanya ada pemain tunggal di Indonesia, yakni Pertamina. Jika PT Pertamina tidak dapat menekan harga avtur semurah di internasional, kata Jokowi, mau tidak mau pemerintah harus membuka masuknya pemain baru dalam bisnis avtur.
Terkait penyesuaian tarif tersebut, Masud memastikan bahwa kinerja keuangan Pertamina tak akan terganggu. Sebab, kekurangan penjualan produk di sisi hilir bisa dikompensasi dari penjualan crude oil atau di sisi hulu.
"Pertamina itu kan integrated oil & gas company. Keuntungan itu bisa dari hulu bisa dari hilir bisa dari lifting dari hilir penjualan selisih pembelian crude sehingga variabelnya itu variabel satu harga crude kedua kurs yang ketiga efisiensi operasional di operasi-operasi," jelas dia.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati juga menyinggung bahwa Kemenkeu masih menunggu hasil tinjauan ulang Pertamina terkait dengan harga avtur sebelum mengeluarkan bantuan lewat instrumen fiskal.
Salah satu yang jadi fokus dalam penyesuaian harga avtur tersebut, kata dia, adalah besaran PPN 10 persen yang dianggap membuat harga avtur menjadi lebih mahal.
"Nanti Pertamina biar direview aja, nanti kita lihat kalau ada implikasinya," tutur mantan direktur pelaksana Bank Dunia tersebut.
Penulis: Hendra Friana
Editor: Agung DH