tirto.id - Direktur Teknik dan Manajemen Risiko PT Pelindo II (Persero) Dani Rusli Utama mengatakan bahwa kapasitas Pelabuhan Dwikora Pontianak hanya 100 ribu Teus dan sekarang sudah meningkat menjadi 250 ribu Teus. Seiring waktu lahan yang ada sudah tidak memadai dan kapal yang hanya bisa masuk ke pelabuhan tersebut relatif kecil.
Sementara itu dari tahun ke tahun kebutuhan kapal bertambah besar. Kapal besar pun tidak bisa masuk ke pelabuhan Pontianak yang hanya memiliki kedalaman 6-7 meter saja. Sementara untuk Pantai Kijing yang diusulkan akan dibangun pelabuhan ini memiliki kedalaman 12-15 meter dengan harapannya kapal besar dapat masuk.
Untuk mengatasi permasalahan ini, PT Pelindo II menargetkan tahun ini akan memulai pembangunan Pelabuhan Internasional di Pantai Kijing, Kecamatan Sungai Kunyit, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat. Nilai investasi tak main-main, yakni sekitar Rp5 triliun.
"Pembangunan Pelabuhan Internasional Kijing ini sudah mendesak terutama menurunkan biaya logistik ekonomi yang ada di Kalimantan Barat. Dahulu kita menggunakan pelabuhan Dwikora di Pontianak. Sebenarnya pelabuhan Dwikora ini sudah dioptimalkan, dan investasi alat hingga kapasitas meningkat 2-3 kali lipat," ungkap Dani disela kunjungan ke Kalbar, Sabtu (21/1/2017)
"Jadi untuk membangun Pelabuhan Internasional ini harus memenuhi 3 (tiga) prinsip, diantaranya terminal peti kemas, curah cair dan multipurpose. Untuk tahap pertama kita ajukan terminal peti kemas yang berfungsi sebagai multipurpose yang panjangnya sekitar 500 meter - satu kilometer. Sedangkan untuk arealnya diperlukan 50-100 hektare," ujarnya sebagaimana dikutip Antara.
Lebih lanjut Dani Rusli menerangkan realisasi pembangunan Pelabuhan Internasional itu didukung pemerintah melalui Perpres, termasuk masyarakat dan Pemerintah Daerah yang diupayakan dapat selesai pada tahun 2018-2019.
"Dengan demikian diharapkan kedepannya kapal-kapal yang datang bisa terlayani dengan baik disini. Kemudian untuk biaya yang biasa pakai kapal kecil bisa lebih murah karena volumenya lebih murah," jelasnya.
Selain itu dampak yang diharapkan adalah antisipasi ekonomi di Kalimantan Barat, yang dari tahun ke tahun meningkat. Apalagi diasumsikan pada tahun-tahun mendatang akan ada panen raya CPO dan tambang bauksit yang dapat difasilitasi pengirimannya di Pelabuhan Internasional Kijing nantinya.
Untuk rencana induk, menurut Dani Rusli Utama, pelabuhan baru tersebut akan diselesaikan akhir tahun. Kemudian dilanjutkan proses paralel dengan studi amdal dan Detail Engineering Design (DED) berdasarkan RIP yang tengah dilaksanakan.
"Harapan kita tahun ini bisa mulai, supaya bisa selesai secepatnya. Jadi pertengahan tahun ini sudah bisa dilaksanakan konstruksinya," jelasnya.
Selain pelaksanaan pembangunan konstruksi secara pararel, hal penting yang dijalankan yakni lahan dan sebagainya. "Kita maunya cepat. Tapi GCG, transparansinya, ketentuannya tidak ada dilanggar," tegas Dani Rusli Utama.
Sumber pendanaan akan dipenuhi dari internal serta pinjaman perbankan yang diserap secara bertahap sesuai kebutuhan. Pada tahap awal, dana yang dibutuhkan sekitar Rp1 triliun hingga Rp2 triliun. Sementara lama pembangunan sekitar dua tahun sehingga diharapkan operasional pelabuhan dilakukan pada 2019.
"Tahap selanjutnya kita siapkan 5-6 tahun kedepan selesai semua, yang penting kita tidak over investment dan tetap disiapkan minimalnya dan demandnya sesuai. Namun, jangan sampai perekonomian di Kalbar terhambat karena tidak ada pelabuhan yang sesuai," jelasnya.
Ia yakin, keberadaan Pelabuhan Internasional akan mempercepat perekonomian dengan menurunkan biaya logistik. Selain itu akan memudahkan dalam hal melayani daerah-daerah lainnya di Kalbar, termasuk dunia internasional meliputi kawasan Laut China Selatan mulai dari Singapura, Natuna, Jakarta dan sebagainya.
Penulis: Akhmad Muawal Hasan
Editor: Akhmad Muawal Hasan