tirto.id - Beberapa hari setelah Coldplay melangsungkan konser di Jakarta (15/11), ramai percakapan tentang gelang xylobands yang dibawa pulang oleh para penonton. Padahal seharusnya gelang ini dikembalikan setelah konser selesai, lengkap dengan instruksi yang ditulis di gelang.
Ketika konser di Perth, ada pengumuman soal rata-rata pengembalian gelang xyloband di berbagai kota yang disinggahi oleh Coldplay. Dalam leaderboard itu, kota tertinggi dengan return rate adalah Tokyo (97 persen), diikuti oleh Copenhagen (96 persen), dan Buenos Aires (94 persen).
Kemudian di media sosial seperti Twitter, muncul angka bahwa angka pengembalian xyloband di Indonesia hanya 52 persen. Percakapan di Twitter ini lantas diamplifikasi di banyak berita.
Namun hari ini (22/11), Image Dynamics selaku konsultan public relations promotor Coldplay Music of the Spheres World Tour 2023 Jakarta mengklarifikasi bahwa informasi tersebut salah.
"Pihak manajemen Coldplay telah mengkonfirmasi kepada pihak promotor, yaitu TEM Presents dan PK Entertainment, bahwa tingkat pengembalian Xyloband untuk konser Coldplay yang berlangsung pada 15 November 2023 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta adalah 77 persen," tulis mereka dalam siaran pers.
Bagi yang belum tahu, xylobands adalah gelang yang di dalamnya ada penerima gelombang radio dan dioda yang bisa memendarkan cahaya. Gelang ini dibuat oleh RB Concepts Ltd. Cahaya di dalam gelang ini bisa diatur oleh program. Maka cahayanya akan serempak terlihat jika programnya diatur sedemikian rupa. Saat ini cahaya yang tersedia adalah hijau, biru, kuning, merah, merah muda, dan putih.
Coldplay adalah band yang pertama menggunakan xyloband dalam skala besar. Saat itu, medio 2012, band asal Inggris ini menggelar tur Mylo Xyloto Tour. Sejak saat itu, xylobands ramai dipakai di banyak konser dan event. Mulai dari konser Jay Z, festival Glastonbury, juga di pertandingan basket New York Knicks melawan Chicago Bulls pada 2014 silam.
Editor: Nuran Wibisono