tirto.id - Pengamat politik Indonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo mengatakan, kekuatan modal masih mempengaruhi perebutan kekuasaan di Indonesia. Hal tersebut bisa dilihat dari terpilihnya Setya Novanto (Setnov) sebagai ketua umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar.
Ia mengatakan, kemenangan Setnov tidak terlepas dari latar belakangnya sebagai seorang pengusaha besar. Hal tersebut, kata dia, telah menunjukkan bahwa kekuatan modal telah mengendalikan partai politik, terutama Partai Golkar.
Karyono menilai, kemenangan Setnov di Partai Golkar hanyalah fenomena "gunung es" karena pengaruh kekuatan modal dalam memperebutkan kursi ketua umum di tubuh Partai Golkar bukan hal yang baru.
Sejak keruntuhan rezim Orde Baru, kata dia, kekuatan pemodal bergerak semakin terbuka di Partai Golkar. "Tiga ketua umum terakhir Partai Golkar, yaitu Jusuf Kalla, Aburizal Bakrie dan Setya Novanto semuanya berlatar belakang pengusaha," kata Karyono di Jakarta, Selasa (24/5/2016).
Dia mengatakan, fenomena tersebut tidak hanya terjadi di tubuh Partai Golkar, tetapi juga terjadi pada Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
"Djan Faridz yang menjadi ketua umum PPP versi muktamar Jakarta juga berlatar belakang pengusaha," katanya.
Berangkat dari posisi ketua umum partai, kata dia, para pengusaha yang juga sebagai politisi itu banyak yang kemudian mendapatkan posisi strategis di pemerintahan.
Karyono mengatakan tidak jarang kekuatan modal menggunakan pola kerja di balik layar, bersembunyi di balik panggung politik dan kekuasaan.
"Pola kerja kekuatan modal dalam perebutan posisi kekuasaan memang tidak selalu terlihat kasat mata dengan menampilkan si pemilik modal tampil sendiri mengambil posisi kekuasaan," katanya.
Akibatnya, kata dia, kekuatan pemilik modal untuk tampil dalam perpolitikan di Indonesia semakin terbuka. (ANT)
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Putu Agung Nara Indra