Menuju konten utama

Pelatihan Pemeran dalam Sebuah Pentas Lakon

Berikut adalah macam-macam teknik yang bisa dilakukan pemeran dalam melatih peran. 

Pelatihan Pemeran dalam Sebuah Pentas Lakon
Pementasan teater garapan Studiklub Teater Bandung (STB) berjudul "Pinangan" karya Anton Chekov dengan sutradara Andre Hendria, di Gedung Kesenian Rumentang siang Bandung, Jawa Barat, Senin (15/5) malam. ANTARA FOTO/Agus Bebeng

tirto.id - Dalam melakukan pentas lakon, pemeran harus mampu memainkan karakter yang diperankannya dengan baik. Pemeran harus dapat menghidupkan karakter yang sedang ia perankan.

Untuk dapat menghidupkan karakter, pemeran perlu melakukan banyak latihan agar dapat melakukan pertunjukkan lakon yang memukau.

Latihan pemeran meliputi latihan teknis dan nonteknis. Latihan nonteknis adalah adalah latihan penguasaan tubuh dan jiwa. Latihan ini dilakukan dengan relaksasi, kepekaan, dan kreativitas.

Sementara itu, latihan teknik berfokus pada penguasaan peran yang akan dimainkan pemeran. Latihan teknik penting untuk melatih keterampilan pemain dalam menampilkan karakter melalui berbagai aspek.

Jika pemeran mampu menampilkan karakter dengan baik, penonton akan paham dan mau menerima karakter tersebut. Sebaliknya, karakter yang tidak dapat dimainkan dengan baik membuat penonton bertanya-tanya fungsi suatu peran dan akan kesulitan membedakan karakter lakon.

Berdasarkan buku Seni Budaya terbitan Kemendibud (2015: 145-154), latihan pemeran dalam sebuah pentas lakon dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.

1. Latihan Teknik Muncul

Teknik muncul adalah teknik yang dilakukan pemeran saat pertama kali muncul dalam pentas lakon. Kemunculan pemeran dapat terjadi saat layar dibuka, awal pentas, babak kedua, atau pada saat lakon-lakon tengah berdialog.

Pemeran lakon harus dapat melakukan teknik muncul dengan baik. Hal ini karena kesan pertama yang ditimbulkan pemeran saat pertama kali muncul akan mempengaruhi penilaian penonton terhadap suatu peran. Sehingga, penonton mampu untuk mengidentifikasi peran tersebut.

Saat pertama kali muncul, pemeran harus mampu menggambarkan suasana batin, emosi, fisik, ataupun intelektualitas karakter yang sedang diperankan. Sebab, kesan pertama yang ditimbulkan pemeran saat pertama kali muncul akan mempengaruhi penilaian penonton terhadap suatu peran. Sehingga, penonton mampu untuk mengidentifikasi peran tersebut.

Kesan yang baik dapat ditimbulkan dengan memberi jeda saat pemeran pertama muncul. Jeda dilakukan karena penonton akan lebih mudah mengidentifikasi pemeran dalam keadaan tidak bergerak.

Jeda tidak usah dilakukan terlalu lama. Panjang jeda dapat menyesuaikan kebutuhan pentas. Namun, biasanya jeda dilakukan selama beberapa detik.

Untuk dapat melakukan teknik muncul dengan baik, pemeran dapat melakukan langkah-langkah sebagai berikut.

  • Muncul dari sisi panggung secara tergesa-gesa. Ulangi terus hingga kamu dapat merasakan ketergesaan tersebut.
  • Muncullah lagi dengan tergesa. Namun, kamu harus berhenti saat telah berada di atas panggung. Cobalah untuk menatap sekeliling ruang panggung
  • Keluarlah dari panggung dengan tergesa lalu kembali dengan perasaan bahagia.
  • Lakukan terus teknik muncul tapi dengan perasaan yang berbeda-beda. Kamu bisa melakukan dengan perasaan sedih, senang, malu-malu, marah, dan lain-lain.

2. Latihan Teknik Memberi Isi

Teknik memberi isi berfokus menonjolkan emosi dan pikiran dari kalimat dan juga tindakan pemeran lakon. Teknik memberi isi dilakukan dengan dua cara, yakni dengan pengucapan dan anggota badan.

  • Teknik pengucapan

Teknik pengucapan bertujuan untuk memberi isi pada kalimat yang dapat dilakukan dengan memberikan tekanan dinamik, tekanan nada, dan tekanan tempo.

Tekanan dinamik dilakukan dengan mengeraskan kata yang penting dibandingkan kata lain. Sedangkan dalam tekanan nada, pemeran akan memberikan penekanan berupa tinggi dan rendah dalam kalimat.

Sementara itu, tekanan tempo dilakukan pemeran dengan menekankan lambat atau cepatnya sebuah kata.

  • Teknik anggota badan

Dalam teknik ini, pemeran dapat menekankan isi melalui gerak, air muka, dan sikap. Agar dapat melakukan teknik memberi isi, kamu dapat berlatih dengan membaca dialog naskah pentas lakon yang akan kamu perankan. Selanjutnya, kamu dapat memberi tanda pada kata yang dianggap penting.

Bacalah kata yang kamu anggap penting dengan memberikan penekanan yang berbeda dari kalimat lain. Hal ini untuk melatih teknik pengucapan.

Selanjutnya, praktikkan kata-kata yang penting tersebut melalui beragam perasaan. Praktik dengan menggunakan berbagai perasaan berguna agar kamu mengetahui perasaan apa yang paling tepat untuk menggambarkan kata tersebut. Ulangi terus hingga kamu menemukan perasaan yang pas.

3. Latihan Teknik Pengembangan

Teknik pengembangan adalah teknik mengembangkan jalan cerita menuju klimaks melalui pengucapan dan jasmani.

Dalam mengembangkan pengucapan, pemeran dapat menaikkan volume suara, menaikkan tinggi nada suara, dan menaikkan tempo suara. Selain itu, pemeran dapat pula menurunkan volume suara, tinggi nada suara, dan tempo suara.

Sementara itu, untuk dapat mengembangkan teknik jasmani, pemeran dapat menaikkan tingkat posisi tubuh seperti yang awalnya menundukkan kepala menjadi menegakkan kepala. Pemeran juga dapat melakukan pergerakan tubuh yang lain seperti berpaling, berpindah tempat, memainkan ekspresi muka, dan menggerakkan anggota tubuh.

Latih teknik pengembangan dengan membaca dialog dengan volume, tempo, dan nada yang berbeda. Ulangi terus hingga menemukan teknik pengucapan yang tepat.

Setelah itu, baca dialog dengan menggunakan berbagai posisi tubuh. Kamu dapat membaca dialog sambil duduk, berdiri, berpaling, hingga berpindah tempat.

Catat teknik pengucapan dan teknik jasmani yang paling tepat untuk setiap dialog. Hal ini berguna agar kamu dapat langsung mempraktikkan teknik pengembangan yang sesuai dalam latihan selanjutnya.

4. Latihan Teknik Membina Puncak-puncak

Pemain Teguh Karya dalam buku Rendra yang berjudul Tentang Bermain Drama (2018: 28) menyatakan bahwa “teknik membina puncak pada hakikatnya adalah teknik menahan.” Hal ini karena, pemeran harus mampu menahan pengucapan atau gerak tubuh dalam tiap adegan menjadi lebih rendah dibandingkan klimaks cerita.

Jika pemeran tidak dapat menahan diri sebelum klimaks, ia akan sulit menciptakan klimaks. Klimaks cerita cenderung tidak jelas karena tidak ada perbedaan pengucapan dengan gerak tubuh antara awal dan klimaks cerita.

Oleh karena itu, pemeran harus dapat melakukan teknik membina puncak-puncak yang baik. Teknik membina puncak-puncak dapat dilatih dengan cara sebagai berikut.

  • Buatlah kelompok untuk melakukan latihan.
  • Latihan pertama dilakukan dengan menahan intensitas emosi. Latihan ini dilakukan dengan memberi emosi pada sebuah dialog dari intensitas yang paling rendah hingga tinggi.
  • Selanjutnya, latihan menahan reaksi terhadap pengembangan alur. Teknik ini dilakukan pemeran dengan menyesuaikan tingkat emosi dengan keseluruhan alur cerita. Sehingga, reaksi yang dilakukan pemeran harus menyesuaikan dengan adegan yang berlangsung.
  • Lakukan latihan gabungan, yakni latihan dengan memadukan gerak tubuh jasmani dengan suara. Dalam teknik ini, ketika teknik gerak tuh jasmani ditekankan, pemeran harus meminimalkan teknik suara. Hal ini berlaku juga sebaliknya. Contoh, pemeran mengucapkan sebuah dialog secara keras maka gerak tubuhnya harus ditahan. Pemeran baru akan memadukan penekanan gerak tubuh jasmani dengan suara pada klimaks pentas lakon.
  • Lalu, praktikkan teknik kerja sama dengan mencipatkan klimaks pentas lakon bersama kelompok latihan. Para pemeran mempraktikkan teknik ini dengan melakukan kebalikan dari pemeran lain. Misalnya, kamu berbicara dengan intensitas tinggi maka teman dialogmu harus membaca dengan tempo yang lambat. Saaat klimaks, para pemeran baru dapat mencapai puncak suara dan gerakan.
  • Setelah itu, lakukan teknik penempatan pemain. Teknik ini mengharuskan pemain untuk mencoba posisi yang berbeda-beda saat melakukan latihan. Biasanya, pemeran yang berada di panggung belakang akan memiliki posisi lebih kuat dibanidingkan pemeran yang ada di paggung bagian depan.

5. Latihan Teknik Timming

Teknik timming bertujuan untuk menyesuaikan dialog yang diucapkan pemeran dengan bahasa tubuhnya.

Teknik ini terdiri atas tiga cara, yakni gerakan dilakukan sebelum kata-kata diucapkan, gerakan dilakukan sambil mengucapkan kata-kata, dan gerakan dilakukan setelah kata-kata diucapkan.

Latihan teknik timming dapat dilakukan secara berkelompok menggunakan naskah pentas lakon yang telah ada. Bacalah satu dialog hingga habis dan mendekatlah pada tubuh teman dialogmu.

Setelah itu, praktikkan lagi satu dialog. Namun, kali ini jauhilah tubuh teman dialogmu. Ulangi terus dialog dengan menjauhi ataupun mendekati teman dialog hingga kamu menemukan waktu yang tepat untuk mengucapkan dialog.

6. Latihan Teknik Improvisasi

Dalam teknik improvisasi, pemeran melakukan peran secara spontan. Pemeran tidak memerlukan persiapan apa pun.

Teknik ini dapat mengasah daya cipta dan daya khayal pemain. Selain itu, pemain juga akan lebih peka untuk menghadapi permasalahan di panggung.

Untuk dapat melatih teknik improvisasi, kamu dapat melakukannya secara individu, berpasangan, ataupun kelompok. Kamu dapat melatih teknik ini dengan memperagakan berbagai genre cerita, seperti cerita sedih, senang, atau gembira.

Baca juga artikel terkait SENI PERAN atau tulisan lainnya dari Fatimatuzzahro

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Fatimatuzzahro
Penulis: Fatimatuzzahro
Editor: Alexander Haryanto