Menuju konten utama

Penyelidikan Kasus Air Keras Novel Terancam Mulai Lagi dari Awal

Kapolri Jenderal Tito dijadwalkan akan menemui Presiden Jokowi sekiranya minggu depan. Selain untuk evaluasi, pertemuan itu rencananya akan membicarakan alternatif penyelidikan kasus penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan.

Penyelidikan Kasus Air Keras Novel Terancam Mulai Lagi dari Awal
Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian menunjukkan sketsa wajah terduga pelaku penyerangan terhadap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan, di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (31/7). ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/kye/17

tirto.id - Tidak selesainya pengusutan kasus penyiraman air keras terhadap penyidik KPK, Novel Baswedan, membuat Presiden Jokowi mewacanakan untuk memanggil Kapolri Jenderal Tito Karnavian. Dengan adanya pemanggilan itu, kepolisian menyatakan bahwa ada kemungkinan penyelidikan kasus Novel akan mulai lagi dari awal.

Hal ini dikemukakan Kepala Biro Penerangan Masyarakat, Brigjen Rikwanto, saat ditemui di Jalan Trunojoyo, Mabes Polri. Ia menerangkan bahwa Kapolri Jenderal Tito akan menemui Presiden Jokowi sekiranya minggu depan. Selain untuk evaluasi, pertemuan itu rencananya akan membicarakan alternatif penyelidikan.

“Apabila beberapa alternatif itu tidak bisa dibuktikan setelah diupayakan pembuktiannya, tentu dicari alternatif-alternatif lainnya. Nanti Pak Kapolri akan menjelaskan kepada Bapak Presiden, langkah-langkah apa yang dilakukan Polri, termasuk apa yang telah, yang sedang, dan apa yang akan, termasuk dengan kasus kekerasan terhadap Pak Novel,” jelas Rikwanto pada Senin (6/11/2017).

Sampai kemarin, Rikwanto menegaskan bahwa pelakunya memang belum bisa ditemukan. Sebagai catatan, sampai hari ini sudah 209 hari berselang, kasus Novel belum ditemukan pelakunya. Bukannya meminta terbentuknya Tim Gabungan Pencari Fakta Rikwanto justru merasa itu tidak diperlukan.

Menurutnya, sangat alamiah bahwa dalam proses penyelidikan, pelaku belum ditemukan. Itu bukan suatu hal yang aneh atau menghebohkan. Namun, kondisi ini bisa membuat penyelidikan mulai dari awal lagi karena kepolisian harus mencari alternatif yang baru.

“Informasinya masih blank, masih gelap. Walaupun informasi awal diduga sudah lima orang yang kita cermati, kita amankan, kita lakukan penyelidikan, penyidikan, scientific investigation, dan ternyata hasil akhirnya disimpulkan mereka tidak terlihat,” ungkapnya. “Makanya ke depan kita akan buka lagi ruang alternatif yang lain untuk membuka cakrawala baru dimana mulainya penyelidikan ini.”

Rikwanto mengaku kepolisian tidak setengah-setengah dalam usaha pengungkapan kasus Novel Baswedan. Ada puluhan orang dan ratusan rekaman kamera pengawas (CCTV) yang telah diselidiki, termasuk beberapa ahli. Rekaman itu pun sudah ditonton berulang-ulang “dan memang disimpukan sampai sekarang, belum ada yang cukup kuat untuk dijadikan pelaku.”

Ke depannya, Rikwanto mengatakan akan berusaha untuk melakukan penylidikan mulai dari pihak-pihak yang langsung berhubungan dengan kejadian tersebut, termasuk dengan orang yang membeli baju gamis di sekitar kejadian dan saksi-saksi di tempat kejadian perkara. Semuanya akan dicek kembali.

“Semua akan kita himpun kembali, akan kita bangun kembali, untuk supaya buat bahan penyidikan buat mereka [penyidik] juga, supaya lebih fokus lagi. Barangkali ada yang terlewat di situ,” ujarnya.

Yang lebih penting, mantan Kadiv Humas Polda Metro Jaya ini meminta agar masyarakat bisa membantu pihak kepolisian. Ia berharap supaya mereka yang memang memiliki informasi yang akurat dan signifikan yang bisa mengarah kepada pengungkapan kasus.

“Jangan malah memperkeruh dengan prasangka-prasangka yang prasangka itu juga kalau dikejar ga ada juga dasarnya. Ini malah memperkeruh dan menghambat pengungkapan kasus itu sendiri,” tuturnya.

Baca juga artikel terkait KASUS NOVEL BASWEDAN atau tulisan lainnya dari Felix Nathaniel

tirto.id - Hukum
Reporter: Felix Nathaniel
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Yuliana Ratnasari