Menuju konten utama

Nomor 12 Persib: Antara Along, Carlton Cole dan Sujagol

Carlton Cole belum tentu bisa memberikan ingatan yang lebih baik dari Sujana. Dari Sujagol ke Carlton Gol.

Nomor 12 Persib: Antara Along, Carlton Cole dan Sujagol
Carlton Cole (kanan) berfoto bersama Manajer Persib Umuh Muhtar (kiri) usai memberikan keterangan kepada media, Bandung, Jawa Barat, Kamis (30/3). Mantan penyerang Chelsea dan West Ham United Carlton Cole yang berumur 33 tahun resmi bergabung dengan tim Persib dengan nomor punggung 12. ANTARA FOTO/Agus Bebeng/pd/17

tirto.id - Tentang fungsi nomor punggung seorang pemain, The Daily Express edisi 27 Agustus 1928 memberikan gambaran. Saat itu berlangsung pertandingan yang brlangsung di Stamford Briedge, kandang Chelsea. Surat kabar Inggris itu melaporan bagaimana nomor punggung punya andil bagi penonton untuk mengidentifikasi mengenali pemain-pemain yang bermain di klub mereka.

Diceritakan bagaimana 35.000 penonton pada waktu itu bisa memberi apresiasi terhadap pemain yang bermain bagus dan menyoraki pemain lawan yang dianggap berbahaya. Hal yang hampir mustahil dilakukan saat pemain belum dinomori.

Identitas ini kemudian juga akan menandai dan memperjelas, siapa pemain inti dan siapa pemain pemain cadangan. Pada akhirnya, dengan mengurutkan nomor urut sesuai posisi, dari no. 1 untuk kiper hingga nomer 11 untuk pemain sayap, maka pemain dengan nomor 12 sampai seterusnya merupakan tanda bahwa si pemain yang mengenakannya adalah cadangan.

Ya, nomor 12. Nomor yang dikenakan oleh Carlton Cole saat diperkenalkan secara resmi sebagai pemain Persib Bandung. Nomor itu juga yang dikenakannya saat memperkuat Chelsea pada musim 2005/2006. Carlton Cole menjadi bagian skuat megabintang Persib yang sudah lebih dulu menghebohkan jagat sepakbola dengan mendatangkan Michael Essien.

Perkara nomor punggung barangkali tidak begitu dipedulikan oleh Carlton Cole. Kenyataannya sejak menjalani karier profesionalnya bersama Chelsea, Cole mengenakan jersey nomor “39” sampai “12”. Di West Ham United, pemain kelahiran 12 Oktober 1983 ini mengenakan nomor “24” sampai “9”, bahkan saat di Glasgow Celtic dan Sacramento Republik, ia berganti-ganti nomor punggung dari “24” sampai “10”. Artinya, nomor punggung bukanlah hal yang penting bagi Cole.

Dari Along, Shahar dan Henhen

Bagi Bobotoh pun, nomor “12” yang akan digunakan Cole juga bukan angka keramat. Pemain bintang yang terakhir mengenakan nomor ini adalah Noh Alam Syah. Pemain Singapura ini sejak bermain di Indonesia memang identik dengan dengan nomor 12.

Saat pertama kali menginjakkan kaki di Indonesia, ia bermain untuk Arema yang kala itu dibesut oleh Rene Albert pada musim 2009/2010. Namanya langsung dielu-elukan oleh publik Malang karena, terutama, menjadi bagian penting keberhasilan Arema meraih gelar juara Indonesia Super League musim itu. Sejak awal bermain di Indonesia, Along -- nama panggilannya-- sudah menggunakan nomor punggung 12.

Pemain yang disegani di tanah asalnya Singapura ini juga tetap menggunakan nomor yang sama saat direkrut oleh Persib Bandung pada musim 2002 di bawah kepemimpinan Drago Mamic. Sayang, turbulensi di tubuh Persib kala itu, yang berpuncak pada pemecatan Mamic, membuat penampilan Along tidak maksimal. Di Bandung, ia hanya mencetak 4 gol saja.

Dengan usia yang sudah 31 tahun, Along, panggilan Noh Alam, tidak mampu berbuat banyak saat memperkuat Persib. Kecepatannya berkurang, gerakannya tak lagi selincah dulu, dan nyaris mustahil bagi Bobotoh melihat Along mampu mencetak gol-gol fantastis—seperti gol saltonya saat masih memperkuat Arema pada derby-Malang melawan Persema Malang—misalnya. Hanya bermain 19 pertandingan untuk Persib dengan mencatatkan 4 gol. Pemain yang dikenal temperamental ini tidak sampai satu musim sudah dibuang ke Tampines Rovers.

Musim berikutnya, saat tampuk kepemimpinan Persib beralih ke tangan Djajang Nurjaman, Along sudah tak mendapatkan tempat lagi di skuat Pangeran Biru, kesebelasan kesayangan warga Jawa Barat ini. Ia sempat melanjutkan karier bersama PSS Sleman, lagi-lagi dengan menggunakan nomor 12.

Setelah Along, nomor punggung 12 sempat muncul kembali di kubu Persib. Penjaga gawang muda, Shahar Ginanjar, menggunakan nomor punggung tersebut selama dua musim. Namun Shahar gagal bersaing dengan Made Wirawan sehingga hijrah ke Mitra Kukar.

Pada turnamen pramusim Piala Presiden 2017 lalu, nomor punggung 12 kembali dikenakan oleh salah seorang pemain Persib. Lagi-lagi pemain muda yang mengenakannya yaitu Henhen Herdiana. Pemain jebolan Diklat Persib ini sempat diturunkan oleh Djajang Nurdjaman menempati posisi bek kanan.

Benarkah kedatangan Carlton Cole menjadi jaminan mutu? Simak analisisnya:

Carlton Cole dan Problem-Problem Baru bagi Persib.

Selain sama-sama mengenakan nomor 12, ada beberapa kesamaan antara Along dan Carlton Cole.

Along dan Cole datang ke Persib sama-sama dalam usia yang mulai merambat tua. Usia Cole sudah 33 tahun, sedangkan Along 31 tahun. Usia yang tidak bisa dikatakan ideal terutama untuk posisi seorang penyerang.

Seperti Along yang pindah ke Persib dari klub dengan jersey berwarna biru yaitu Arema, Cole juga akrab dengan warna biru. Paling tidak ia adalah produk asli dari akademi The Blues Chelsea.

Sekalipun pengalaman Cole berlaga di Premier League sampai Liga Skotlandia tentu membuat level permainnya berada di anak tangga yang lebih tinggi bagi Indonesia, namun terlalu berharap bahwa “pemain keduabelas” ini mampu memberikan dampak instan bagi Persib rasanya kelewat terburu-buru.

Paling tidak Cole harus membuktikannya terlebih dahulu di hadapan puluhan ribu pemain kedua belas betulan milik Persib di Stadion Jalak Harupat. Supaya nomor punggung Cole, bukan jadi penanda posisinya seperti saat nomor punggung diperkenalkan pertama kali ke dunia sepak bola oleh FA.

Infografik Noh Alamsyah dan Calton Cole

Dari Sujagol Menjadi Carlton Gol?

Ya, nomor punggung memang bukan hal “alami” dalam sepakbola. Ia muncul jauh belakangan, hampir setengah abad setelah FA berdiri. Nomor punggung baru diperkenalkan pada 25 Agustus 1928 dalam dua pertandingan yaitu Sheffield Wednesday melawan Arsenal dan Chelsea melawan Swansea City.

Inilah hari di mana, kali pertama dalam sejarah sepak bola, di setiap punggung pemain sepak bola tertera nomor yang—pada awalnya—digunakan untuk menandai posisi mereka. Nomor 1 untuk penjaga gawang, 2 dan 3 untuk bek sayap, begitu seterusnya sampai nomor 11.

Penggunaan nomor punggung ini pada perkembangannya memang semakin memudahkan kerja wasit dalam menentukan siapa pemain yang harus diberi peringatan dan mana yang tidak (saat itu belum ada kartu kuning dan kartu merah). Sebab akan jadi pekerjaan sulit bagi wasit jika pemain tidak diberi identitas tunggal pada seragam mereka sebagai penanda. Terutama jika cuaca memburuk dan lapangan menjadi kubangan lumpur.

Dalam hal Cole, nomor 12 memang nomor yang biasa saja. Toh ia memang tidak pernah pilih-pilih nomor. Namun ia setidaknya punya kesempatan untuk tidak menjadi pemain nomor 12 yang buruk-buruk amat, setidaknya bisa lebih baik daripada Along.

Jika bisa mencetak banyak gol, apalagi menjadi juara, ia berpeluang menggeser ingatan para bobotoh kolot (tua) kepada pengampu nomor 12 yang lebih dikenang oleh publik Bandung: Sujana. Penyerang asli Priangan yang berkiprah di Persib pada pertengahan era 1990an hingga awal 2000an ini diingat oleh para bobotoh dengan gaya mainnya yang ngotot, gigih dan mau bertarung. Ia mendapatkan kehormatan dari para bobotoh dengan sebutan: Sujagol!

Bisakah Carlton Cole menjadi Carlton Goal bagi para bobotoh, dan melampaui Sujana yang dibaptis menjadi Sujagol?

Baca juga artikel terkait PERSIB atau tulisan lainnya dari Ahmad Khadafi

tirto.id - Olahraga
Reporter: Ahmad Khadafi
Penulis: Ahmad Khadafi
Editor: Ahmad Khadafi