Menuju konten utama

Panggung Aksi Kaum Kurcaci

Datang tidak diunggulkan, tim-tim kecil penyandang status kerdil justru tampil bengis di Prancis. Di luar perkiraan, beberapa dari mereka menebar kengerian dan melewati fase grup tanpa banyak rasa gugup. Inilah panggung kaum kurcaci.

Panggung Aksi Kaum Kurcaci
Ilustrasi. Foto/Shutterstock

tirto.id - Perjalanan Piala Eropa 2016 ibarat dongeng yang menjadi nyata bagi Islandia. Sebelum ke putaran final pun, armada sederhana dari negeri dingin ini sudah unjuk gigi di kualifikasi. Islandia menuju ke Prancis dengan tiket berupa 6 kemenangan, 2 hasil imbang, dan 2 kekalahan dari 10 laga, termasuk 2 kali membek Belanda yang akhirnya gagal tampil Piala Eropa 2016.

Mengemban predikat sebagai negara tersempit di antara anggota elit peserta putaran final Euro 2016 sekaligus tim debutan, kisah magis skuat es berlanjut. Membawa 23 pesepakbola terpilih dari total 330.000 orang penduduknya, Islandia lolos dari Grup F usai menahan Portugal dan Hungaria dengan skor 1-1, serta memetik kemenangan 2-1 atas Austria.

Islandia berhak ke babak 16 besar sebagai peringkat kedua di bawah Hungaria yang memuncaki Grup F. Cerita tentang Hungaria lain lagi. Negeri tanpa lautan ini sempat mengalami masa jaya pada zamannya. Hungaria adalah runner-up partai puncak Piala Dunia Prancis 1934 dan Piala Dunia 1954 yang dihelat di Swiss.

Di panggung Eropa, prestasi tertinggi negara yang menjadi republik sedari 20 Agustus 1949 ini adalah peringkat ketiga di Euro 1964 Spanyol, juga semifinalis di Belgia saat Piala Eropa 1972. Tak hanya itu, Hungaria juga pernah memiliki bintang besar bernama Ferenc Puskas, bomber andalan Real Madrid sekurun 1958-1966, yang telah mengukir 84 gol dari 85 caps untuk negaranya.

Absen sejak 1976, sang raksasa bangkit dari kubur setelah 40 warsa berselang. Tak sekadar eksis, Balazs Dzsudzsak dan kawan-kawan langsung menggigit di fase grup Piala Eropa 2016. Hungaria tembus ke level selanjutnya dengan raihan satu kemenangan dan dua hasil seri, termasuk mengimbangi Portugal lewat duel seru yang berakhir dengan skor 3-3.

Di fase gugur nanti, Hungaria dan Islandia selaku wakil dari Grup F telah ditunggu lawan-lawan berat. Kiper tertua di ajang ini, Gabor Kiraly, wajib bersiap melindungi gawang Hungaria dari terjangan Belgia yang ditaburi seabrek pemain bintang. Sementara Islandia bakal menantang Inggris dengan modal pengalaman Eidur Gudjohnsen yang pernah cukup lama berkiprah di Premier League bersama Bolton Wanderers, Chelsea, Tottenham Hotspur, Stoke City, dan Fulham.

Gebrakan Trio Semenjana Britania

Terdapat empat tim dari Britania Raya yang lolos ke putaran final Piala Eropa tahun ini. Selain Inggris, ada juga Wales serta duo kembar, Irlandia Utara dan Republik Irlandia. Sedikit catatan, Republik Irlandia sudah tidak lagi menjadi anggota Britania Raya setelah perjanjian kemerdekaan ditandatangani pada 29 Desember 1937 meskipun saat itu statusnya belum jelas seiring pecahnya Perang Dunia Kedua.

Derby Britania langsung terjadi di babak penyisihan grup Euro 2016. Wales menjadi sorotan publik karena berada di grup yang sama dengan saudara tuanya, Inggris. Selain itu, negara kepangeranan dengan wilayah terluas di dunia, yakni 20.779 km2, ini juga harus menghadapi Rusia dan Slovakia di Grup B.

Kendati terlanjur lekat sebagai tim semenjana, Wales menatap Piala Eropa pertamanya dengan antusias. Sosok Gareth Bale tentunya menjadi faktor utama optimisme Wales selama bertarung di Prancis. Sesuai harapan, Bale tampil oke di sepanjang babak penyisihan Grup B. Di tiga laga awal, winger andalan Real Madrid ini selalu mencetak gol, dua di antaranya lewat tendangan bebas.

Squawka mencatat, di Piala Eropa 2016 sejauh ini, akurasi tendangan Bale mencapai 80 persen, plus 71 persen akurasi rata-rata umpan. Pemain yang menurut Transfermarket bernilai jual lebih dari 78 juta euro dan menjadi pesepakbola termahal ke-5 dunia ini juga menjadi pencetak gol terbanyak Wales di turnamen mayor. Tiga gol Bale memecahkan rekor dua gol milik Ivor Allchurch yang terjadi di Piala Dunia 1958.

Bale juga menjadi pemain yang paling banyak melepaskan tembakan ke arah gawang di gelaran Piala Eropa, yakni 12 kali. Ia hanya kalah dari legenda Prancis, Michel Platini, yang masih memimpin dengan 15 tembakan pada Euro 1984. Dengan lolosnya Wales dari fase grup, Bale pastinya berpeluang besar untuk melampaui rekor Platini.

Bukan cuma Bale, Wales masih punya Aaron Ramsey. Gelandang Arsenal ini tak kalah memikat dengan koleksi 2 assist dan 1 gol dalam 3 laga grup. Data menunjukkan, Ramsey mencatatkan akurasi tendangan sebesar 83 persen dari 8 kali percobaan. Ia juga membuat 109 passing dengan akurasi 80 persen, termasuk 6 passing kunci atau sentuhan yang menghasilkan peluang untuk mencetak gol.

Kombinasi Bale dan Ramsey beserta anggota tim lainnya di bawah besutan Chris Coleman menempatkan Wales sebagai juara Grup B. Meskipun sempat kalah 1-2 dari Inggris, namun hasil positif yang diraih dari Slovakia dengan skor 2-1 dan kemenangan mengejutkan 3-0 atas Rusia membuat Wales berhak lanjut ke fase 16 besar. Di sana, Wales telah ditunggu oleh saudara seatap, Irlandia Utara.

Irlandia Utara juga menjadi salah satu tim debutan yang tampil mengagetkan di Euro 2016 kali ini. Padahal, mereka tergabung di grup yang relatif berat karena harus bersaing dengan Ukraina, Polandia, dan Jerman, yang tentunya lebih banyak makan asam garam. Namun, racikan Michael O'Neill terbukti jitu dan mampu meloloskan timnya dari Grup C selaku salah satu peringkat tiga terbaik.

Di pertarungan Grup C, Irlandia Utara memang takluk dua kali dari Polandia dan Jerman, masing-masing dengan skor tipis 0-1. Beruntung, tiga poin berharga berkat kemenangan dua gol tanpa balas atas Ukraina di pertandingan kedua menjadi penyelamat Jonny Evans dan kawan-kawan.

Bersama Slovakia, Republik Irlandia, serta Portugal, Irlandia Utara berhak mencicipi 16 besar sebagai 4 tim dengan peringkat ketiga terbaik, menyisihkan Albania dan Turki, juga Rumania, Rusia, Ukraina, Republik Ceko, Swedia, dan Austria, yang langsung tersingkir tanpa syarat lantaran menyandang juru kunci di grup masing-masing.

Kegemilangan Britania Raya di pentas akbar sepakbola Eropa edisi 2016 kian lengkap karena mantan anggota keluarga mereka, Republik Irlandia, juga mampu melewati babak grup. Robbie Keane dan rekan-rekan setimnya patut lega karena selamat dari grup neraka yang juga dihuni oleh trio mapan: Italia, Belgia, dan Swedia.

Skuat asuhan ini Martin O'Neill –hampir mirip dengan nama pelatih Irlandia Utara, Michael O'Neill– ini mengakhiri perjuangan di Grup E dengan poin 4 berkat imbang 1-1 melawan Swedia dan hasil mengejutkan kontra Italia yang dimenangkan dengan skor ketat 1-0 meskipun sempat digebuk 0-3 oleh Belgia. Di 16 besar nanti, Republik Irlandia sudah ditunggu oleh tuan rumah Prancis. Sulit memang, tapi apapun bisa terjadi dalam sepakbola.

Euro 2016 bukan pengalaman pertama bagi Republik Irlandia di turnamen besar Eropa, bahkan dunia. Sebelumnya, negara yang menguasai 5/6 Pulau Irlandia ini pernah tampil di Euro 1980 Jerman serta edisi 2012 di Polandia dan Ukraina meskipun selalu mentok di babak grup.

Republik Irlandia juga sempat menembus perempatfinal Piala Dunia 1990 di Italia, mencapai babak 16 besar Piala Dunia 1994 di Amerika Serikat serta 2002 yang dilangsungkan di Jepang dan Korea Selatan.

Aturan Baru, Rumit Tapi Seru

Bertambahnya peserta dari 16 menjadi 24 tim di Piala Eropa 2016 berdampak pada penerapan aturan baru untuk fase 16 besar. 12 tim yang menjadi juara dan runner-up grup, yakni Prancis dan Swiss (Grup A), Wales dan Inggris (Grup B), Jerman dan Polandia (Grup C), Kroasia dan Spanyol (Grup D), Italia dan Belgia (Grup E), serta Hungaria dan Islandia (Grup F), tidak serta-merta saling-silang bertemu karena ada 4 tim lainnya dari peringkat ketiga terbaik yaitu Slovakia, Republik Irlandia, Portugal, dan Irlandia Utara.

Sesuai regulasi UEFA, terdapat 5 indikator yang digunakan untuk menentukan empat tim peringkat tiga terbaik, yaitu jumlah poin tertinggi, selisih gol terbaik, jumlah gol, tindakan fair play, dan posisi koefisien peringkat tim nasional di UEFA.

Klasemen akhir masing-masing grup menunjukkan bahwa Slovakia (dari Grup B) dan Republik Irlandia (Grup E) berhak melaju ke babak 16 besar karena memiliki poin tertinggi dari empat tim peringkat tiga di empat grup lainnya. Kendati punya nilai sama yakni 4 poin, namun Slovakia menjadi peringkat ketiga yang paling baik karena unggul selisih gol dari Republik Irlandia (0 dibanding -2).

Hitung-hitungan serupa berlaku pula untuk Portugal (peringkat tiga Grup F) dan Irlandia Utara (Grup C). Sedangkan Turki (Grup D) dan Albania (Grup A) menjadi dua tim peringkat tiga yang terdepak karena kalah selisih gol meskipun mengantongi nilai yang sama dengan Portugal dan Irlandia Utara (sama-sama 3 poin).

Jatah pertemuan antar tim di babak 16 besar lebih rumit lagi. Namun, UEFA selaku otoritas sepakbola Eropa telah merumuskan konsepnya hingga kemudian diketahui hasilnya (lihat infografik). Memang tampak njlimet karena melibatkan 16 tim yang diambil dari tiga tingkatan, yakni 6 tim peringkat pertama grup, 6 tim peringkat kedua grup, ditambah 4 tim peringkat ketiga terbaik grup.

Meskipun sedikit membingungkan, tetapi perubahan jumlah peserta justru membuat pemetaan peluang di Euro 2016 ini semakin menarik, seru, dan tak terduga. Potensi terjadi kejutan menjadi semakin besar, persis seperti apa yang dirasakan pelatih Jerman, Joachim Loew.

"Saya tidak tahu apakah ini adalah efek adanya 24 tim peserta. Tapi lihatlah, persaingan memang ketat, tim-tim debutan menganggap ini seperti satu-satunya turnamen dalam hidup mereka," sebut Loew seperti dikutip dari Soccerway.

Apa kata Loew Itu kini sudah terjadi. Melajunya kaum kurcaci dan tersingkirnya tim-tim yang lebih berpengalaman seperti Ukraina, Swedia, Republik Ceko, Austria, bahkan sang penguasa Eropa Timur, Rusia, menjadi bukti betapa seru dan sengitnya Piala Eropa kali ini.

Baca juga artikel terkait OLAHRAGA atau tulisan lainnya dari Iswara N Raditya

tirto.id - Olahraga
Reporter: Iswara N Raditya
Penulis: Iswara N Raditya
Editor: Teguh Budi Santoso