Menuju konten utama

Merger PS Tira-Persikabo, Manajemen Akui Suporter Masih Ogah-ogahan

Merger antara PS TIRA dan Persikabo adalah langkah yang sama-sama membawa keuntungan bagi kedua pihak, namun kesepatan itu belum bulat.

Merger PS Tira-Persikabo, Manajemen Akui Suporter Masih Ogah-ogahan
Pesepak bola PS Tira Jeon Wooyoung berusaha menghindari pesepak bola PSM Makassar Reva Adi saat laga Liga 1 di Stadion Sultan Agung, Bantul, DI Yogyakarta, Rabu (19/9/2018). ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah

tirto.id - Setelah resmi pindah kandang ke Stadion Pakansari, PS TIRA berhasil menuntaskan proses merger mereka dengan klub lokal Persikabo Bogor. Dua klub yang melebur jadi satu ini kini bernama PS TIRA Persikabo. Alasan merger ini tak lain 'membangkitkan sepak bola Bogor.'

"Niat kami merger untuk membangkitkan sepakbola Bogor. Itu sudah kami mulai dengan mengontrak tiga pemain kebanggaan masyarakat Bogor," kata Bimo Wirjasoekarta selaku Presiden PS TIRA Persikabo dalam pernyataan resminya, Senin (4/2/2019).

Langkah kedua klub untuk merger juga sudah mendapat restu dari PSSI. Meski bukan lewat rilis resmi, Wakil Ketua Umum Iwan Budianto dan Sekjen Ratu Tisha Destria sama-sama menerima keputusan merger kedua klub. Hanya saja, Tisha menekan kedua klub mematuhi regulasi dan prosedur yang ada.

"Ini adalah transisi yang sedang kami benahi menuju era sepakbola modern. Sampai saat ini secara legal masih kami atur semua prosesnya," kata Tisha saat ditemui reporter Tirto usai konferensi pers di Senayan, Jumat (1/2/2019) lalu.

Meski sedang transisi, pada pertandingan leg kedua 32 besar Piala Indonesia yang digelar Sabtu (2/2/2019), PS TIRA sudah mengusung nama Tira Persikabo, disertai logo baru yang menempel di seragam mereka.

Pilihan merger diapresiasi peneliti hukum olahraga, Eko Noer Kristiyanto, meski terkesan terburu-buru. Menurut Eko Maung, sapaannya, merger ini bisa jadi kebijakan yang saling menguntungkan.

"Kalau merger itu malah bentuk paling bagus. Kan, seperti TNI, dia lemah soal legalitas, tapi infrastruktur punya, lapangan TNI di mana-mana. Sedangkan Persikabo mungkin sulit [secara prestasi], tapi bentuknya sudah PT. Sama-sama ada yang diuntungkan," ujar Eko kepada reporter Tirto, Rabu (6/2/2019) siang.

Eko juga menilai langkah merger ini lebih tepat ketimbang pilihan lain seperti akuisisi. Merger terasa lebih adil karena tidak ada posisi satu pihak 'mencaplok' pihak lainnya. Masing-masing (PS TIRA dan Persikabo) masih bisa mendapat haknya, termasuk soal saham dan posisi di struktur kepengurusan.

Dukungan Belum Bulat

Jika mengacu pada regulasi PSSI, merger antara PS TIRA dan Persikabo mengharuskan salah satu klub harus nonaktif. Maka, bisa dipastikan Persikabo akan jadi klub yang 'ditumbalkan' lantaran cuma bermain di Liga 3. Artinya, PS TIRA Persikabo bakal bermain di Liga 1 menggunakan jatah yang dimiliki klub PS TIRA.

Seperti dilansir antara, laman resmi Liga 1 sempat mengklaim bahwa Kabomania--sebutan akrab untuk suporter Persikabo--mendukung langkah merger ini, terlepas dari implikasi di atas. Namun, rasanya klaim tersebut patut dipertanyakan lagi.

Hingga laporan ini diunggah, Rabu (6/2/2019), belum ada sikap atau pernyataan resmi dari Kabomania atau Ultras Persikabo untuk mendukung klub yang baru saja dimerger.

Menanggapi fenomena ini, Eko menyebutnya sebagai hal yang wajar. Pasalnya, ada nilai-nilai historis Persikabo yang tak bisa begitu saja dikesampingkan oleh suporter.

"Itu masalah historis, emosional," kata Eko.

Ia mengusulkan manajemen Tira Persikabo mencoba cara konvensional untuk menarik suporter, semisal dengan merchandise atau bermain hingga berprestasi. "Tapi memang susah [langsung menarik minat suporter]," imbuhnya.

Upaya pendekatan PS TIRA terhadap suporter Persikabo sebenarnya telah dilakukan sejak 1 Desember 2018. Saat itu manajemen PS TIRA dan Persikabo mengundang dua komunitas suporter, Ultras Persikabo Curva Sud (UPCS) dan Kabomania dalam sebuah pertemuan yang dihelat di Kantor Sekretariat Askab PSSI Bogor. Perwakilan PSSI juga hadir dalam pertemuan itu.

Tidak ada konflik yang muncul. Hanya saja, pertemuan itu belum menimbulkan dampak signifikan bagi atensi suporter. Presiden Tira Persikabo, Bimo Wirjasoekarta mengakui dirinya paham dengan kondisi suporter Persikabo.

Bimo berkata, "kalau kontra itu wajar, mereka memang berhasrat sekali, dalam arti mereka punya sejarah. Saya pikir ini PR manajemen [Tira Persikabo] untuk merebut hati mereka."

"Mungkin kasih waktu empat sampai lima bulan. Klub melakukan pramusim, kami juga pramusim untuk suporter [Persikabo]. Jadi saya buka dialog saja apa aspirasi dan kemauan mereka," imbuhnya.

Pada sisi lain, upaya juga dilakukan Pelatih Kepala Tira Persikabo, Rahmad Darmawan. RD menegaskan dirinya membutuhkan kerja sama dari suporter, khususnya masyarakat Bogor.

"Oleh karena itu, saya berharap dukungan bisa lebih maksimal buat kami karena bagaimana pun kehadiran penonton salah satu poin yang penting untuk sepakbola," ucap eks pelatih Sriwijaya FC itu.

Baca juga artikel terkait LIGA 1 2019 atau tulisan lainnya dari Herdanang Ahmad Fauzan

tirto.id - Olahraga
Reporter: Herdanang Ahmad Fauzan
Penulis: Herdanang Ahmad Fauzan
Editor: Mufti Sholih