Menuju konten utama

Minimnya Jumlah Petani Muda Karena Faktor Pendapatan & Akses Lahan

Tercatat hingga saat ini, jumlah petani yang berusia di bawah 35 tahun tak lebih dari 12 persen.

Minimnya Jumlah Petani Muda Karena Faktor Pendapatan & Akses Lahan
Petani merawat tanaman cabai di Kampung Samarang, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Jumat (20/10/2017). ANTARA FOTO/Adeng Bustomi

tirto.id - Koordinator Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) Said Abdullah menyebutkan ada dua faktor yang membuat anak muda zaman sekarang tidak begitu tertarik untuk terjun ke industri pertanian. Kedua faktor itu ialah kecilnya pendapatan yang diperoleh serta minimnya akses berbentuk lahan yang dapat mereka kelola.

Said mengaku simpulan mengenai dua faktor itu diperoleh berdasarkan survei yang pernah dilakukan KRKP pada 2015 lalu di empat kota/kabupaten, yakni Bogor, Karawang, Kediri, dan Tegal.

“Menurut saya dua hal ini mesti menjadi dasar yang harus dipikirkan bagaimana strategi penyelesaiannya. Selain ada juga faktor-faktor pendukung lain yang memungkinkan anak muda untuk mau balik ke pertanian,” kata Said saat ditemui di Hotel Sofyan, Jakarta pada Kamis (24/5/2018).

Adapun Said menilai rendahnya minat anak muda untuk berkarier di industri pertanian ini sudah berlangsung sejak lama. Ia lantas menyebutkan bahwa hingga hari ini saja, jumlah petani yang berusia di bawah 35 tahun tak lebih dari 12 persen.

Guna meningkatkan jumlah petani muda di Indonesia, Said mengatakan perlu adanya tindakan nyata untuk menyelesaikan masalah pendapatan dan akses, dengan disertai pemberian insentif permodalan. Untuk itu, Said pun meminta kepada pemerintah agar membuat satu peta jalan besar yang mampu menjadi panduan dari hulu ke hilir bagi anak muda untuk berkarier di industri pertanian.

“Mungkin bisa alokasikan dana desa juga untuk memfasilitasi anak-anak muda di sektor pertanian. Supaya tidak mengawang-awang. Menurut saya, apa yang dilakukan sekarang bagus sebagai menara, tapi saat dilihat ke bawah, kosong juga,” ungkap Said.

Selain mendorong gagasan untuk merevitalisasi pertanian di level desa, Said turut berpendapat bahwa pemerintah harus memahami karakter pemuda di desa dengan di perkotaan.

Ia melihat anak muda di desa perlu didorong agar mau kembali melirik industri pertanian melalui peningkatan akses terhadap lahan dan pendapatan. Sedangkan anak muda di perkotaan yang cenderung lebih konsumtif, bisa didorong agar mau untuk membeli hasil pertanian di marketplace, yang mana secara alur lebih dekat dengan petani yang menghasilkannya.

“Dari riset pada 2015 itu terlihat bahwa anak-anak muda di kota itu konsumer, sehingga mereka punya kekuatan untuk mengarahkan apa yang bisa diproduksi oleh teman-teman di desa,” kata Said lagi.

Dengan membeli hasil pertanian di marketplace, Said mengatakan bahwa hal itu dapat berdampak pada keuntungan petani yang berpotensi jadi lebih besar. Oleh karena itu, Said pun mengimbau agar pemerintah harus mampu menghubungkan anak muda yang bertindak sebagai konsumen dan produsen.

“Kita tuh berpikirnya seperti sebuah puzzle, tapi tidak pernah berpikir gambarnya akan seperti apa. Mainnya hanya di puzzle yang dipegang, itu saja,” ujar Said.

Baca juga artikel terkait PETANI atau tulisan lainnya dari Damianus Andreas

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Damianus Andreas
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Yuliana Ratnasari