tirto.id - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Selasa (26/9/2017) mencatat pengungsi Rohingya di Bangladesh telah mencapai 480.000 orang. Dari laporan yang ada, pengungsi bertambah dari sekitar 450.000 dalam dua hari.
PBB bersama badan amal internasional melaporkan bahwa perubahan tersebut terjadi karena sekitar 35.000 orang Rohingya yang sebelumnya tidak terhitung, masuk ke dua kamp pengungsian.
Tak hanya itu, PBB juga menyebut jumlah warga yang menyeberangi perbatasan bertambah. Sabtu lalu, PBB mencatat ada sekitar 435.000 orang Rohingya di Bangladesh.
Hal ini berbeda dari laporan PBB pekan lalu yang menyatakan bahwa pengungsi Rohingya di Bangladesh menurun drastis. Namun kini, laporan baru itu menunjukkan bahwa orang-orang Rohingya menyeberangi perbatasan setiap harinya akhir-akhir ini.
Bangladesh telah menyiapkan lahan seluas delapan kilometer persegi di dekat-dekat kamp guna menampung para pengungsi baru tersebut. Meski begitu, hingga kini belum ada fasilitas apapun yang dibangun di sana.
Sebelumnya, militan Rohingya di Rakhine State Myanmar pada 25 Agustus memicu operasi militer balasan sehingga memaksa warganya menyeberangi perbatasan dan mengungsi ke Bangladesh.
Sebanyak 300.000 warga Rohingya menempati kamp-kamp dan tenda pengungsian di sisi batas Bangladesh sebelum kekerasan terakhir terjadi. Tapi kini kamp-kamp tersebut kelebihan penghuni semenjak mereka datang menyeberangi perbatasan tiap harinya.
Para pengungsi Rohingya yang datang ke Bangladesh juga menceritakan kejadian yang mereka alami di Rohingya. Ada yang bercerita tentang pembunuhan, pemerkosaan dan pembakaran yang mereka saksikan sendiri di Myanmar, tempat tinggalnya.
Kondisi terkini, pengungsi Rohingya membutuhkan layanan pendidikan dan pelatihan kemampuan kerja guna membangun kembali kehidupan mereka. Hal itu diungkapkan pemimpin Tim SOS Rohingya dari organisasi kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) Rahardiansyah, Senin (25/9/2017).
“Kalau untuk bantuan sandang, pakaian sudah tidak perlu. Paling yang diperlukan yaitu shelter dan sanitasi serta yang bersifat sustainable seperti pendidikan untuk anak, nutrisi dan kesehatan itu diperlukan,” katanya.
Penulis: Yandri Daniel Damaledo
Editor: Yandri Daniel Damaledo