tirto.id - Kepolisian Republik Indonesia (Polri) telah mengidentifikasi dua pelaku bom bunuh diri sebuah gereja Katedral di Jolo, Filipina. Keduanya adalah pasangan suami istri Warga Negara Indonesia (WNI).
Hasil itu diperoleh usai kepolisian memeriksa lima tersangka yang ditangkap terkait aksi itu. Pasangan suami istri tersebut teridentifikasi dengan nama adalah Rullie Rian Zeke dan Ulfah Handayani Saleh. Meski begitu, polisi masih ingin memastikan hasilnya melalui pemeriksaan DNA.
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengatakan, hasil identifikasi polisi belum final. Menurutnya, hasil itu masih harus dikonfirmasi lebih lanjut dengan pemeriksaan DNA.
Ia berkesimpulan, meskipun sudah memeriksa 5 pelaku lainnya, kabar bahwa pelaku bom bunuh diri adalah WNI masih dugaan.
“Itu adalah dugaan. Masih belum confirm. Sekarang proses konfirmasi sedang dilakukan dengan penelitian yang terkait lagi dengan DNA. DNA orang yang dicurigai adalah pelakunya,” ucap Retno kepada wartawan saat ditemui di Gedung Kemenlu, Jakarta pada Rabu (24/7/2019).
Retno menyatakan, saat ini polisi termasuk lembaga terkait seperti Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) tengah melakukan proses panjang untuk memastikan kebenaran identifikasi itu.
Proses panjang itu, ujar Retno, perlu ditempuh agar tidak ada kesalahan pada kesimpulan yang akan disampaikan kemudian.
“Jadi progress itu yang ingin saya sampaikan. Kita menunggu konfirmasi dari kepolisian apakah betul pelakunya WNI. Ada beberapa proses untuk confirm agar tidak salah,” ucap Retno.
Sebelumnya, Dua bom meledak di sebuah Katedral di pulau Jolo, Filipina selatan pada Minggu (27/1/2019) menewaskan 22 orang dan melukai 111 lainnya.
Mengutip dari New York Times, ledakan bom itu terjadi hanya berselang satu minggu usai warga Jolo setuju masuk wilayah otonomi Bangsamoro.
Ledakan terjadi di pagi hari ketika orang-orang berkumpul untuk Misa di Katedral Our Lady of Mount Carmel di Jolo, ibu kota Provinsi Sulu menurut Kolonel Gerry Besana, seorang juru bicara militer Filipina.
Gerry mengatakan, satu bom terjadi di dalam gereja, sementara bom lainnya meledak di tempat parkir. Bom-bom itu diyakini buatan sendiri.
Kepala Inspektur Graciano Mijares, komandan polisi regional mengatakan, dari 20 korban tewas, lima di antaranya adalah tentara yang menjaga gereja.
"Saya telah mengarahkan pasukan kami untuk meningkatkan tingkat siaga mereka, mengamankan semua tempat ibadah dan tempat-tempat umum lainnya, dan memulai langkah-langkah keamanan proaktif untuk menggagalkan serangan [bom]," kata Menteri Pertahanan Delfin Lorenzana dalam sebuah pernyataan.
Katedral di Jolo sering menjadi sasaran sekelompok gerilyawan yang berafiliasi dengan Abu Sayyaf dan ISIS.
Pada tahun 2010, dua serangan granat terpisah mengguncang gereja, meskipun tidak ada korban luka. Tiga tahun kemudian, dua pengunjung gereja terluka dalam serangan serupa.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Dewi Adhitya S. Koesno