Menuju konten utama

Penyebab Tragedi Halloween Itaewon dan Update Korban Terkini

Apa penyebab tragedi Halloween Itaewon dan update terkini jumlah korban.

Penyebab Tragedi Halloween Itaewon dan Update Korban Terkini
Petugas memindahkan sejumlah jenazah korban festival Halloween yang meninggal dunia karena terinjak-injak di Itaewon, Seoul, Korea Selatan, (30/10/2022). Hingga Minggu (30/10) dini hari, pihak berwenang setempat menyatakan 146 orang meninggal dunia dan 150 orang lainnya luka-luka pada insiden tersebut. ANTARA FOTO/REUTERS/Kim Hong-ji/aww.

tirto.id - Jumlah korban tragedi Halloween Itaewon bertambah. Pada Selasa (1/11/2022), The Korea Herald melaporkan, korban meninggal menjadi 156 orang.

Mereka meninggal saat sedang merayakan Halloween di gang-gang sempit Itaewon, salah satu distrik di Seoul, Korea Selatan yang menarik banyak wisatawan karena dunia malamnya.

Para saksi menggambarkan mereka tidak dapat bergerak atau bernapas ketika ribuan orang memadati gang hingga bahu mereka bersentuhan. Jalan itu lebarnya tidak lebih dari 4 meter.

Pada Selasa pagi, monumen peringatan dibuat di pusat kota Seoul. Monumen itu diisi dengan foto-foto korban. Banyak orang berkunjung untuk memberi penghormatan.

Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol, istrinya, Kim Keon-hee, dan pejabat tinggi termasuk perdana menteri dan walikota Seoul bergabung dengan para pelayat di monumen tersebut.

Banyak toko dan bisnis tutup setelah Pemerintah Korea menerapkan masa berkabung nasional selama seminggu. Pusat kota Seoul sepi, pemandangan yang sangat tidak biasa di ibu kota yang menjadi rumah bagi 10 juta orang.

Penyebab Tragedi Halloween Itaewon

Hingga saat ini, penyelidikan terkait tragedi Itaewon masih dilakukan pihak berwenang. Media dan masyarakat bersama-sama mencari tahu apa yang salah.

Berikut adalah beberapa faktor yang mungkin menjadi penyebab tragedi Halloween Itaewon, seperti dilansir The Korea Herald.

1. Acara Halloween tanpa penyelenggara

Itaewon sering menjadi tempat perayaan hari-hari penting. Misalnya, Festival Desa Global Itaewon yang diselenggarakan oleh Organisasi Zona Turis Khusus Itaewon dengan dukungan dari pemerintah kota Seoul..

Karena Halloween adalah budaya Amerika Serikat dan ada banyak orang asing yang datang ke Itaewon, tidak ada yang secara resmi menggelar acara ini. Para turis datang atas kemauan sendiri, menurut seorang pejabat distrik.

Diskusi soal malam Halloween ini sempat dilakukan, tetapi tidak mendetail, termasuk tak ada bahasan tentang pengendalian bencana dan keamanan, pejabat itu menjelaskan.

2. Kurangnya kehadiran polisi dan pengendalian massa

Menurut polisi, 137 petugas dikerahkan di Itaewon pada Sabtu malam. Beberapa saksi mata mengatakan, jumlah polisi yang ada tidak cukup untuk mengendalikan kerumunan.

Steven Belsi, ayah dari seorang mahasiswa Amerika yang tewas dalam tragedi itu mengatakan kepada NBC News bahwa polisi Korea Selatan seharusnya lebih siap tentang potensi kerumunan.

3. Halloween pertama setelah pembatasan karena COVID-19

Setelah hampir dua tahun sejak pandemi dimulai, pembatasan COVID-19 secara bertahap dicabut di Korea. Baru pada akhir September otoritas kesehatan menghapus mandat masker di luar ruangan.

Halloween juga merupakan salah satu malam tersibuk di lingkungan ini. Setelah pembatasan dicabut, bar dan resto yang buka malam hari kembali mendapat pelanggan.

Sekitar 130.000 orang melakukan perjalanan ke dan dari Stasiun Itaewon pada hari Sabtu, menurut data dari Seoul Metro. Angka itu naik hampir 30 persen dibandingkan dengan Halloween terakhir sebelum pandemi (2019).

4. Jalan sempit dan curam

Insiden tragis itu terjadi di lereng sempit di sebelah Hotel Hamilton di luar pintu keluar 1 stasiun kereta bawah tanah Itaewon.

Video klip viral malam itu di media sosial memperlihatkan betapa padatnya gang curam setinggi 45 meter yang lebarnya sekitar 4 meter itu.

Di belakang hotel juga terdapat jalan panjang yang dipenuhi dengan restoran dan bar yang membentang 300 meter – sering menjadi bagian tersibuk di lingkungan ini pada malam hari.

Bahkan pada akhir pekan biasa, jalan menjadi padat karena orang-orang berjalan ke arah yang berbeda pada waktu yang sama.

Baca juga artikel terkait AKTUAL DAN TREN atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Yantina Debora