tirto.id - Laman Google, Selasa (10/10/2017), dihiasi ilustrasi hitam putih untuk merayakan hari lahirnya seorang ilmuwan, penjelajah, aktivis, dan humanis berkebangsaan Norwegia: Fridtjof Nansen.
Lahir di Norwegia pada tahun 1861, Fridtjof Nansen bukan seperti ilmuwan kebanyakan. Pria yang memperoleh gelar PhD di bidang ilmu hewan ini justru memilih mencetak titelnya sendiri sebagai penjelajah kutub.
Ia mulai memimpin ekspedisi pertama menyeberangi Greenland dengan berjalan kaki. Empat tahun kemudian, Nansen melintasi Samudera Arktik dengan sengaja membekukan kapalnya ke lapisan es.
Seiring namanya dikenal, Nansen pun mengembangkan ketenarannya ke kancah politik. Ia mengawali tugas politiknya sebagai perwakilan Norwegia dalam perselisihan dengan Swedia. Nansen kemudian bertindak sebagai duta besar Norwegia untuk Inggris. Pada masa-masa inilah peran politik Nansen bermanfaat untuk umat manusia di dunia.
Akhir Perang Dunia I, Nansen melibatkan diri dalam pembentukan lembaga perdamaian internasional yang dulu dikenal sebagai Liga Bangsa-Bangsa (sekarang berganti menjadi Perserikatan Bangsa-Bangsa). Lembaga itu kemudian pada 1920 menempatkan Nansen sebagai penanggung jawab masalah pasca-perang. Ia harus mencari tahu apa yang harus dilakukan para pengungsi yang telantar akibat perang.
Sebagai Komisaris Tinggi baru untuk Repatriasi Narapidana-Perang, Nansen menegosiasikan kembalinya ratusan ribu tawanan perang yang diadakan di Jerman dan Siberia. Selama bekerja untuk membebaskan mereka, Nansen menyadari dampak yang timbul akibat perang.
"Tidak pernah dalam hidup saya, telah disentuh dengan begitu banyaknya penderitaan," kata Nansen pada bulan November 1920, seperti dikutip Atlas Obscura.
Nansen kemudian menyadari, yang benar-benar dibutuhkan para pengungsi adalah mereka bisa hidup untuk diri mereka sendiri. Para pengungsi dapat bepergian kembali sehingga bisa menemukan kesempatan hidup, bekerja, dan membangun rumah mereka yang baru. Mereka membutuhkan semacam dokumen identitas, pikir Nansen.
Pada bulan Maret 1922, di Dewan Liga Bangsa-Bangsa, Nansen mengajukan dokumen semacam itu: "Paspor Nansen.” Dengan paspor itu, pengungsi dimungkinkan melakukan perjalanan dan melindunginya dari deportasi.
Paspor sederhana ini menampilkan identitas pemiliknya, kewarganegaraan, dan ras. Pemegangnya bisa bergerak antarnegara untuk mencari pekerjaan atau anggota keluarga. Pengungsi tanpa kewarganegaraan saat itu dapat memiliki identitas lagi untuk pertama kalinya sehingga tidak bisa dideportasi.
Saat itu pula berkat jasanya, Fridtjof Nansen diberi penghargaan Nobel Perdamaian pada 1922. Paspor Nansen telah mengembalikan hak 450.000 orang tanpa kewarganegaraan sampai dengan 1942. Para korban telantar akibat Perang Dunia I, genosida Armenia, hingga Revolusi Rusia itu dapat melintasi perbatasan dan membuktikan identitas mereka.
Baca juga:Fridtjof Nansen Penakluk Kutub Utara Dijadikan Google Doodle
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari