tirto.id - Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan, Kemenko Bidang Perekonomian, Iskandar Simorangkir optimistis langkah pemerintah memperkuat industri rumahan lewat program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.
Iskandar menjelaskan, saat KUR pertama kali diluncurkan pada 2007, bunga pinjaman tersebut masih 24 persen. Akibatnya, kata dia, KUR kurang diminati para pengusaha kecil karena dianggap memiliki bunga pinjaman yang memberatkan.
Oleh karena itu, pemerintah terus berupaya menurunkan bunga KUR. Pada 2018, kata dia, bunga KUR sudah dapat ditekan menjadi 7 persen.
"Dengan turunnya bunga [KUR] menjadi 7 persen, [peningkatan] permintaan [pinjaman] luar biasa," kata Iskandar dalam diskusi “Terobosan Baru KUR” di Forum Merdeka Barat, Hotel Harris, Jakarta Pusat, Kamis (4/4/2019).
Dia mencatat penyaluran KUR pada periode Januari-Februari 2019 mencapai Rp23 triliun dari target keseluruhan Rp140 triliun pada tahun ini.
Penurunan suku bunga itu didasarkan pada tujuan utama KUR ini yaitu untuk membantu UMKM yang membutuhkan dana permodalan.
"Kalau mau membantu berikan bunga sesuai kemampuan UMKM tadi. Kalau mau bantu rakyat, bantu benar. Jangan menjamin kreditnya saja," jelas dia.
Penurunan bunga KUR ini dilakukan bertahap sejak tahun 2015 sebesar 12 persen, lalu pada 2016-2017 turun menjadi 9 persen dan tahun 2018-2019 dipangkas lagi ke angka 7 persen.
"Dengan turunnya [bunga KUR menjadi] 7 persen tadi, luar biasa demand-nya KUR ini, berarti harga kesimbangan sebelumnya terlalu tinggi,” ujar Iskandar.
“Itu latar belakang kita [pemerintah] menurunkan bunganya [KUR], agar orang kecil punya akses pembiayaan kredit," tambah dia.
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Addi M Idhom