tirto.id - Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Andri Yansyah menyebut penerapan OK-OTrip bakal membuka lapangan kerja bagi sopir angkutan umum (angkot) yang trayeknya dihilangkan akibat penataan rute di Jakarta. Sebab, kata dia, setiap angkot OK-OTrip akan dioperasikan oleh 2 orang sopir dengan waktu kerja delapan jam per hari.
Sigit memperkirakan, ada 157 trayek dengan jumlah 12.500 armada yang saat ini beroperasi di Jakarta. Penataan rute itu bakal menghilang 60 trayek, atau yang setara dengan 4.500 armada bus, yang berhimpitan dengan jalur bus Transjakarta.
Artinya, hanya tersisa 97 trayek dengan 8000 armada yang diperbolehkan beroperasi di Jakarta. Jika seluruh armada itu bergabung dalam OK-OTrip, maka tenaga kerja yang terserap adalah 16.000 sopir angkot dengan gaji standar Upah Minum Propinsi (UMP).
"Makanya kemarin ada beberapa operator malah minta dicariin sopir. Jadi secara trayek, secara armada, berkurang. Tapi secara tenaga kerja nggak berkurang," ungkapnya di Balai Kota, Jakarta Pusat, Senin (25/2/2018).
Apalagi, jika Dishub memberlakukan 3 sift atau angkut malam hari (Amari) dalam sistem OK-OTrip. "Seumpamanya 20 persen saja (yang ikut OK-OTrip) sudah jalan semua (sopir angkot yang terkena pengurangan trayek)," ujarnya.
Tarif untuk program One Karcis One Trip (OK-OTrip) yang diluncurkan beberapa bulan lalu kembali dibahas bersama Dinas Perhubungan DKI Jakarta dan para pengusaha yang tergabung dalam Organisasi Angkutan Darat (Organda) Senin (19/2/2018).
Hingga saat ini, sistem OK-OTrip masih terus disosialisasikan kepada para pengusaha angkutan yang ada di Jakarta. Salah satu kendala yang membuat rendahnya minat terhadap OK-OTrip, kata Ketua Organda DKI Jakarta Syafruhan Sinungan, adalah tarif perkilometer yang dibayarkan Transjakarta.
Organda masih bernegosiasi dengan Dishub dan Transjakarta agar tarif yang sebelumnya telah ditetapkan sebesar Rp3.430 perkilometer dibuat variatif disesuaikan dengan masing-masing trayek angkot yang bergabung. Sebab, kata Syafruhan, tarif yang dibayarkan melalui Public Service Obligation (PSO) PT Transjakarta itu belum menguntungkan bagi pengusaha.
"Terakhir pembahasan itu sudah lama, sekitar satu bulan yang lalu. Kami (Organda) sih akan men-support program OK-Otrip. Cuma keliatannya manajemen Transjakarta tidak mendukung pengusaha kecil supaya bisa meningkat pendapatannya, pembayarannya sangat kecil ke pengusaha angkutan," ungkap Syafruhan kepada Tirto, pekan lalu.
Penulis: Hendra Friana
Editor: Yantina Debora