Menuju konten utama

Pernikahan Adat Palembang: Rangkaian Acara dan Perlengkapannya

Berikut ini rangkaian acara pernikahan adat Palembang dan sejumlah perlengkapan busananya.

Pernikahan Adat Palembang: Rangkaian Acara dan Perlengkapannya
(Ilustrasi) Ritual Pernikahan Adat Palembang. (FOTO/iStockphoto)

tirto.id - Pernikahan adat Palembang melewati rangkaian acara yang panjang, mulai dari perkenalan calon pengantin hingga diakhiri dengan nganter penganten. Selain itu, pernikahan adat Palembang juga menggunakan sejumlah perlengkapan adat dengan makna filosofis tertentu.

Prosesi pernikahan adat Palembang bahkan dimulai jauh-jauh hari sebelum acara inti berlangsung. Secara garis besar, rangkaian acara pernikahan adat palembang terbagi dalam 3 tahap. Ketiganya adalah pra-pernikahan, pernikahan, dan setelah akad nikah.

Dalam pernikahan adat Palembang, keluarga dari mempelai perempuan memiliki peran dominan. Sebab, sebagian besar acara diatur oleh keluarga pengantin perempuan.

Adapun keluarga laki-laki lebih banyak terlibat dalam rangkaian acara pasca-pernikahan inti atau di saat semua prosesi pernikahan telah rampung.

Rangkaian Acara Pernikahan Adat Palembang

Untuk lebih mengenal pernikahan adat Palembang, seperti dikutip dari berbagai sumber, berikut ini rangkaian prosesi acaranya mulai dari tahap sebelum hingga sesudah pernikahan:

1. Pra Pernikahan

a. Milih Calon

Milih calon merupakan prosesi yang dapat diajukan oleh anak ataupun orang tua. Jika dicalonkan orang tua, anak akan memilih satu dari sejumlah calon.

b. Madik

Dalam bahasa Jawa Kawi, Madik berarti pendekatan. Madik merupakan suatu proses "penyelidikan" atas seorang gadis yang dilakukan oleh utusan pihak keluarga pria. Tujuannya untuk perkenalan, mengetahui asal usul dan silsilah keluarga masing-masing, serta memastikan gadis tersebut belum ada yang meminang.

c. Menyengguk

Menyengguk dalam bahasa Jawa Kuno memiliki arti memasang "pagar" agar gadis yang dipilih tak diganggu oleh sengguk (sebangsa musang, sebagai kiasan tidak diganggu perjaka lain). Prosesi ini dilakukan setelah Madik dianggap berhasil.

Keluarga besar pria mengirimkan utusan resmi kepada keluarga mempelai wanita. Utusan tersebut membawa tenong atau sangkek terbuat dari anyaman bambu berbentuk bulat maupun segi empat berbungkus kain batik yang berisi sejumlah bahan makanan, semacam telor, terigu, mentega, dan lain sebagainya. Isi pemberian sesuai keadaan keluarga si gadis.

d. Ngebet

Di tahap ini, keluarga dari pihak laki-laki berkunjung dengan membawa tenong sebanyak 3 buah. Masing-masing berisi terigu, gula pasir, dan telur itik. Pertemuan ini sebagai tanda bahwa kedua belah pihak keluarga telah "nemuke kato" serta sepakat bahwa gadis telah 'diikat' oleh sang pria.

Utusan keluarga laki-laki juga memberi bingkisan pada pihak wanita berupa kain, bahan busana, ataupun benda berharga sebentuk cincin, kalung, dan gelang tangan. Hal itu dilakukan sebagai tanda keseriusan atau pengikatan.

e. Berasan

Berasan berasal dari bahasa Melayu yang artinya bermusyawarah, untuk menyatukan dua keluarga menjadi satu keluarga besar. Pertemuan dua pihak keluarga ini dimaksudkan untuk menentukan yang diminta oleh keluarga perempuan dan apa yang akan diberikan oleh pihak pria.

Calon mempelai perempuan berkesempatan diperkenalkan kepada keluarga pria. Biasanya suasana berasan penuh dengan pantun dan basa-basi.

Lalu terdapat jamuan makan dan setelahnya kedua belah pihak keluarga telah bersepakat tentang segala persyaratan perkawinan susai adat maupun agama. Lantas, ditetapkan hari berlangsungnya acara "mutuske kato."

Dalam tradisi adat Palembang, dikenal beberapa persyaratan dan tata cara perkawinan yang harus disepakati, baik secara agama maupun adat istiadat.

Untuk tata cara adat, ada beberapa pilihan seperti adat Berangkat Tigo Turun, adat Berangkat duo Penyeneng, adat Berangkat Adat Mudo, adat Tebas, atau adat Buntel Kadut. Adat-adat itu memiliki perlengkapan masing-masing.

f. Mutuske Kato

Di tahap ini, dua pihak keluarga akan membuat keputusan dalam hal yang berkaitan dengan "hari ngantarke belanjo," hari pernikahan, saat Munggah, Nyemputi dan Nganter Penganten, Ngalie Turon, Becacap atau Mandi Simburan,dan Beratib.

Bagi kalangan muslim, lazimnya dipilih bulan-bulan Islam yang dipercaya memberi barokah bagi kedua mempelai kelak, yakni bulan Robiul Awal, Robiul Akhir, Jumadilawal, Jumadilakhir.

Pada saat 'mutuske kato,' rombongan keluarga pria mendatangi kediaman keluarga wanita dengan membawa 7 tenong yang berisi gula pasir, terigu, telur itik, pisang, hingga buah-buahan.

Keluarga pria juga menyerahkan persyaratan adat yang telah disepakati di acara berasan. Sebagai contoh, dalam adat Duo Penyeneng, keluarga pria menyerahkan pada keluarga gadis dua lembar kemben tretes mider, dua lembar baju kurung angkinan, dan dua lembar sewet songket cukitan.

Acara "mutuske kato" ditutup dengan doa. Disusul acara sujud calon pengantin wanita pada calon mertua. Pada tahap ini, calon mertua akan memberikan emas pada calon mempelai wanita sebagai tanda kasih.

Menjelang acara selesai, 7 tenong pemberian keluarga pria ditukar oleh pihak wanita dengan isian jajanan khas Palembang untuk dibawa pulang.

g. Nganterke Belanjo

Prosesi Nganterke Belanjo biasanya dilakukan sebulan atau beberapa hari sebelum acara Munggah. Prosesi ini lebih banyak dilakukan oleh kaum wanita, sedangkan kaum pria hanya mengiringi. Uang belanja (duit belanjo) dimasukan dalam ponjen warna kuning dengan atribut pengiring berbentuk manggis.

Hantaran dari pihak calon mempelai pria ini juga dilengkapi dengan nampan-nampan sedikitnya 12 buah berisi aneka keperluan pesta, seperti terigu, gula, buah-buahan kaleng, hingga kue-kue, dan jajanan. Diantar pula 'enjukan' atau permintaan yang telah ditetapkan saat mutuske kato, yakni berupa salah satu syarat adat pelaksanaan perkawinan sesuai kesepakatan.

h. Persiapan Wanita Jelang Akad Nikah

Ada beberapa ritual yang biasanya dilakukan calon pengantin wanita yang dipercaya berkhasiat untuk kesehatan dan kecantikan, seperti betangas atau mandi uap. Lalu, bebedak, dan berpacar (berinai) atau menghias kuku kaki hingga telapak tangan.

i. Ngocek Bawang

Ngocek Bawang adalah persiapan awal menghadapi hari munggah. Pemasangan tapup, persiapan bumbu-bumbu masak, dan lain sebagainya disiapkan pada tahap ini. Ngocek bawang kecik pada umumnya dilakukan dua hari sebelum acara munggah.

Selanjutnya sehari sebelum munggah, dilakukan acara ngocek bawang besak. Seluruh persiapan berat jelang pesta pernikahan dikerjakan pada tahap ini. Perwakilan dari besan juga diundang di acara ini.

2. Acara Akad Pernikahan

a. Munggah

Prosesi munggah merupakan puncak acara perkawinan adat Palembang. Pada pagi hari sebelum acara, pihak mempelai wanita datang ke pihak laki-laki (ngulemi) dengan mengutus satu pasang lelaki dan perempuan. Selain melibatkan banyak orang dari keluarga kedua mempelai, acara ini juga dihadiri para tamu undangan.

Munggah bermakna agar kedua pengantin menjalani hidup berumah tangga selalu seimbang atau timbang rasa, serasi dan damai.

Pelaksanaan Munggah dilakukan di kediaman keluarga pengantin wanita. Sebelum acara Munggah dimulai, terlebih dahulu dibentuk formasi rombongan pria yang akan menuju ke rumah kediaman keluarga pengantin wanita.

Formasi rombongan itu adalah payung pengantin, didampingi juru bicara, pembawa bunga langsih, pembawa ponjen adat, serta pembawa hiasan adat dan gegawan.

3. Setelah Pernikahan

a. Nyanjoi

Nyanjoi dilakukan pada saat malam sesudah munggah dan nyemputi. Biasannya nyanjoi dilakukan dua kali. Pada malam pertama yang datang nyanjoi rombongan pemuda-pemudi. Di malam kedua, yang datang adalah orang-orang dewasa. Demikian juga pada masa sesudah nyemputi oleh pihak besan lelaki.

b. Nyemputi

Dua hari sesudah munggah biasannya dilaksanakan acara nyemputi. Pihak pengantin lelaki datang dengan rombongan yang menjemput pengantin untuk berkunjung ke tempat mereka, sedangkan dari pihak wanita sudah siap rombongan untuk nganter pengantin.

Pada tahap nyemputi penganten ini, di rumah pengantin lelaki sudah disiapkan acara pesta atau perayaan. Tradisi perayaan ini baru dilakukan pada tahun 1960-an, sedangkan sebelumnya tidak ada.

c. Nganter Penganten

Nganter penganten dilakukan pihak besan lelaki. Di rumah besan wanita, sudah disiapkan acara mandi simburan, untuk menyambut malam perkenalan antara pengantin lelaki dengan pengantin wanita.

Malam perkenalan ini merupakan selesainya tugas dari tunggu jeru, yaitu wanita yang ditugaskan untuk mengatur dan memberikan petunjuk cara melaksanakan acara demi acara di perkawinan.

Perlengkapan Pernikahan Adat Palembang

Dalam acara pernikahan adat Palembang, khususnya saat prosesi munggah, biasanya dipakai dua macam pakaian adat, yakni aesan gede dan pak sangkong.

Pakaian adat itu dipenuhi dengan ragam aksesori pelengkap berwarna kuning keemasan. Seluruh aksesori yang menjadi bagian dari pakaian adat Palembang ini memiliki maknanya masing-masing, yakni sebagai berikut:

1. Kesuhun atau mahkota

Kesuhun dikenakan mempelai laki-laki. Ia terdiri dari 2 buah motif hias, cemen dan bunga mawar. Cemen melambangkan laki-laki mesti memiliki sifat berani, sementara bunga mawar merupakan simbol kesucian dan keagungan.

Adapun di pakaian perempuan, motif hias kesuhun memadukan motif cen dengan bunga mawar. Cen dianggap sebagai penghormatan terhadap perempuan sebagai pusat kehidupan, lalu bunga mawar di dalamnya menjadi lambang matahari dan bulan.

2. Gelung malang

Gelung malang merupakan sebutan untuk sanggul adat atau rambut yang digelung rapi. Sanggul dibentuk layaknya garis horizontal yang melengkung. Maknanya adalah pengharapan agar wanita mampu menjadi sosok yang anggun dan mengutamakan kerapian.

3. Cempako

Cempako atau bunga cempaka merupakan motif hias bunga yang mempunyai makna keanggunan dan keindahan. Aksesoris ini biasanya disematkan pada area gelung malang dan memiliki arti pengantin perlu senantiasa menjaga keindahan perilakunya.

4. Tebeng malu

Tebeng malu merupakan penutup kepala di bagian samping. Bentuknya serupa dengan sabuk. Pemasangan tebeng malu punya makna agar pengantin tidak saling lirik dan dapat menjaga pandangan.

5. Sumping

Sumping adalah untaian panjang berbentuk kreasi bunga melati yang disematkan pada kedua sisi telinga. Aksesoris ini menggambarkan sebuah kehidupan yang harus selalu mendengarkan segala hal-hal baik.

6. Busana dodot

Dodot merupakan bagian atas dari busana adat Palembang yang membentuk motif tumpal dengan garis zig-zag. Pola tumpal pada baju dodot terdapat di area kanan dan kiri, yang kemudian ditutup menggunakan terate di bagian bahu. Dodot menyimbolkan pengantin yang berbudi luhur, ramah, dan saling menghormati satu sama lain.

7. Terate

Aksesori penutup dada dan pundak disebut terate. Bentuknya menyerupai segi lima dan terdapat motif hias bunga teratai yang disepuh emas. Teratai menjadi simbol kesucian dan keagungan.

8. Selendang sawit

Selendang sawit terbuat dari emas 22 karat dan diberi aksen intan pada bagian tengah. Dua buah selendang sawit disematkan secara menyilang dari bahu bagian kanan ke pinggang sebelah kiri dan sebaliknya. Selendang ini bermakna kedudukan mempelai laki-laki dan perempuan yang egaliter alias setara.

9. Kebo munggah atau tapak tajo

Kebo munggah atau tapak tajo merupakan aksesori berupa kalung yang membentuk lempengan 3 susun dan terbuat dari emas asli 24 karat. Aksesoris ini digunakan oleh kedua mempelai.

10. Pending

Terbuat dari lempengan emas 20 karat, pending merupakan ikat pinggang untuk mengencangkan seluruh komponen busana yang dikenakan. Ikat pinggang ini mempunyai ukiran tumbuhan yang menjalar di setiap sudutnya. Pending punya makna perempuan dan laki-laki siap untuk menjalani kehidupan baru.

11. Kain songket lepus

Kain songket dalam baju pengantin adat Palembang memiliki pola geometris abstrak murni berupa zig-zag yang berdampingan dengan garis lurus. Ini adalah motif tertua yang telah dikenal sejak zaman prasejarah. Kain songket Palembang memiliki makna ketertiban, keramahan, dan saling menghormati terhadap seluruh lapisan masyarakat.

12. Celano sutra

Celano sutra merupakan celana panjang yang dibuat dari material sutra. Terdapat bordiran bunga dengan tangkai yang menjalar di bagian bawah celana. Motif celano sutra disebut aka bapilin yang menyimbolkan mentalitas masyarakat yang gigih.

13. Saputangan segitigo

Saputangan segitigo terbuat dari bahan beludru berwarna merah yang dibubuhi taburan kelopak bunga melati dari emas. Mempelai wanita mengenakan saputangan segitigo di bagian kelingking kanan, sementara mempelai pria di telunjuk kanan. Aksesori ini adalah simbol dari ketegaran dan ketenangan hidup.

14. Keris

Keris menjadi benda pusaka simbol penghormatan yang wajib dikenakan oleh mempelai pria pada busana pengantinnya. Letak pemakaian keris bisa berbeda-beda, tergantung pada latar belakang keluarga sang mempelai pria.

Untuk kalangan bangsawan atau keturunan raja, keris diselipkan di area depan pinggang. Adapun bagi rakyat biasa, keris harus disematkan di bagian belakang.

15. Cenela

Cenela adalah sandal yang dikenakan kedua mempelai pada hari pernikahan. Sandal ini menjadi simbol bahwa dalam mengarungi kehidupan, seseorang harus selalu berpegang teguh pada agama sebagai bentuk perlindungan diri.

Baca juga artikel terkait PERNIKAHAN atau tulisan lainnya dari Dicky Setyawan

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Dicky Setyawan
Penulis: Dicky Setyawan
Editor: Addi M Idhom