Menuju konten utama

Pasien COVID-19 Komorbid Ginjal Punya Risiko Kematian Paling Tinggi

Daftar komorbid pasien COVID-19 dengan risiko kematian tertinggi adalah penyakit ginjal, jantung, diabetes, dan hipertensi.

Pasien COVID-19 Komorbid Ginjal Punya Risiko Kematian Paling Tinggi
Pengendara motor melintas di dekat dinding bermural di terowongan Mayjen Sungkono, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (22/11/2020). ANTARA FOTO/Didik Suhartono/wsj.

tirto.id - Pasien COVID-19 yang memiliki kondisi penyerta (komorbid) penyakit ginjal memiliki risiko kematian 13,7 kali lebih besar dibandingkan yang tidak memiliki penyakit tersebut. Selain itu, semakin banyak komorbid yang menyertai, semakin besar pula risiko kematian.

Tidak ada satu pun individu yang kebal terhadap COVID-19. Semua orang dari rentang usia apa pun, baik yang muda maupun tua dapat tertular sekaligus menularkan penyakit ini.

Kelompok muda, dalam rentang usia 19 hingga 45 tahun, cenderung memiliki imunitas yang lebih baik sehingga mungkin dapat terpapar COVID-19 tanpa menunjukkan gejala (asimtomatik). Namun, hal ini justru berbahaya karena kelompok ini bisa menjadi carrier virus Corona dan menyebabkan kematian bagi orang-orang di sekitar mereka (silent killer).

Berdasarkan data Satgas Penanganan COVID-19, kasus positif COVID-19 memang terbanyak dari rentang usia 31 hingga 45 tahun --di kisaran 30,4 persen pada Kamis (17/12). Ini diikuti rentang usia 19-30 tahun (24,6 persen), 46-59 tahun (23 persen), lebih dari 60 tahun (10,4 persen), dan 0-5 tahun (2,7 persen).

Meskipun demikian, jumlah kematian karena COVID-19 terbanyak dialami oleh mereka yang dalam rentang usia 60 tahun atau lebih. Ini menunjukkan, meskipun rentang usia 19 hingga 45 tahun tanpa gejala, mereka tetap layak menerapkan protokol kesehatan 3M demi menjaga lansia di sekeliling.

Berdasarkan hasil analisis tim pakar Satgas Penanganan COVID-19 terkait kematian berdasarkan usia, dalam 5 bulan terakhir, kelompok rentang usia 60 tahun ke atas lebih berisiko meninggal 19,5 kali lipat daripada rentang usia lain.

Kelompok ini diikuti oleh rentang usia 46 hingga 59 tahun yang lebih berisiko 8,5 kali lipat. Kemudian, kelompok usia 31 sampai 45 tahun dengan risiko 2,4 kali lipat.

Data lain terkait analisis kematian pasien COVID-19 berdasarkan riwayat komorbid menunjukkan penyakit ginjal memiliki risiko kematian 13,7 kali lebih besar dibandingkan pasien yang tidak memiliki penyakit tersebut.

Ini diikuti dengan penyakit jantung (9 kali lebih berisiko kematian). Penyakit diabetes mellitus memiliki risiko kematian 8,3 kali lebih besar. Sementara itu, hipertensi 6 kaki lebih besar dan penyakit imun memiliki risiko 6 kali lebih besar dibandingkan yang tidak memiliki.

"Semakin banyak riwayat komorbid, mereka yang memiliki penyakit komorbid lebih dari satu, berisiko 6,5 kali lipat lebih tinggi untuk meninggal saat terinfeksi COVID-19," terang Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito dalam konferensi pers yang tayang di kanal Youtube Sekretariat Presiden pada Selasa (15/12).

Pasien yang memiliki 2 penyakit komorbid berisiko 15 kali lipat lebih tinggi untuk meninggal saat terinfeksi COVID-19 dibandingkan yang tidak memiliki kondisi komorbid. Sementara itu, pasien yang memiliki 3 penyakit komorbid atau lebih berisiko 29 kali lipat lebih tinggi meninggal saat terinfeksi COVID-19.

Menurut Wiku, data-data di atas menunjukkan secara detail golongan mana saja yang perlu mendapat perhatian lebih dan mendapatkan prioritas perlindungan.

Dalam hal ini, masyarakat yang masuk dalam kategori berisiko tinggi atau mereka yang tinggal dengan anggota keluarga berisiko tinggi, mesti menerapkan protokol kesehatan 3M dengan ekstra disiplin.

Di sisi lain, masyarakat yang tidak masuk kategori berisiko tinggi atau tidak tinggal dengan anggota berisiko tinggi, tetap mesti menegakkan 3M. Hal ini tidak terlepas dari kenyataan bahwa manusia adalah makhluk sosial, yang pasti akan berinteraksi dengan golongan-golongan di atas.

"Marilah kita saling menjaga dan tidak egois. Ingatlah bahwa mereka yang masuk dalam kategori berisiko tinggi tersebut adalah seorang kakek, nenek, ibu, ayah, atau saudara kita. Kita harus bisa berbesar hati untuk mengesampingkan ego, dan memikirkan perasaan keluarga yang mungkin saja kehilangan orang terkasih mereka akibat keteledoran kita," papar Wiku.

Masyarakat mesti selalu #ingatpesanibu dan menerapkan 3M yaitu memakai masker, menjaga jarak dan menghindari kerumunan, juga mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir selama 30 detik.

-----------------

Artikel ini diterbitkan atas kerja sama Tirto.id dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)

Baca juga artikel terkait KAMPANYE COVID-19 atau tulisan lainnya dari Fitra Firdaus

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Fitra Firdaus
Editor: Agung DH