tirto.id - Di usianya yang menginjak kepala delapan, Frances Dunscombe adalah hanyalah seorang nenek kebanyakan yang tinggal di daerah Surrey, Inggris. Namun kehidupannya berubah drastis saat dua tahun lalu sebuah Grey Agency Model menawarkan kesempatan untuk menjadi model.
Dunscombe sempat ragu, tapi akhirnya dia bersedia. Hingga dua tahun berselang, tepat di usianya ke-84 tahun, ia meraih reputasi sebagai salah satu model perempuan tertua yang kerap berlenggak-lenggok dengan elegan di atas catwalk dan menghiasi halaman di majalah mode kenamaan.
Dunscombe adalah kisah keberhasilan Grey Agency Model dalam meraba tren modeling usia lanjut yang kini mulai merebak di Amerika Serikat, Eropa, dan mulai menjalar ke kawasan lain. Dunscombe mulanya tampil di sejumlah acara pemotretan dan peragaan busana biasa. Akibat terjun di momen yang tepat, tak butuh waktu lama baginya untuk menapaki panggung yang lebih megah.
Belum ada satu tahun berkarier di bidang modeling, ia sanggup menembus London Fashion Week, menjalani sesi pemotretan di Prada A/W 15 untuk editorial Hunger Magazine, hingga menjadi bintang dalam laporan dokumenter berisi perjalanan kariernya ke dunia modeling yang disiarkan di ITV tahun lalu.
Kisah lain yang dicatat The Huffington Post datang dari Mercy Brewer, perempuan lanjut usia kelahiran Skotlandia yang pada usia 56 memukau banyak orang lewat foto-foto seksinya untuk kampanye perusahaan lingerie asal Selandia Baru, Lonely, yang dijepret oleh Harry Were.
Brewer terlihat percaya diri mengenakan pakaian dalam berwarna hitam dan abu-abu. Ia mencoba beragam pose, dan Were dengan cerdik tetap mampu memancarkan aura magis dalam diri Brewer. Dalam satu pose Brewer menunjukkan tubuhnya yang berukuran normal, bukan terlalu kurus atau terlalu gemuk, berada di ruangan remang-remang namun cukup menunjukkan kerutan di wajahnya.
Pertengahan bulan Maret lalu The Fashion Spot mendata dan melaporkan tingkat keberagaman berdasarkan ukuran badan, ras, umur, dan gender dari 7.035 peserta 241 pagelaran busana ternama dari New York, Paris, London, hingga Milan. Hasilnya menunjukkan bahwa jumlah model di atas usia 50 tahun pada peragaan busana Musim Gugur 2017 meningkat empat kali lipat dibandingkan yang berpartisipasi pada peragaan Musim Semi 2016.
New York Fashion Week mencatatkan diri sebagai pagelaran dengan tingkat keberagaman latar belakang perserta yang paling tinggi secara umum. Menurut laporan tersebut, 21 model di atas 50 tahun berlenggak-lenggok di catwalk musim ini. Meski tampak sedikit, angka ini adalah peningkatan 160 persen dibanding pagelaran selama Musim Semi 2016 dengan lima peserta.
Kabar gembira lainnya, ada 11 peserta usia lanjut di peragaan busana Musim Gugur 2016, dan jumlahnya naik menjadi 13 untuk tampil di peragaan Musim Semi 2017. Artinya makin banyak yang direkrut oleh agensi kenamaan. Jika kemarin ada gelombang model berukuran tubuh plus, kini pamornya mulai disalip model berusia lanjut, terutama di Eropa.
Dalam presentasi ajang pagelaran Musim Gugur 2017, perancang busana berdarah Cina-Orlandia Simone Rocha menyatakan bahwa “Aku ingin karyaku bersifat inklusif—inilah yang kulakukan. Koleksiku ditunjukkan untuk perempuan yang beragam tipe, dan aku benar-benar ingin merefleksikannya. Ini adalah 100 persen untuk para ibu, anak perempuan, dan cucunya. Ini adalah sesuatu yang membangun identitasku.”
Langkah Rocha dan perancang busana lain ditambah dengan manuver khas agensi model adalah gerbang pembuka sekaligus era baru dimana perempuan tua diikutsertakan dalam gemerlapnya catwalk maupun ruang fotografi. Mereka sedang mendefinisikan ulang bahwasanya kecantikan itu bisa merentang jauh dan tak terpatok oleh batasan usia tertentu.
Orang yang mengagumi rambut abu-abu Brewer atau pose elegan Dunscombe bisa memahami visi ini dengan mudah. Foto Brewer misalnya, telah menjadi viral sejak beberapa minggu belakangan disertai dengan ragam pujian dari netizen. Mereka tak menyangka bahwa dalam usia di atas 50 tahun perempuan bisa tetap memiliki aura kecantikan yang mempesona.
Semangat untuk mengangkat kecantikan para perempuan lanjut usia dalam pandangan The Fashion Spot amat kentara di London. Secara sosio-politis dunia busana dan modeling dijadikan ajang penyaluran ide-ide anti-diskriminasi dalam bentuk apapun.
Salah satunya disuarakan oleh sejumlah model di depan salah satu tempat pagelaran busana terkenal, The Strand, seminggu sebelum London Fashion Week dimulai. Ada peserta aksi yang ronteknya berbunyi “Busana tak memiliki batas usia.”
Adil Kepada Orang Tua
Jacky O'Shaughnessy adalah wajah baru American Apparel yang memiliki modal eksotis serupa dengan Brewer: rambut abu-abu seluruhnya. Kepada The Guardian ia membagikan pengalamannya berkenalan dengan dunia modeling akibat fotonya dilirik oleh seorang fotografer. Fokus utama yang membuat foto itu menarik, mudah ditebak, adalah rambut abu-abu O'Shaughnessy.
Namun, di balik itu semua, proses mempopulerkan perempuan lanjut usia di dunia modeling juga diharapkan berdampak positif bagi industri pakaian orang tua. Lagi pula, model lansia penting jika memang mau menyasar konsumen orang-orang di kelompok usia ini.
Ben Barry adalah direktur di Fashion Diversity Lab di Ryerson University, Kanada. Pada 2012 ia menggagas sebuah penelitian yang dengan para perempuan di atas usia 45 tahun sebagai respondennya. Hasilnya tingkat konsumsi responden naik hingga 200 persen jika iklan yang ditampilkan memuat aktor/aktris yang seumuran, dan sebaliknya tingkat penolakan untuk membeli mencapai 65 persen jika aktor/aktrisnya tak seumuran.
Pendeknya, era baru modeling untuk orang berusia lanjut adalah win-win solution bagi agensi, perancang busana, pengusaha pakaian, dan konsumen.
Hariet Close, penggagas agensi modeling Close Model memiliki spesifikasi untuk menampilkan model-model usia 25 hingga 82, dan salah satunya adalah Close sendiri. Kepada The Guardian ia berkata bahwa memang ada perubahan pada dunia modeling kekinian, meski prosesnya berjalan cukup perlahan.
“Aku pikir model-model berusia lanjut itu memang seharusnya tampil lebih sering di panggung maupun majalah. Senang rasanya melihat produk pakaian yang ditujukan kepada perempuan dipakai oleh model dengan usia yang sesuai, bukan 'anak kecil',” katanya.
“Kami adalah populasi yang kian hari kian menua. Orang perlu melihat diri mereka tercermin dalam industri pakaian. Sayangnya terkadang realisasinya tak konsisten: mereka melakukannya selama satu musim, lalu kembali ke tren atau keadaan yang sama di waktu-waktu sebelumnya,” pungkasnya.
Penulis: Akhmad Muawal Hasan
Editor: Maulida Sri Handayani