tirto.id - Pemerintah Papua Nugini mengumumkan status darurat. Mereka membekukan pemerintah provinsi serta mengirimkan pasukan bersenjata ke wilayah pegunungan. Pengumuman status darurat itu menyusul adanya kerusuhan serta pembakaran beberapa wilayah.
Seperti diberitakan Antara, sekelompok orang bersenjata marah karena menganggap pengadilan tidak berhasil dalam menyelesaikan masalah pemilihan gubernur. Mereka membakar pesawat terbang, menjarah gudang serta membakar gedung di Mendi, ibu kota Provinsi Southern Highlands.
Perdana Menteri Peter O`Neill, pada Jumat (15/6) kemarin mengatakan, Papua Nugini mengumumkan keadaan darurat serta menghentikan sementara pemerintah setempat di provinsi itu selama sembilan bulan.
"Tindakan orang-orang yang sembrono merusak properti di Mendi telah membuat jijik bangsa," kata O`Neill.
"Polisi akan menyelidiki setiap penghasut, dan setiap orang yang terlibat dalam kerusuhan," lanjut dia.
Kewenangan darurat konstitusional itu diberikan kepada seorang mantan polisi bernama Thomas Eluh, yang bertindak sebagai administrator provinsi tersebut.
O`Neill mengatakan, polisi bersama dengan penyelidik kriminal telah dikerahkan untuk mengatasi persoalan tersebut.
Selain itu, ada lebih dari 200 tentara Pasukan Pertahanan Papua Nugini akan diterjunkan ke Kota Mount Hagen pada Sabtu (16/6) sebelum melakukan perjalanan ke Mendi.
Juru bicara bencana provinsi bernama Barclay Tenza mengatakan, selama kerusuhan tersebut, mereka juga menjarah gedung yang berisikan pasokan bantuan gempa.
"Mereka mengambil semua bahan makanan," kata Tenza melalui telepon dari Port Moresby.
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Alexander Haryanto