Menuju konten utama

Midsummer, Festival Musim Panas Kuno yang Tetap Meriah Dirayakan

Festival Midsummer sesungguhnya tak seseram seperti di film Midsommar. Dipenuhi acara hura-hura hingga serbaneka perlombaan.

Midsummer, Festival Musim Panas Kuno yang Tetap Meriah Dirayakan
MIDSUMMER. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Memasuki pertengahan tahun yang berarti pertengahan musim panas bagi mereka yang tinggal di belahan Bumi utara, dirayakanlah sebuah festival bertajuk Midsummer. Festival itu dirayakan di tanggal yang berbeda-beda, tergantung budaya setempat. Namun, ia lazimnya diadakan mendekati summer solstice aliastitik balik matahari musim panas.

Festival serupa dirayakan sejumlah negara yang terletak—baik sebagian atau sepenuhnya—di belahan Bumi selatan, seperti Argentina, Australia, dan Brazil. Bahkan, festival terkait kesuburan ini tak melulu dirayakan pada musim panas. Di Brazil, misalnya, festival musim panas mulanya dibawa oleh orang-orang Portugis. Ia disebut Festa Junina (Festival Juni) atau São João (Santo John) dan berlangsung selama pertengahan musim dingin.

Membicarakan Midsummer secara umum tentu tak lepas dari sebuah festival yang dirayakan besar-besaran—bahkan menjadi hari libur nasional—di negara-negara Skandinavia.

Bagi sebagian orang-orang dari belahan bumi selatan yang belum pernah merasakannya langsung, gagasan terdekat soal festival ini bisa jadi datang dari pengambarannya dalam medium budaya populer. Ada mahkota bunga, tarian-tarian, acara makan-makan, dan musik folk di cerahnya musim panas Swedia dalam film Midsommar (2019).

Kendati demikian, film folk horror arahan Ari Aster itu tentu tak sepenuhnya bisa dijadikan patokan. Aster memang meminjam beberapa hal dari festival tersebut, tapi di lain sisi, ada banyak aspek dalam film tersebut yang berangkat dari imajinasi sang sutradara sekaligus penulis film itu. Entah itu perkara kurun waktu, pakaian, eksotisme festival, penggambaran pedesaan yang komikal, dan banyak lagi. Gambar-gambar itu bahkan diambil di Hungaria. Dan, spoiler, tentu tidak ada pengorbanan manusia atau ramuan cinta dari bulu pubis.

Lantas, seperti apa festival Midsummer yang sesungguhnya?

Midsummer di Swedia

Biasa disebut Midsommarafton atau Midsommar di Swedia, festival ini tak ubahnya acara hura-hura sarat kesenangan. Ketimbang penggambarannya di film, ia jauh lebih sederhana, normal, tanpa huruf-huruf runik dan ritual rumit, dan pada akhirnya, lebih mudah bagi para partisipan lama ataupun baru untuk aklimatisasi ke dalamnya.

Kabar cuaca dinantikan lantaran seringnya hujan menerpa pada tiap Jumat antara 19-25 Juni, hari ketika Midsummer dirayakan secara luas di Swedia. Itu adalah hari terpanjang dalam setahun di mana matahari tak pernah terbenam hingga langit perlahan menggelap. Di samping merayakan datangnya musim panas, orang-orang secara harfiah juga merayakan terang mengalahkan kegelapan.

Kendati makna perayaan mulai bergeser—kalau bukan menghilang seiring waktu, beberapa kebiasaan pagan yang mengiringinya tetap lestari. Beberapa contohnya adalah keberadaan api unggun besar yang dimaksudkan untuk menghalau spirit jahat dan fokus kepada alam demi mengingatkan kembali kekuatan tanaman dan air yang dianggap memiliki penyembuhan magis pada malam Midsummer.

Banyak toko dan perkantoran tutup, dan orang-orang menepi ke pinggiran kota maupun pedesaan di mana Midsummer dirayakan. Selain perayaan umum yang bisa diikuti siapa pun, ada pula perayaan tertutup khusus untuk kerabat.

Rangkaian festival dimulai dengan memetik bunga untuk dijadikan mahkota, diikuti makan siang bersama dengan menu seperti Sill (acar ikan haring), buttered dill potato, salmon, dan strawberry cake. Nubbe atau snaps (minuman alkohol khas Swedia) disesap sembari “lagu minum-minum” seperti Helan Går dinyanyikan.

Maypole (majstång) kemudian didirikan dan orang-orang melakukan Små grodorna (tarian kodok) di sekelilingnya seraya mendendangkan lagu-lagu rakyat. Maypole sendiri merupakan tiang yang berbentuk gabungan simbol salib dan phallus yang menyimbolkan kesuburan.

Selebihnya, ia tampak bagai festival rakyat pada umumnya yang diisiserbaneka perlombaan, seperti tarik tambang, permainan melempar ladam dan sepatu bot, balap sendok dan telur, hingga balap karung. Seusai barbeku, para partisipan bisa mengisi siang yang panjang itu dengan acara bebas yang lebih intim dengan pasangan masing-masing, seperti menikmati sauna, skinny dip (berenang telanjang di danau), atau lanjut minum-minum dan pindah ke lantai dansaatau acara musik pada malamnya.

Bagi mereka yang gagal menemukan pasangan hari itu, maka dianjurkan untuk meletakkan tujuh jenis bunga di bawah bantal. Konon ketika kau tidur, jodohmu akan hadir dalam mimpi.

Adapun kanal Youtube ofisial Swedia mengimbau untuk mempersiapkan"starter kit" berisi minuman, jas hujan, obat antiserangga, hingga kondom. Benda terakhir mungkin ada hubungannya dengan hakikat festival ini, yakni fertilitas, atau sekadar persiapan untuk kegiatan yang umum terjadi selepas pesta dan hura-hura yang melibatkan banyak anak muda.

Setidaknya untuk sesaat, Swedia menanggalkan karakteristik minimalis, kepribadian tertutup, atau mungkin, seperti yang belakangan riuh di internet, kebiasaan tak mengajak tamu untuk makan malam.

Meski Swedia cenderung nonreligius (bahkan salah satu negara dengan persentase ateis tertinggi), Midsummer tetap lestari dan dirayakan dengan semarak, tanpa perlu banyak pertanyaan di balik dilakukannya tarian kodok mengelilingi simbol phallus. Midsummer bahkan sempat diajukan sebagai Hari Nasional Swedia, alih-alih 6 Juni.

Selain sebagai salah satu hari libur terpenting, Midsummer juga kerap dijadikan warganya sebagai permulaan liburan sepanjang lima pekan. Saat itulah, mereka umumnya memanfaatkan cuti tahunan yang mencapai 25 hari di Swedia.

Asal Usul

Festival musim panas seperti Midsummertelah dirayakan orang-orang pagan sejak berabad-abad silam, jauh sebelum kedatangan Kristen. Gereja bahkan kerap diklaim mendesain tanggal di sekitar Midsummer (24 Juni) sebagai Hari Kelahiran Santo Yohanes Pembaptis. Dengan kata lain, Gereja melakukan Kristenisasi terhadap perayaan musim panas orang-orang pagan.

Jika benar perayaan Midsummer telah "diakuisisi" dan dirayakan dengan cara berbeda, lantas apakah orang-orang pagan masih merayakan festival yang sama?

Selain sebagai Midsommar dan varian Feast of Saint John the Baptist di sejumlah kawasan, festival ini pun dikenal dengan banyak nama lainnya, semisal Kupala di negeri-negeri Slavia, Tirgān di Iran, dan tentunya Līþa (Litha) bagi orang-orang Wicca dan neopagan Jermanik.

Litha merupakan satu dari delapan sabat orang-orang pagan. Sebagian besar kebudayaan kuno merayakan momen titik balik matahari musim panas dengan caranya masing-masing. Bangsa Celtic, misalnya, merayakan Litha dengan api unggun besar di mana orang-orang mencoba melompati atau menerobosnya demi keberuntungan.

Mengutip dari Learn Religions, Litha sendiri masih menjadi perdebatan di antara kelompok-kelompok Pagan dan Wiccan. Pasalnya, selalu ada pertanyaan tentang apakah Midsummer benar-benar dirayakan oleh kaum pagan zaman dulu atau tidak. Meskipun terdapat bukti ilmiah bahwa perayaan itu eksis, pendiri Wicca modern Gerald Gardner mensugestikan bahwa festival matahari sebenarnya diimpor dari Timur Tengah dan ditambahkan ke dalam tradisi pagan Eropa di kemudian hari.

Terlepas dari asal-usulnya, banyak Wicca modern dan Pagan lainnya memilih untuk merayakan Litha setiap tahun pada bulan Juni.

Bagaimana pun asal-usul, motif, dan tradisinya, festivalMidsummer mampu bertahan sebagai festival kuno yang bisa diikuti siapa saja di periode yang lebih maju, ketika manusia tampaknya perlu lebih banyak alasan untuk berpesta. Skål!

Baca juga artikel terkait SWEDIA atau tulisan lainnya dari R. A. Benjamin

tirto.id - Humaniora
Penulis: R. A. Benjamin
Editor: Fadrik Aziz Firdausi