tirto.id - Sejumlah organisasi masyarakat Islam mengikuti ketentuan pemerintah tentang 1 Syawal 1444 H atau Lebaran 2023 M yang jatuh pada Sabtu (22/4/2023). Ormas seperti Nahdlatul Ulama (NU), Persis hingga Front Persaudaraan Islam (FPI) menyatakan mengikuti keputusan pemerintah.
Sikap NU terkait 1 Syawal 1444 H jatuh pada Sabtu, 22 April 2023 dituangkan dalam surat nomor 653/PB.01/A.II.10.47/99/04/23 per tanggal 29 Ramadan atau 20 April 2023 yang ditandatangani KH Miftachul Achyar selaku Rais Aam, KH Akhmad Said Asrori selaku Katib Aam, KH Yahya Cholil Staquf selaku Ketua Umum PBNU dan Saifullah Yusuf sebagai sekjen.
Isi surat tersebut menyebut, lembaga falakiyah NU telah melakukan rukyatul hilal. Mereka tidak menemukan hilal dengan tinggi minimal 3 derajat sesuai ketentuan MABIMS. Oleh karena itu, mereka menilai Ramadan tahun ini disempurnakan menjadi 30 hari sehingga 1 Syawal jatuh pada 22 April 2023.
“Berdasarkan hasil laporan Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dari laporan Tim Rukyatul Hilal tidak diperoleh hasil rukyatul hilal sesuai standar imkan rukyah dengan tinggi hilal minimal 3 derajat dan jarak lengkung elongasi haqiqy hilal minimal 6,4 derajat,” demikian bunyi surat yang diterima, Kamis malam.
“Atas dasar tersebut (angka rukyatul hilal dan kesepakatan MABIMS), maka umur bulan Ramadan 1444 H digenapkan menjadi 30 hari," bunyi lanjutan poin tersebut.
Sikap serupa diambil Pimpinan Pusat Persatuan Islam (Persis). Dalam salah satu poin surat edaran nomor 0256/JJ-C.3/PP/2023, mereka menyatakan bahwa tinggi bulan dan jarak elongasi bulan-matahari belum mencapai 3 persen sehingga lebaran jatuh pada Sabtu (22/4/2023).
“Kamis 20 April 2023 H saat magrib (malam Jumat) di wilayah Indonesia secara hisab hilal belum terlihat, maka tanggal 1 Syawal 1444H ditetapkan Sabtu, 22 April 2023," demikian bunyi salah satu poin surat tersebut.
Sementara itu, Front Persaudaraan Islam (FPI) menyatakan, mereka akan berlebaran pada Sabtu, 22 April 2023.
“Untuk pribadi, kami ikut ru'yah yang kita yakini yakni besok lebaran tanpa syiar pamer tidak puasa, pamer takbir, pamer salat id, pamer keliling lebaran, dan lain-lain. Untuk syiar seperti itu ikut pemerintah dan mayoritas umat,” kata Ketua Bidang Advokasi DPP FPI, Aziz Yanuar kepada Tirto, Kamis malam.
Aziz membenarkan video yang beredar soal pernyataan Rizieq Shihab soal 1 Syawal. Dalam potongan video berdurasi 2 menit 30 detik, Rizieq mengatakan kepada pengikutnya untuk tidak berpuasa jika melihat bulan. Namun mereka disarankan untuk tetap mengikuti kesepakatan pemerintah.
“Pengurus anggota maupun simpatisan FPI, saya sarankan, saran boleh diterima boleh ditolak. Saya sarankan kalau besok malam [Kamis] melihat bulan, kita lihat bulan ada saksi ada bulan kelihatan, silakan kita itu tidak berpuasa di hari Jumat karena hari Jumat jatuhnya sudah hari raya," kata Rizieq.
"Tapi kalau pemerintah mengumumkannya Sabtu, kita buka puasanya Jumat. Lebarannya tetap Sabtu ya. Takbiran ya ikut malam Sabtu. Salat id ikut hari Sabtu, lebarannya rame-rame hari Sabtu, jadi masyarakat nggak bingung kira-kira," lanjut Rizieq.
Rizieq menilai, orang yang sudah melihat bulan pada Jumat, maka boleh tidak berpuasa. Ia beralasan, orang yang percaya bahwa lihat bulan adalah orang yang haram untuk puasa. Kalau pun tidak puasa, maka orang tersebut tidak takbiran malam Jumat, Jumat tidak gelar salat id dan lebaran. Mereka cukup berbuka puasa saja. Sementara itu, kegiatan takbiran dan salat dilakukan sesuai aturan negara sehingga tidak perlu ribut.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Abdul Aziz