Menuju konten utama

Penyebab Zirkon Ditahan Kementrian ESDM: Apakah Zirkon Berbahaya?

Pada umumnya zirkon mengandung unsur besi, kalsium sodium, mangan, dan unsur lainnya yang menyebabkan warna pada zirkon bervariasi.

Penyebab Zirkon Ditahan Kementrian ESDM: Apakah Zirkon Berbahaya?
Pekerja menunjukkan hasil pencucian timah di area pengolahan PT Timah (Persero) Tbk, Bangka, Sabtu (7/11). Berdasarkan data International Technologi Research Institute, total produksi timah Indonesia pada tahun 2008-2013 mencapai 593.304 ton dan 352.000 ton diantaranya merupakan hasil dari penambangan ilegal. ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/ama/15

tirto.id - Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memeriksa delapan kontainer berisi 200 ton zirkon siap ekspor di Pelabuhan Pangkalbalam Pangkalpinang, Minggu (4/4/2021).

Pembongkaran kontainer dengan cara bongkar paksa, guna memastikan keabsahan barang dengan dokumen yang diajukan.

Diduga kuat, barang yang akan diekspor ke negara Cina tersebut mengandung mineral ikutan lainnya, seperti monazite dan ilmenite, demikian seperti dikutip Antara.

Mineral ikutan sendiri merupakan komponen mineral dari batuan yg terdapat dalam jumlah kecil sehingga tidak diperhitungkan dalam klasifikasi.

Apa Itu Zirkon?

Zirkon adalah batu mineral dengan beberapa macam warna. Dengan rumus kimia ZrSiO4 (zirkonium silikat), bobot jenis 4-4,8, kekerasan 7-7,5, mempunyai kemampuan mendispersikan cahaya sehingga kelihatan berkilauan yang hanya kalah dari kilauan intan.

Mineral utama yang mengandung unsur zirkonium adalah zirkon/zirkonium silika (ZrO2.SiO2) dan baddeleyit/zirkonium oksida (ZrO2). Kedua mineral ini dijumpai dalam bentuk senyawa dengan hafnium.

Pada umumnya zirkon mengandung unsur besi, kalsium sodium, mangan, dan unsur lainnya yang menyebabkan warna pada zirkon bervariasi.

Di antaranya putih bening hingga kuning, kehijauan, coklat kemerahan, kuning kecoklatan, dan gelap, sisitim kristal monoklin, prismatik, dipiramida, dan ditetragonal, kilap lilin sampai logam, belahan sempurna, tidak beraturan.

Zirkon diketahui sebagai bahan baku untuk keramik, perhiasan dan komponen elektronik. Akan tetapi, zirkon juga digunakan dalam pembuatan selongsong pembangkit listrik tenaga nuklir.

Selongsong sendiri merupakan semacam tabung untuk diisi bahan bakar uranium.

Zirkon banyak terdapat di indonesia Sri Lanka, Australia, Norwegia, Pegunungan Ural (Rusia), Kanada, Brasil, dan India.

Apakah Zirkon Berbahaya?

Sebagai mineral alami, zirkonium silikat (zirkon) ditambang dari kerak bumi, dan seperti banyak batuan dan mineral, zirkon mengandung atom uranium dan torium tingkat rendah yang terkunci di dalam struktur kristalnya.

Mineral semacam itu disebut 'bahan radioaktif yang terjadi secara alami (NORM).

Menurut Zircon Industry Association,zirkon telah ada di kerak bumi sejak pembentukannya sekitar 4,5 miliar tahun yang lalu. Menariknya, properti NORM dari zirkon sangat berguna.

Misalnya, zirkon memainkan peran penting dalam penanggalan radiometrik batuan kuno karena uranium yang terperangkap bertindak sebagai jam yang dapat diandalkan di dalam zirkon.

sehingga memungkinkan untuk menentukan tanggal secara akurat batuan yang terbentuk pada periode paling awal dalam sejarah bumi.

Oleh karena itu, zirkon bersifat radioaktif, namun, tingkat radiasi dari zirkon rendah, serupa dengan sumber yang muncul secara alami seperti granit (sering digunakan untuk permukaan meja kerja) dan tidak jauh lebih besar daripada tingkat latar belakang yang biasanya ditemukan di lingkungan.

Saat digunakan dalam produk sehari-hari seperti ubin keramik dan perhiasan, jumlah radiasi yang dipancarkan sama-sama sangat rendah dan jauh di bawah tingkat aman yang dianggap dapat diterima.

Untuk menempatkan ini ke dalam konteks, Anda akan terpapar radiasi dengan dosis yang lebih tinggi jika Anda menjalani rontgen dada atau melakukan penerbangan jarak jauh.

Jadi, meski zirkon adalah NORM, tidak menimbulkan risiko bagi kesehatan masyarakat.

Baca juga artikel terkait ESDM atau tulisan lainnya dari Maria Ulfa

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Maria Ulfa
Editor: Yulaika Ramadhani