Menuju konten utama

Pelajaran Berharga dari Biang Polusi Dunia

Cina identik sebagai negara terpolusi akibat maraknya kegiatan industri. Namun, predikat itu bergeser ke India dan Nigeria. Kota-kota di kedua negara tersebut masuk dalam kategori wilayah dengan tingkat polusinya tertinggi di dunia.

Pelajaran Berharga dari Biang Polusi Dunia
Burung-burung terbang di saat polusi menyelimuti kota Wuhan, Hubei, Tiongkok. [Antara foto/Reuters/Stringer]

tirto.id - Membayangkan polusi pasti akan terpikir negara-negara industri, seperti Cina. Nyatanya, bayangan itu tidak sepenuhnya benar. Negara dengan polusi tinggi kini juga disandang negara-negara Afrika seperti Nigeria. Menurut WHO, salah satu kota di negeri itu menyandang sebagai kota terpolusi dunia.

Dari 3.000 kota di 103 negara, Onitsha di Negeria mencatatkan angka polusi hingga 594 mikrogram per meter kubik. berdasarkan partikel udara dalam wujud padat yang berdiameter kurang dari 10 µm (PM10). Dengan kadar polusi setinggi itu, kota ini sudah melampaui 30 kali lipat dari batas maksimum yang direkomendasikan WHO. Nigeria juga punya kota lain yang masuk dalam kota terpolusi yaitu Kaduna, Aba, Umuahia yang masing-masing tingkat polusinya 423, 373, dan 274 mikrogram per meter kubik..

Semua angka-angka itu bisa dibilang mengerikan. Mengapa? Partikel debu yang berdiameter kurang dari PM10 punya kemampuan lebih besar tak lolos dari saringan hidung manusia dan menembus ke dalam paru-paru. Rambut di dalam hidung hanya dapat menyaring debu yang berukuran lebih besar dari PM10.

CNN menulis pemicu polusi udara yang sangat berat di Nigeria karena faktor yang kompleks. Negara di sisi barat Benua Afrika ini, penggunaan bahan bakar padat untuk memasak, pembakaran sampah atau limbah, polusi knalpot dari kendaraan bermotor berusia tua menjadi penyebabnya. Penggunaan genset di rumah-rumah Nigeria berkontribusi terhadap polusi, akibat persoalan listrik yang masih bermasalah di negara itu. Semuanya terakumulasi di saat ekonomi Nigeria sedang menggeliat, sebagai ekonomi terbesar di Afrika, menyalip Afrika Selatan.

“Di Afrika, disayangkan, tingkat polusi udara meningkat karena percepatan pembangunan ekonomi dan industri tanpa teknologi yang tepat,” kata Direktur Kesehatan Publik WHO Maria Neira dikutip dari CNN.

India justu bisa lebih parah lagi, bila menghitung dari tingkat partikel udara yang lebih halus yaitu PM2,5. Sebanyak 16 dari kota di India masuk dalam daftar 30 kota paling terpolusi di dunia. Polusi udara juga menghinggapi kota-kota di negara maju, meski relatif masih dalam batas ambang wajar seperti Sydney, New York, dan London masing-masing hanya 17, 16, dan 22 mikrogram per meter kubik untuk kategori PM10.

Untungnya kota di Indonesia tak masuk dalam data WHO, setidaknya absen dari 20 besar kota-kota paling terpolusi di dunia. WHO hanya mencatat tingkat polusi di Kota Bandung untuk PM10 mencapai 59. Angka ini sudah di atas dari batas ambang PM10 yang direkomendasikan WHO yaitu di angka 20 mikrogram per meter kubik. Namun secara keseluruhan, persoalan polusi udara sudah jadi sebuah alarm keras bagi global.

Warning Global

WHO mencatat polusi udara secara global telah mengalami peningkatan hingga 8 persen selama lima tahun terakhir. Dengan kondisi demikian, diperkirakan ada 3 juta kematian dini setiap tahunnya akibat penyakit yang ditimbulkan dari polusi udara. Angka ini melampaui angka kematian yang disebabkan oleh malaria dan AIDS. Kini, polusi udara sebagai satu-satunya pembunuh terbanyak di dunia.

“Kita menghadapi kondisi emergensi kesehatan publik di banyak negara. Tingkat polusi udara di perkotaan terus meningkat pada level yang mengkhawatirkan, sebuah malapetaka bagi kesehatan manusia. Ini sungguh dramatis. Salah satu problem besar yang sedang kita hadapi secara global,” kata Direktur Kesehatan Publik WHO Maria Neira dikutip dari The guardian.

Polusi udara yang tinggi akan meningkatkan risiko stroke, penyakit jantung, kanker paru-paru, penyakit pernafasan akut, asma, bagi penduduk yang tinggal di kota-kota berpolusi udara yang tinggi seperti India.

Media washingtonpost.com menulis sebuah studi dalam jurnal Geophysical Research Letters, mengenai polusi udara di India. Berdasarkan simulasi berbasis komputer, terungkap bahwa ada sekitar 570.000 kematian dini per tahun di India akibat polusi udara, juga 12.000 dari dampak ozon. Studi ini mendukung dari estimasi WHO sebelumnya pada 2014 bahwa angka kematian dini akibat polusi udara di India bisa mencapai 500.000-600.000 orang per tahun.

“Polusi udara memang merupakan penyebab utama kematian dini," kata Jos Lelieveld dari Max Planck Institute di Jerman.

Pemerintah India, memang tak tinggal diam, sejak awal 2016 kampanye “Pollution Free Delhi” marak di jalan-jalan di ibu kota India. New Delhi jadi megapolitan terpolusi untuk populasi kota di atas 14 juta jiwa mengalahkan kota-kota besar di Cina seperti Beijing dan Shanghai. Pemerintah Kota New Delhi juga mulai mencanangkan program pengurangan pemakaian kendaraan pribadi dengan sistem ganjil-genap sejak Januari 2016. India nampaknya masih harus berjuang lebih keras, bila ingin menyusul negara yang sudah melakukan perbaikan polusi udara seperti Cina.

Sebuah Pembelajaran

Pada masa lalu Cina juga pernah menghadapi polusi udara yang berat. Mulai 2011, mereka melakukan pembenahan untuk mengendalikan polusi udara. Terbukti tahun ini dari 20 daftar kota terpolusi di dunia, Cina hanya menyumbang satu kota yaitu Kota Shijizhuang dengan tingkat PM10 mencapai 305 mikrogram per meter kubik. Cina secara perlahan tapi pasti mampu keluar dari status negara yang punya kota terpolusi.

Dalam situs World Economic Forum www.weforum.org, terungkap Cina telah melakukan upaya investasi besar-besaran untuk mengendalikan polusi di berbagai kota negaranya. Pada tahun lalu misalnya, Cina menginvestasikan 26,7 miliar dolar AS di bidang energi terbarukan. Anggaran ini dua kali lipat dari AS yang menempati urutan kedua terbesar dalam anggaran energi terbarukan.

Berdasarkan studi terbaru dari Greenpeace, investasi di bidang energi terbarukan oleh Cina beberapa tahun lalu telah membuahkan perubahan. Berdasarkan satelit NASA yang bisa memantau partikel mikro di udara, tercatat tingkat polusi udara di Cina untuk kategori PM2,5 mengalami penurunan 17 persen, antara periode 2010-2015. Sementara itu di AS juga turun 15 persen.

Jadi polusi udara yang berat bisa menimpa kota-kota mana saja di dunia termasuk di Indonesia. Polusi udara terjadi karena perilaku manusianya, sumbangan polusi dari pembakaran bahan bakar minyak (BBM) dari kendaraan bermotor, aktivitas industri dan sebagainya yang menentukan adalah manusia. Jadi mau menyusul kota-kota tadi, atau bisa jadi pelajaran bagi mereka? Pilihan ada di kita.

Baca juga artikel terkait SOSIAL BUDAYA atau tulisan lainnya dari Suhendra

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Suhendra
Penulis: Suhendra
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti