tirto.id - Pemain tunggal putri bulutangkis India, Pusarla V Sindhu, berhasil menghapus “kutukan final” yang selama ini kerap melekat kepadanya, usai menjuarai BWF World Tour Finals 2018 di Tianhe Gymnasium, Guangzhou, Cina, hari Minggu (16/12/2018). Di laga puncak kejuaraan yang memperebutkan hadiah total 1,5 juta dollar AS tersebut, pemain ranking 6 dunia itu berhasil menghentikan salah satu andalan Jepang, Nozomi Okuhara.
Pebulutangkis dengan tinggi 179 cm itu langsung berlutut di samping net dan tak mampu menyembunyikan kegembiraannya, ketika berhasil menuntaskan poin terakhir dengan menyambar pengembalian tanggung dari Okuhara. Laga ini pun berakhir dengan straight game 21-19 dan 21-17 untuk keunggulan wakil India. Tak ayal ini adalah gelar pertama Sindhu, setelah 7 kali selalu kalah di partai final.
“Aku sangat emosional karena ini emas pertamaku di kejuaraan ini. Aku tak punya apapun dalam benakku. Aku sangat menginginkan kemenangan ini,” ujar Sindhu sesaat selepas laga, seperti dikutip dari laman BWF.
Sebelum terjun di kejuaraan ini, tunggal putri India tersebut sempat harus puas dengan hanya menjadi runner-up sebanyak tujuh kali beruntun.
Pada bulan November 2017, ia kalah straight game dari pemain Cina Taipei, Tai Tzu Ying pada partai puncak Hong Kong Open 2017. Sebulan setelahnya, ia kembali menelan pil pahit dari wakil Jepang, Akane Yamaguchi, di partai pamungkas BWF Super Series Finals 2017. Saat gelaran India Open 2018 pada bulan Februari, di kandang sendri pun Sindhu tetap juga tak mampu juara setelah kalah di final melawan wakil Amerika Serikat, Beiwen Zhang.
Ajang Commonwealth Games pada bulan April 2018, Sindhu kembali kalah di final melawan rekan senegaranya sendiri, Saina Nehwal. Lalu pada Juli 2018, ia takluk di partai puncak Thailand Open oleh Nozomi Okuhara. Berikutnya di gelaran BWF World Championship 2018 (Kejuaraan Dunia 2018) ia harus puas hanya menjadi runner-up setelah menderita kekalahan dari wakil Spanyol Carolina Marin. Dan di ajang Asian Games 2018, ia hanya mengantongi medali perak pasca ditundukkan Tai Tzu Ying di final.
Mengalami kekalahan di partai puncak sebuah kejuaraan besar tentu sangat mengecewakan bagi semua pemain, apalagi jika hal itu terjadi secara beruntun dan dalam jumlah yang tidak sedikit, seperti halnya yang Sindhu alami. Harapan besar dari publik dan para penggemar yang ingin menyaksikan para pemain andalannya menjadi juara, sering kali malah berbalik menjadi tekanan bagi si pemain itu sendiri.
Tapi berbekal gelar bergengsi di akhir tahun ini, pemain kelahiran tahun 1995 ini pun setidaknya untuk sementara dapat menampik komentar minor yang kerap tertuju padanya.
“Aku sangat bangga, tahun ini berakhir dengan catatan indah. Orang-orang bertanya padaku dengan pertanyaan yang sama, aku pikir pertanyaan itu tak kan datang lagi – bertanya kenapa aku selalu kalah di final. Sekarang aku bisa bilang, aku memenangkan emas dan aku bangga,” tutup Pusarla V Sindhu.
Editor: Oryza Aditama