tirto.id -
Hal ini disampaikan Sekretaris Badan Kaderisasi PDIP, Eva Kusuma Sundari. Menurutnya, putra sulung Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tersebut harus berproses terlebih dulu sebelum bertarung di pemilihan eksekutif tertinggi di negeri ini.
"Harus banyak belajar seperti Puan, masuk DPR dulu, menteri dst," kata Eva kepada Tirto, Senin (26/3/2018).
Karier politik AHY memang terbilang baru. Sebelumnya ia menjadi prajurit TNI dengan pangkat terakhir mayor. Ia mengawali terjun ke dunia politik saat Pilkada DKI 2017 sebagai calon gubernur berdampingan bersama Sylviana Murni.
Saat itu AHY diusung Demokrat, PKB dan PAN. Namun, ia harus menelan pil pahit gugur di putaran pertama dengan perolehan suara 17,02 persen.
Kini, AHY menjadi Ketua Komando Tugas Bersama (Kogasma) pemenangan pemilu Demokrat dan digadang sebagai sosok yang akan diusung di Pilpres 2019 dari partai berlambang Mercy tersebut.
Dari hasil survei politik pelbagai lembaga survei, elektabilitasnya diperhitungkan sebagai capres maupun sebagai cawapres. Meskipun angkanya masih jauh di bawah Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto.
Paling anyar, survei Political Communication Institute menyatakan 21 persen responden menilai AHY paling pantas menjadi capres alternatif. AHY mengungguli Zulkifli Hasan (Ketua Umum PAN) berada di urutan kedua dengan 15,33 persen dan sejumlah tokoh lainnya.
Direktur Polcomm Institute, Heri Budianto, saat merilis survei tersebut (25/3/2018) menyatakan Demokrat berpeluang mengusung AHY sebagai capres alternatif dan membangun poros ketiga bersama PAN dan PKB.
Akan tetapi, Wasekjen PDIP, Eriko Sotarduga pesimis poros ketiga akan terbentuk. Pasalnya, kata dia, PAN dan PKB memiliki sosok ketua umum yang berambisi pula maju di Pilpres 2019.
"Kalau Cak Imin atau Zulkifli jadi Cawapres AHY, mana mau. Mereka lebih senior," kata Eriko di Hotel Alia, Cikini, Jakarta Pusat, Minggu (25/3/2018).
Penulis: M. Ahsan Ridhoi
Editor: Maya Saputri