tirto.id - Surah al-Baqarah dimulai dengan penyebutan secara terpisah tiga huruf dari alfabet bahasa Arab: "alif", "lam", dan "mim".
Apa maknanya? Sejak dahulu hingga kini, ulama-ulama al-Qur’an berbeda pendapat. “Hanya Allah yang mengetahui". Itulah jawaban yang diungkapkan mayoritas ulama abad pertama hingga abad ketiga.
Namun demikian, setelah masa itu, banyak ulama yang berusaha menjelaskannya. Misalnya, ada yang memahaminya sebagai nama surat atau cara yang digunakan Allah untuk menarik perhatian pendengar tentang apa yang akan dikemukakan pada ayat-ayat berkutnya. Ada lagi yang memahami huruf-huruf yang menjadi pembuka surat-surat al-Qur’an itu sebagai berbunyi: “Redaksi kitab suci ini terdiri dari huruf-huruf semacam huruf-huruf tersebut, yang kamu semua juga mengetahuinya. Karena itu, cobalah buat yang seperti al-Qur’an dengan menggunakan huruf-huruf serupa. Kamu pasti tidak akan mampu, baik dari segi redaksi maupun kandungannya.”
Sayyid Quthub menulis: “Perihal kemukjizatan al-Qur’an serupa dengan perihal ciptaan Allah. Ia serupa dengan ciptaan Allah dalam segala sesuatu dibandingkan dengan ciptaan manusia. Tanah yang terdapat di bumi ini, yang terdiri dari bagian kecil yang diketahui sifatnya, jika diambil oleh manusia, paling tinggi yang dapat dibuatnya adalah batu bata, atau perlengkapan atau alat, dan betapa pun teliti dan canggihnya tidak mungkin akan serupa dengan ciptaan Allah SWT., karena Allah menjadikan dari butir-butir tanah itu kehidupan; kehidupan yang penuh denyut serta mengandung rahasia Tuhan tentang hidup serta rahasia yang tidak mampu diciptakan tidak pula diketahui oleh manusia."
"Demikian juga al-Qur’an, huruf-huruf yang digunakannya terdiri dari huruf-huruf yang dikenal manusia, yang darinya mereka membentuk kalimat-kalimat prosa atau puisi. Dari hufuf-huruf yang sama, Allah menjadikan al-Qur’an dan al-Furqan yang menjadi pemisah antara kebenaran dan kebatilan. Perbedaan antara hasil karya manusia dan apa yang datang dari Allah dalam hal huruf-huruf dan kata-kata sama dengan perbedaan antara satu jasad yang tanpa ruh, atau satu patung manusia, dan seorang manusia yang hidup menarik serta menghembuskan nafas. Perbedaannya sama dengan perbedaan gambar dari sesuatu yang hidup dengan hakikat kehidupan.”
Salah satu pendapat terbaru dikemukakan oleh Rasyad Khalifah. Huruf-huruf itu, menurutnya, adalah isyarat tentang huruf-huruf yang terbanyak dalam surat-suratnya. Dalam al-Baqarah, huruf terbanyak adalah "alif", kemudian "lam" dan "mim". Demikian juga pada surat-surat yang lain, masing-masing sesuai dengan huruf-huruf yang disebut pada awalnya, kecuali surat Yasin. Kedua huruf yang dipilih sebagai pembuka surat Yasin tersebut adalah huruf "ya", yang dalam sususan alfabet Arab berada sesudah huruf "sin", sehingga kedua huruf itu tidak mengisyaratkan huruf yang terbanyak, tetapi yang paling sedikit.
Pendapat ini sangat kontroversial. Bahkan tokoh yang mengemukakannya pun demikian. Perlu penelitian seksama sebelum membenarkan teori ini.
Tampaknya jawaban: “Allah lebih mengetahui” masih merupakan jawaban yang relevan hingga kini, kendati ia tidak memuaskan nalar manusia.
Di sisi lain, walau para ulama dan pakar berbeda-beda dalam memahami makna huruf-huruf yang berada pada awal sejumlah surat al-Qur’an itu, terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan huruf-huruf tersebut yang dapat disepakati.
Pertama, huruf-huruf yang dipilih sebagai pembuka surat-surat al-Qur’an sebanyak 14 huruf. Ia ditemukan dalam dua puluh sembilan surat. Dengan demikian, empat belas yang terpilih itu adalah seperdua dari huruf-huruf Hija’iyah (alfabet bahasa Arab). Keempat belas huruf tersebut dirangkai oleh sementara ulama, antara lain dengan kalimat nash hakim qathi’ lahu sirr (teks mulia yang bersifat pasti dan memiliki rahasia).
Kedua, huruf-huruf yang terpilih itu mewakili makhrarij al-hurf, yakni tempat-tempat keluarnya huruf. Kita ketahui bahwa setiap huruf yang terucapkan ada tempat pengucapannya. Seperti "alif", tempat keluarnya adalah kerongkongan. Huruf "lam", tempat pengucapan dan keluarnya adalah lidah dengan meletakannya di langit-langit mulut. Sementara bunyi "mim" lahir dari perteman bibir atas dan bibir bawah. Dengan demikian, "alif", "lam" dan "mim" merupakan awal, tengah dan akhir.
Sering kali, setelah penyebutan huruf-huruf itu, yang disebut sesudahnya adalah kitab suci al-Qur’an. Dari sini kemudian ada yang menambahkan bahwa al-Qur’an berbicara tentang awal penciptaan, kehidupan di dunia, dan akhir penciptaan yakni Hari Kiamat.
Ketiga, dengan membaca Alif Lam Mim, dibuktikan pula bahwa al-Qur’an tidak dapat dibaca tanpa bantuan pengajar. Karena surah al-Fil atau Quraisy juga dimulai dengan ayat yang ditulis sepenuhnya sama dengan ayat surah al-Baqarah ini, tetapi pada surah al-Fil ia dibaca alam. Tentu saja perbedaan bacaan itu diketahui bukan dari tulisannya tetapi melalui pendengaran atau pengajaran.
Memang sejak semula, Nabi Muhammad SAW., pun menerima ayat-ayat al-Qur’an melalui pengajaran malaikat Jibril yang ketika mengajarkannya tidak membawa kertas tertulis selembar pun.
======
*) Naskah dinukil dari buku "Tafsir al-Misbah Jilid 1"yang diterbitkan oleh penerbit Lentera Hati. Pembaca bisa mendapatkan karya-karya Prof. Quraish Shihab melalui website penerbit.
Penulis: M. Quraish Shihab
Editor: Zen RS