Menuju konten utama

Pemerintah Didorong Bentuk

Direktur Riset dan Produksi Indoguardika Cipta Kreasi, Sujoko mendorong pemerintah membentuk tentara siber (cyber army) untuk menghadapi serangan dunia maya karena setiap hari Indonesia berhadapan dengan dunia maya dengan intensitas yang relatif tinggi.

Pemerintah Didorong Bentuk
Ilustrasi. [Foto/Shutterstock]

tirto.id - Direktur Riset dan Produksi Indoguardika Cipta Kreasi, Sujoko mendorong pemerintah membentuk tentara siber (cyber army) untuk menghadapi serangan dunia maya karena setiap hari Indonesia berhadapan dengan dunia maya dengan intensitas yang relatif tinggi.

Oleh karena itu, pionir pertahanan "cyber" PT Indoguardika Cipta Kreasi (ICK) Jakarta menyatakan siap memasok "senjata", baik perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software) ke kementerian yang kelak memimpin tentara siber (cyber army).

"Kedaulatan informasi di bumi pertiwi ini adalah suatu keniscayaan," kata Direktur Riset dan Produksi Indoguardika Cipta Kreasi, Sujoko di sela perekrutan pemrogram (programmer) di PT ICK yang berlangsung di Semarang, mulai Senin (11/4/2016) hingga Selasa, (12/4/2016).

Sujoko mengatakan kata dia, Indonesia sudah memerlukan tentara siber yang mampu mengoperasikan peralatan canggih, seperti alat antisadap, dengan tujuan menghadapi serangan dunia maya sekaligus melindungi sistem informasi guna mencegah kebocoran dan kelumpuhan (shut down).

Sementara itu, Direktur Utama PT ICK, Agung Setia Bakti memberikan keterangan ICK merupakan salah satu perusahaan keamanan informasi yang berhasil mengolah dan menemukan inovasi di bidang teknologi antisadap. Perusahaan ini sudah meresmikan pabrik mesin sandi pertama di Indonesia pada akhir Desember 2015 yang berlokasi di kawasan industri Bumi Serpong Damai (BSD) Tangerang Selatan.

"Hal ini untuk memutuskan kebergantungan Indonesia pada teknologi keamanan komunikasi asing," kata Agung yang juga merupakan alumnus Universitas Diponegoro (Undip) Semarang itu.

(ANT)

Baca juga artikel terkait ALAT ANTISADAP atau tulisan lainnya

Reporter: Mutaya Saroh