Menuju konten utama

Merpati Nusantara Airlines Akan Beroperasi Kembali pada 2019

MNA akan lebih menyasar penerbangan ke wilayah Indonesia timur.

Merpati Nusantara Airlines Akan Beroperasi Kembali pada 2019
Pesawat penumpang dari maskapai Merpati Nusantara Airlines. FOTO/Wikipedia

tirto.id - PT Merpati Nusantara Airlines (Persero) akan beroperasi lagi pada 2019 setelah pelaksanaan restrukturisasi dan revitalisasi perusahaan. Merpati berhenti beroperasi sejak 1 Februari 2014 akibat kesulitan keuangan

"Rencana perusahaan pada saat dimulainya operasi penerbangan tahun depan akan dilakukan di Biak, Provinsi Papua, yang selama ini merupakan salah satu basis utama Merpati," kata Direktur Utama PT Merpati Nusantara Airlines (MNA) Capt. Asep Ekanugraha kepada pers di Jakarta, Minggu (11/11/2018).

Menurutnya, sekalipun MNA tidak beroperasi sejak 1 Februari 2014, bukan berarti manajemen berdiam diri dan tidak ada upaya untuk menghidupkan lagi. Akan tetapi manajemen terus meyakinkan pemerintah dan swasta agar mau mengoperasikan lagi, walaupun tidak mudah dan berliku.

Manajemen, katanya, sejak perusahaan tidak beroperasi hingga kini terus melakukan pembenahan di internal seperti dengan menyelesaikan hak karyawan yang tidak digaji selama ini, serta berupaya meyakinkan pemerintah dan mengundang investor swasta untuk investasi.

Saat ini pemerintah, khususnya Kementerian BUMN dan Kementerian Keuangan, serta investor swasta telah menyatakan MNA perlu dihidupkan kembali mengingat keberadaannya diyakini sangat dibutuhkan untuk mengimbangi maskapai swasta yang ada saat ini.

"Sudah ada investor swasta yang bersedia menanamkan Rp6,4 triliun untuk mengoperasikan kembali Merpati dan saat ini adalah momentum yang tepat untuk perusahaan berkiprah lagi di bisnis penerbangan," kata Asep yang didampingi Direktur Utama PT Merpati Training Center Taufan Yuniar.

Dia optimistis beroperasinya MNA akan bisa bersaing dengan maskapai penerbangan lain yang ada saat ini, mengingat ceruk pasar penerbangan di Indonesia masih terbuka luas.

Salah satu dukungan yang diberikan pemerintah antara lain dengan pembangunan sejumlah bandar udara di beberapa daerah, serta ditetapkannya 10 destinasi wisata.

Sepuluh destinasi pariwisata yang menjadi prioritas pemerintah adalah Danau Toba (Sumut), Belitung (Babel), Tanjung Lesung (Banten), Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Candi Borobudur (Jateng), Gunung Bromo (Jatim), Mandalika Lombok (NTB), Pulau Komodo (NTT), Taman Nasional Wakatobi (Sulawesi Tenggara), dan Morotai (Maluku Utara).

Perusahaan nantinya dalam mengoperasikan penerbangan, kata Asep, tidak menggunakan pesawat Boeing atau Airbus tapi akan menggunakan pesawat produksi Rusia.

"Tapi pesawat yang kami gunakan adalah buatan Rusia dan bukan yang pernah kecelakaan di Gunung Salak," katanya tanpa mau menyebut jenis pesawat dimaksud.

Ia memastikan, dalam mengoperasikan MNA tahun depan pihaknya tidak akan bermain di segmen maskapai penerbangan bertarif rendah (LCC).

Selain akan lebih menyasar penerbangan di wilayah Indonesia timur, pihaknya juga akan melakukan penerbangan ke wilayah Indonesia barat yang dinilai sangat potensial juga memungkinkan ke luar negeri.

"Kami sudah belajar dari kejatuhan perusahaan dan saatnya menatap ke depan yang lebih baik. Apalagi selain pemerintah dan investor swasta yang mendukung, sudah banyak perusahaan asuransi yang ikut mendorong beroperasinya MNA lagi," kata Asep.

Saat ini struktur organisasi baru PT MNA (Persero) juga sudah selesai disusun dan pihak investor swasta menyatakan tidak minta jatah untuk duduk di struktur.

"Investor hanya mau agar dana yang sudah ditanam bisa digunakan sebaik-baiknya, sehingga perusahaan bisa meraup laba seperti yang diharapkan," katanya.

Menurutnya, beroperasinya MNA akan menguntungkan bagi pemerintah. Selain akan menambah penerimaan pajak juga akan menyerap banyak tenaga kerja apalagi saat ini banyak pilot yang menganggur. Sementara masyarakat akan memiliki banyak pilihan untuk terbang ke beberapa daerah.

Baca juga artikel terkait MASKAPAI PENERBANGAN

tirto.id - Bisnis
Sumber: antara
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Dipna Videlia Putsanra