Menuju konten utama

Penelitian Ungkap Pilihan Politik Orang Dapat Mudah Berubah

Penelitian mengungkapkan, pandangan politik seseorang ternyata dengan mudah bisa diubah.

Penelitian Ungkap Pilihan Politik Orang Dapat Mudah Berubah
Peneliti Senior LSI Burhanuddin Muhtadi memberikan pemaparan dalam rilis Tren Persepsi Publik Tentang Korupsi di Indonesia yang diprakarsai Lembaga Survei Indonesia, di Jakarta, Senin (10/12/2018). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/hp.

tirto.id - Pemilihan umum yang akan dilaksanakan tanggal 17 April 2019 besok semakin memanas dengan sejumlah strategi yang dihadirkan dari tim kampanye dan pendukung dua Kubu, Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan Prabowo-Sandiaga.

Hari H pemungutan suara memang masih beberapa bulan lagi, tapi kabar prediksi siapa pemenang pemilihan presiden (Pilpres) 2019 sudah berseliweran.

Lembaga-lembaga survei mulai rajin merilis hasil riset jajak pendapat, mulai dari tingkat elektabilitas kandidat pilpres maupun partai politik (parpol), sampai keterkenalan suatu figur dalam parpol tersebut.

Terkait hal ini, penelitian mengungkapkan, pandangan politik seseorang ternyata dengan mudah bisa diubah. Hal itu menunjukkan betapa fleksibelnya pikiran yang kita miliki. Bahkan kita bisa mengambil pendapat yang bertentangan langsung dengan pendapat sebelumnya.

Ilmuwan mengatakan, kita harus kembali memikirkan cara bagaimana menjaga sikap politik kita dalam situasi politik yang terpolarisasi.

Karena ketika kita sudah yakin dengan pilihan kita ternyata itu masih bisa berubah. Hal itu menunjukkan sikap dan pikiran kita jauh lebih flesksibel dari yang kita yakini.

Fenomena tersebut diungkap oleh Thomas Strandberg melalui penelitian yang berjudul False Beliefs and Confabulation Can Lead to Lasting Changes in Political Attitudes.

Penelitian ini mengatakan, orang memiliki tingkat fleskibiltas yang cukup tinggi terhadap pandangan politik mereka begitu hal-hal yang membuat mereka bertahan hilang.

Orang-orang akan cenderung merubah pendapat mereka saat dihadapkan pada situasi di mana mereka tidak mampu menentangnya.

“Dalam percobaan kami, peserta diminta untuk menyatakan padangan mereka terhadap kenaikan pajak dan beberapa hal lainnya. Pada hari pertama mereka akan setuju dengan hal itu. Tetapi satu minggu kemudian mereka yang semula mendukung akan mungkin tidak bisa memutuskan dan bahkan menentangnya,” jelas Stranberg seperti dilansir Sciencetific American.

Untuk lebih mudah dipahami, Stranberg dan timnya menganalogikan seperti apa perubahan sikap politik itu berubah. Mereka menggunakan contoh saat pemilihan celana pergi ke pesta.

Dalam hal ini, kata Stranberg, kita perlu merekonsiliasi bukti fisik preferensi kita (celana di tempat tidur Anda) dengan apa pun di dalam otak kita yang dalam kasus celana itu biasanya kita akan memilih celana merah.

Jadi saat orang-orang terbebas dari motif yang biasanya mangarahkan mereka untuk membela diri maka saat itu pandangan mereka bisa dengan cepat dan mencolok berubah.

“Keyakinan tentang sikap politik yang tidak mutlak itulah yang menjadi patokan dari penelitian ini. Dengan kata lain, menjadi lebih mudah untuk mencari informasi mengubah pandangan politik,” jelas Stranberg.

Meski begitu, penelitian ini juga menjelaskan, perubahan sikap kita yang rentan itu bisa dihindari dengan memahami sifat alami dari keyakinan kita. Salah satu yang bisa dilakukan adalah tetap menjadi pribadi yang rendah hati.

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Febriansyah

tirto.id - Gaya hidup
Penulis: Febriansyah
Editor: Yulaika Ramadhani