Menuju konten utama

Notifikasi Pada Ponsel yang Bisa Bikin Frustrasi

Notifikasi punya dampak tak menyenangkan bagi pengguna ponsel atau sebaliknya, ia bisa merusak suasana hati.

Notifikasi Pada Ponsel yang Bisa Bikin Frustrasi
Ilustrasi notifikasi. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Giska Adillah, 25 tahun, sering terganggu kala berbagai macam notifikasi muncul silih berganti pada layar smartphone miliknya. Perempuan berprofesi sebagai wirausaha ini sering kali mematikan fitur notifikasi untuk menghindari gangguan notifikasi. Bagi sebagian orang seperti Giska, notifikasi memang mengganggu.

Sebuah hasil riset yang termuat dalam jurnal “NotiMind: Utilizing Responses to Smart Phone Notifications as Affective Sensors” (2017) oleh Eiman Kanjo dan rekan dari Nottingham Trent University mengungkapkan bahwa notifikasi dapat menyebabkan perasaan negatif, seperti rasa kesal, gugup, takut, dan malu. Riset ini memakai aplikasi bernama NotiMind untuk membantu proses pengumpulan data.

Dari sebanyak 50 partisipan yang sukarela memasang NotiMind, periset mengirimkan ribuan notifikasi dalam lima pekan. Hasilnya, 32 persen mengalami perasaan negatif. Pada notifikasi yang tak berhubungan langsung dengan pengguna, seperti update sistem, dampaknya lebih buruk bagi penerima.

“Sudah sangat jelas bahwa notifikasi dari aplikasi bertema sosial membuat orang bahagia, tapi ketika mereka menerima banyak notifikasi terkait pekerjaan dan atau non-manusia, efek sebaliknya terjadi,” kata Kanjo pada The Telegraph.

Namun, notifikasi terkadang tak berkorelasi dengan perasaan negatif. Riset itu mengatakan bahwa notifikasi pesan yang berasal dari teman, justru disukai oleh partisipan. Penerima notifikasi merasakan sensasi hubungan yang dekat dengan kelompok sosial mereka.

M. Pielot dalam “An in-situ Study of Mobile Phone Notifications,” yang ada dalam ulasan jurnal karya Kanjo, mengatakan bahwa ada perbedaan waktu respons pengguna terhadap notifikasi yang masuk. Pada akhir pekan, waktu 3,5 menit merupakan lama waktu pengguna smartphone merespons notifikasi pesan, dan respons menerima email butuh 27,7 menit. Ini tak terlalu mengherankan. Email umumnya berhubungan dengan pekerjaan atau kegiatan-kegiatan formal lainnya, yang dihindari saat akhir pekan.

Infografik Notifikasi

Notifikasi, Cara Mencuri Perhatian

Notifikasi pada smartphone merupakan petunjuk visual atau sinyal audio atau peringatan berbentuk getaran, dari suatu aplikasi smartphone untuk mendapatkan atensi pengguna. Ada empat tipe notifikasi antara lain: pertama, personal sebagai notifikasi dari game atau aplikasi privat lain.

Kedua, notifikasi pekerjaan, untuk notifikasi dari aplikasi seperti email atau pengingat. Ketiga, notifikasi sosial sebagai notifikasi dari aplikasi media sosial. Keempat, notifikasi sistem untuk notifikasi yang berhubungan dengan sistem smartphone seperti update.

Fitur notifikasi pertama kali muncul pada 2003 pada smartphone buatan Research In Motion (RIM) atau BlackBerry. Pada perangkat BlackBerry, fitur notifikasi bernama push email hadir dalam aplikasi email. Sistem notifikasi pada BlackBerry memungkinkan pengguna tak perlu sering-sering masuk ke inbox email. Pengguna hanya perlu melihat notifikasi yang muncul, apakah layak untuk ditindaklanjuti atau sebaliknya.

Sekitar enam tahun berselang, tepatnya pada 2009, Apple meluncurkan sistem notifikasi pada perangkat mereka bernama Apple Push Notification Service. Pada 2010 Google meluncurkan fitur serupa bernama Google Cloud to Device Messaging yang mengalami penyempurnan menjadi Google Cloud Messaging di 2012.

Belum lama ini Vox pernah memuat laporan yang berjudul It’s not you. Phones are designed to be addicting bahwanotifikasi yang dikemas dengan tanda bulat merah berupa angka yang terletak di pojok kiri logo sebuah aplikasi, sebagai cara agar pengguna kecanduan atau penasaran dengan notifikasi.

Abhinav Mehrotra dari University of Birmingham dalam jurnalnya berjudul “My Phone and Me: Understanding People’s Receptivity to Mobile Notifications” menyatakan bahwa notifikasi memantik pengguna untuk memeriksa smartphone. Namun, ada perbedaan respons dari notifikasi dalam bentuk audio dan getar. Notifikasi berbentuk audio atau suara yang paling tinggi memantik pemilik untuk memeriksa smartphone.

Dalam jurnal itu Mehrotra menyebutkan 41,94 persen dari 20 responden menyatakan mereka “terbangun” atas notifikasi berbentuk audio. Pada keadaan ponsel diam (silent mode), notifikasi “membangunkan” 25,54 persen penggunanya. Sementara itu, dalam mode bergetar (vibrate) dan bergetar dan bersuara (vibrate and sound), ada 21,50 persen dan 11,03 persen pemilik yang akhirnya memeriksa smartphone.

Respons pengguna ponsel tak hanya tergantung bentuk notifikasi suara atau getar, tapi juga ditentukan oleh siapa, apa, dan seberapa besar bobot notifikasi. Mehrotra menyebutkan ada 31,54 persen responden akan segera memeriksa notifikasi bila mengetahui notifikasi berasal dari sosok yang penting. Sebanyak 14,5 persen responden mengaku akan langsung memeriksa notifikasi saat mengetahui notifikasi berasal dari sesuatu yang penting.

Notifikasi akan tetap ada pada smartphone sebagai fitur untuk mencuri perhatian pengguna ponsel. Suka tidak suka pengguna smartphone tak bisa lepas dari teknologi ini.

Baca juga artikel terkait SMARTPHONE atau tulisan lainnya dari Ahmad Zaenudin

tirto.id - Teknologi
Reporter: Ahmad Zaenudin
Penulis: Ahmad Zaenudin
Editor: Suhendra