tirto.id - Donald J. Trump boleh saja sering mengeluarkan pernyataan yang kontroversial dan banyak tidak disukai oleh berbagai kalangan hampir di seluruh dunia. Namun demikian, fakta berkata lain, kemenangannya di negara bagian Indiana telah membuktikan bahwa dengan cara-cara yang ditempuhnya, ia mampu menggaet simpatisan dari Partai Republik tempatnya bernaung dan hampir memastikan dirinya melaju sebagai calon presiden Amerika Serikat dari partai itu.
Kemenangan kandidat kuat calon presiden dari Partai Republik itu pada pemilihan pendahuluan di negara bagian Indiana, Selasa (5/4/2016) waktu setempat, membuatnya semakin dekat untuk memenangkan pencalonan presiden dari partai ini dan sekaligus memukul pesaing terberatnya Senator Ted Cruz dan kubu Republik yang ingin menghentikannya.
Cruz sendiri sebenarnya sangat berharap menang di Indiana demi menjegal Trump mendapatkan syarat minimal suara delegasi yang diperlukan untuk maju sebagai calon presiden sebelum Partai Republik menggelar konvensi pada Juli mendatang.
Namun Trump, setelah menumbangkan lawan-lawannya di lima negara bagian Northeast pekan lalu, justru memimpin di Indiana yang memiliki jatah 57 delegasi. Kemenangan Trump membuatnya berada pada posisi terdepan untuk nominasi 7 Juni ketika pemilu pendahuluan Republik terakhir diadakan.
"Sungguh luar biasa Trump akan menjadi calon presiden untuk G.O.P. [Grand Old Party, julukan Partai Republik] tahun ini, siapa yang menyangka itu bakal terjadi?” kata Dewey M. Clayton, profesor ilmu politik pada Universitas Louisville.
"Dia memanfaatkan suasana hati banyak pemilih yang tidak puas yang menyukai keberhasilan bisnis dan cara berbicaranya yang terus terang. Dia pembangkang, dan banyak pemilih yang menyukai ini," kata Clayton seperti dikutip dari New York Times.
Kemenangan Trump menurutnya adalah momen luar biasa dalam sejarah politik Amerika Serikat. Dia menjadi pembawa standard baru bagi Partai Republik karena bisa menjadi calon presiden pertama yang tidak memiliki pengalaman di jalur birokrat dan partai sejak Dwight D. Eisenhower, jenderal bintang lima dan panglima Pasukan Sekutu di Eropa pada Perang Dunia II.
Trump, konglomerat real estate yang kemudian menjadi selebriti acara reality-show televisi, tidak pernah terdaftar sebagai anggota Partai Republik sampai April 2012.
Dia juga tercatat pernah memberikan ratusan ribu dolar AS untuk Partai Demokrat, termasuk kemungkinan calon lawannya pada Pemilu AS tahun ini, Hillary Clinton.
Dan dalam beberapa masa kehidupannya, dia mengambil posisi yang antitesis dari pandangan ortodoks Republik pada hampir semua isu konservatif, termasuk aborsi, pajak dan pengawasan senjata.
Namun itu semua tidak bisa menghentikannya.
Berkat kemampuannya berbicara kepada para pemilih yang sedang gelisah, dan kelihaiannya memanfaatkan selebriti, dia bisa menumbangkan para politisi veteran di partai ini sehingga dapat disebut sebagai calon terkuat selama tiga dekade terakhir.
Uniknya, dia melakukan itu dengan membelanjakan uang yang jauh lebih sedikit daripada yang dikeluarkan sebagian besar lawannya dan hanya memiliki sedikit staf untuk kampanye yang dilakukannya.
Penulis: Ign. L. Adhi Bhaskara
Editor: Ign. L. Adhi Bhaskara