tirto.id - Niki Lauda, legenda Formula 1 meninggal dunia di Wina Austria pada Senin (20/5/2019). Juara dunia F1 tiga kali tersebut sebelumnya menjalani transplantasi paru-paru pada 2 Agustus 2018.
"Prestasinya yang unik sebagai atlet dan wirausahawan akan tetap tak terlupakan, semangat tanpa lelah untuk beraksi, keterusterangan, dan keberaniannya menjadi teladan dan tolok ukur bagi kita semua," bunyi pernyataan resmi keluarga Niki Lauda dikutip BBC.
Niki Lauda yang lahir di Wina, Austria pada 22 Februari 1949, disebut-sebut sebagai salah satu pembalap terbaik di F1. Pasalnya, ia adalah satu-satunya orang yang mampu menjadi juara dunia bersama Ferrari dan McLaren, dua tim terbesar di kejuaraan tersebut.
Gelar juara dunia pertama Lauda didapatkan pada 1975 bersama Ferrari. Ketika itu, mengemudikan Ferrari 312T, Lauda mampu mengakhiri musim dengan total 64,5 poin, jauh meninggalkan peringkat kedua, Emerson Fittipaldi (McLaren).
Pada F1 1976, Lauda hanya mampu menjadi runner-up kompetisi. Kekalahan itu menyesakkan, karena sang pembalap asal Austria sempat memimpin klasemen hingga menjelang seri terakhir di Jepang.
Namun, justru di seri terakhir itu Lauda tak melanjutkan lomba karena berbahaya. Alhasil, gelar juara dunia diambil oleh James Hunt (McLaren) dengan perbedaan hanya satu angka.
Musim itu dipenuhi drama, terutama di Grand Prix Jerman. Lauda sejak awal mengajak boikot karena menganggap trek di Nurnburgring berbahaya. Namun, balapan tetap dilanjutkan. Pada lap kedua, Lauda mengalami kecelakaan, mobilnya menabrak pembatas, kembali ke trek, dan terbakar.
Sosok bernama asli Nikolaus Lauda itu terjebak. Akibatnya, ia mengalami luka bakar di kepala, dan sempat mengalami koma.
Niki Lauda membayarkan luka pada musim berikutnya. Masih di Ferrari, ia meraih gelar juara dunia kembali dengan raihan 72 poin. Bahkan, Lauda mendapatkan gelar itu pada seri ke-15, di Amerika Serikat, dari 17 seri yang digelar. Namun, hubungan sang pembalap dengan Ferrari memburuk hingga ia tidak tampil dalam dua seri terakhir.
Berpisah dengan Ferrari, Lauda masih bisa menjadi juara dunia kembali meski membutuhkan waktu lama. Pada 1984, atau tujuh musim sejak gelar terakhirnya, Lauda memenangi Formula 1 musim tersebut, hanya berjarak setengah poin dari sang rekan setim di McLaren, Alain Prost. Ini adalah selisih tertipis antara juara dunia dan runner-up sepanjang sejarah F1.
McLaren sendiri pada Selasa (21/5/2019) waktu Indonesia mengirim pernyataan duka untuk kepergian sang legenda. Tim asal Inggris itu mengirimkan twit, "Niki akan selamanya berada di hati kita dan diabadikan dalam sejarah kita."
Editor: Fitra Firdaus