tirto.id - “Untuk menghormati Marco Simoncelli, hari ini kita sampaikan pada Paolo, ayah Marco, bahwa kita telah memutuskan untuk berhenti menggunakan nomor 58 milik anaknya di seluruh kejuaraan balap motor resmi. Tak ada yang akan menggunakan nomor itu kecuali dengan persetujuan keluarga Simoncelli.”
Pernyataan itu diungkapkan dalam sebuah acara mengenang mendiang Marco Simoncelli beberapa saat sebelum perhelatan kejuaraan MotoGP 2016 di Sirkuit Misano, Italia. Carmelo Ezpelata, CEO Dorna Sports, perusahaan manajemen olahraga yang mengatur kejuaraan MotoGP dan acara peringatan itu, berjanji memastikan agar nomor itu akan menjadi nomor kenangan. Sejak itu, nomor 58 yang biasa tertulis di motor Marco Simonceli pun dipensiunkan.
Hal tersebut didasari oleh insiden tragis lima tahun sebelumnya. Dalam lanjutan kejuaraan MotoGP di Sirkuit Sepang, Malaysia, sebuah malapetaka terjadi ketika balapan baru masuk lap ke-2 dan para pebalap tampak masih cukup bugar untuk memacu kecepatan motornya. Kala itu, Marco Simoncelli yang akrab disapa Sic sedang berduel sengit dengan Alvaro Bautista, pebalap tim Suzuki. Memasuki tikungan ke-11, motor Honda yang dikendarai Sic rupanya tak kalah cepat dan sanggup memperebutkan posisi. Namun di luar dugaan, Sic kehilangan kendali dan terjatuh. Meski tampak seperti jatuh biasa, rupanya motor Sic tergelincir di lajur balap. Bersama motor itu, tubuh Sic terbawa.
Dalam sepersekian detik, dua motor di belakangnya yang sedang memacu kecepatan di tikungan itu muncul. Colin Edwards, pebalap Yamaha, dan Valentino Rossi yang menunggangi Ducati sedang berebut posisi. Sic dan motornya yang tergelincir menutup lajur kedua pebalap tersebut yang tak sempat menghindar meski sudah mengerem mati-matian. Akhirnya, tabrakan dahsyat terjadi.
Dari rekaman video terlihat kepala Sic terhantam motor Edwards dan Rossi. Edwards langsung terjatuh. Akibat tabrakan itu, bahu Edwards patah sementara Rossi yang sempat terhuyung akibat kehilangan kendali dengan susah payah berhasil tetap duduk di atas motornya. Ia pontang-panting menyeimbangkan posisi agar tidak mengalami cedera yang lebih parah.
Setelah hantaman yang begitu keras, helm Sic langsung terlepas dan hancur. Tubuhnya terseret di aspal dan tak bergerak. Bendera merah tanda balapan dihentikan pun dikibarkan para petugas sirkuit. Gelaran MotoGP Sepang 2011 akhirnya dihentikan. Tenaga medis langsung menuju ke lokasi dan memberikan penanganan terbaik.
“Ketika staf medis sampai di lokasi, ia sudah tidak sadar. Dalam perjalanan menuju rumah sakit, mereka memberikan CPR (cardiopulmonary resuscitation),” kata dr Michele Macchiagodena, direktur medis MotoGP.
CPR terus dilakukan sambil berusaha mengeluarkan darah dari bagian toraks tubuhnya. Namun, semua upaya penyelamatan itu tak berhasil. Pukul 16.56 waktu setempat Marco Simoncelli dinyatakan tewas. Tak lama kemudian jenazah diterbangkan ke kampung halamannya di Italia dan dimakamkan empat hari kemudian.
Tak kurang dari 20 ribu jurnalis dan pelayat berdatangan dari penjuru dunia. Casey Stoner, salah seorang juara MotoGP, sempat menyatakan rasa kehilangannya yang mendalam. Baginya, Simoncelli adalah pebalap yang hebat. Teknik yang agresif memungkinkannya untuk terus melaju sepanjang seri balapan dan menjadi calon kuat juara dunia.
Pembalap dari Masa Lalu
Jauh sebelum berlaga di MotoGP, usaha mengasah kemampuan balapan sudah dilakukannya sejak usia dini. Marco Simoncelli lahir Cattolica, Italia, 20 Januari 1987. Sic, begitu ia biasa dipanggil oleh kawan-kawan dekatnya, tumbuh di wilayah Coriano. Di kota itulah ia mulai mengenal balapan motor junior kala usianya baru 7 tahun. Tak butuh waktu lama untuk mengasah bakatnya, Sic naik kelas ke Italian Minimoto Championship sebelum genap berusia 9 tahun. Tiga tahun kemudian, gelar juara Minimoto diraihnya.
Pada 2008 ia meraih gelar juara dunia untuk kelas 250cc, dan dua tahun kemudian berhasil duduk di peringkat ke-8 dalam debutnya di MotoGP bersama Honda. Di kalangan penikmat balap motor, popularitas Simoncelli sedang menuju puncak. Selain kemampuannya memacu motor, penampilannya dengan gaya rambut afro juga menjadi pemicu popularitasnya di MotoGP. Konon, karena rambut tebal ikal itu, ia bahkan harus menggunakan helm dengan ukuran lebih besar dari seharusnya. Carlo Pernat, manajer Simoncelli, sempat mendeskripsikan pembalapnya itu sebagai “pembalap dari masa lalu” karena gayanya yang tak kenal takut dan cenderung nekat serta tampak kurang perhitungan.
Tinggi badannya yang di atas rata-rata pebalap lain otomatis menambah beban motor yang memang sudah berat. Gaya balapannya yang agresif itu sebenarnya sempat juga mengundang kritik, salah satunya dari pebalap kenamaan Jorge Lorenzo. Menurut Lorenzo, Simoncelli punya bobot yang lebih berat dari pebalap lain. Dengan kecepatan motor 300 Kilometer per jam, segala keputusan yang diambil harus benar-benar diperhitungkan. Kecerobohan sedikit saja bisa berakibat sangat fatal.
Lorenzo tak main-main dengan pernyataannya. Kabarnya, para pebalap lain seringkali dibuat geleng-geleng kepala dengan gaya Simoncelli saat memacu motor 800cc. Banyak dari mereka sepakat bahwa tipe pebalap seperti Simoncelli akan berusaha memacu motor lebih cepat lagi di tikungan agar bisa mempersempit jarak sehingga bisa merebut posisi di depan. Mereka menganggap hal itu bisa dilakukan tapi tentunya memerlukan kematangan dan presisi yang sangat tinggi.
Peringatan Lorenzo seakan terbukti dengan kecelakaan yang menimpa Simoncelli. Sebelum tragedi di Sepang, ia telah banyak mengalami kecelakaan yang sebenarnya bisa dihindari. Tragisnya, kecelakaan terakhir yang merenggut nyawanya itu terjadi sekitar satu pekan setelah ia meraih hasil terbaik di kelas MotoGP yang hanya terpaut 2,2 detik di belakang sang juara Casey Stoner di GP Australia.
Media crash.net mendeskripsikan sosok Simoncelli sebagai calon kuat pesaing Valentino Rossi, teman dekat sekaligus sesama pembalap Italia yang juga merupakan salah satu orang paling terkenal dalam dunia MotoGP.
Meninggalnya Simoncelli menyisakan begitu banyak duka. Berbagai acara kemudian digelar untuk menghormati mendiang dan keluarganya. Pada 3 November 2011, Misano World Circuit di Italia mengumumkan perubahan nama menjadi Misano World Circuit Marco Simoncelli. Selain itu, dalam seri balapan final musim 2011 di sirkuit Valencia, sebuah putaran penghormatan dilakukan oleh semua pembalap dari tiga divisi. Dalam putaran penghormatan itu, juara dunia 1993 Kevin Schwantz mengendarai motor Simoncelli.
Di luar MotoGP, penghormatan juga datang dari pebalap Formula 1, Jenson Button yang mendedikasikan penampilannya di Sirkuit India pada 2011 untuk Simoncelli. Pada Grand Prix Formula 1 di Sepang 2012, pebalap Ferrari Felipe Massa dan Fernando Alonso bersama para anggota tim Ferrari mengambil foto bersama di tikungan ke-11 lokasi meninggalnya Simoncelli dengan spanduk penghormatan.
Di hari insiden itu, seluruh pertandingan sepakbola Seri A Italia menggelar satu menit hening untuk mengenang Simoncelli. Lalu pada 20 Januari 2012, di hari ulang tahun Simoncelli, di Coriano, kota kelahirannya, diadakan sebuah peringatan sekaligus memberikan nama baru di area olahraga itu menjadi Palazzetto dello sport Marco Simoncelli.
Editor: Irfan Teguh Pribadi