Menuju konten utama

Menyingkap Pesan di Balik Busana Putih Anies-Sandi

Mengapa banyak politikus, mulai dari Prabowo Subianto, Presiden Joko Widodo hingga cagub-cawagub DKI Jakarta, Anies Baswedan dan Sandiaga Uni begitu menggemari pakaian putih untuk dipakai saat kampanye?

Menyingkap Pesan di Balik Busana Putih Anies-Sandi
Pasangan Calon nomor tiga Anies Baswedan-Sandiaga Uno berdiskusi saat jeda Debat Calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta di Hotel Bidakara, Jakarta, Jumat (27/1). Tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - Sejak maju di Pilgub DKI Jakarta 2017, pasangan calon gubernur dan wakil gubernur nomer urut tiga, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno hampir dapat dipastikan selalu tampil di muka publik dengan pakaian putih polos. Tak peduli itu saat blusukan ke kampung-kampung, memenuhi undangan di gedung-gedung, atau berkunjung ke pasar tradisional yang becek dan kotor, pakaian kemeja putih itu selalu melekat.

Lalu, pesan apakah yang sebenarnya ingin dibangun Anies-Sandi melalui pemilihan busana tersebut?

Pada Senin (16/01), ditemani ustad Solmed, Sandi tiba di Pasar Induk Kramat Jati mengenakan kemeja berwarna putih. Agendanya siang itu adalah mendengar aspirasi para pedagang serta mensosialisasikan program harga OK OCE yang dia janjikan jika terpilih nanti.

Siang itu, tak hanya Sandi yang mengenakan kemeja berwarna putih, ustad Solmed beserta tim pemenangan yang mendampinginya juga menggunakan setelan berwarna senada. Pin berwarna merah, bertuliskan Salam Bersama menempel di dada sebelah kiri. Tak jauh berbeda dengan Sandi, Anies Baswedan, mantan menteri pendidikan dan kebudayaan Indonesia ke-27 ini, dalam kunjungan-kunjungannya juga sering dijumpai mengenakan kemeja berwarna putih polos.

Silih Agung Wasesa dalam bukunya yang berjudul "Political Branding and Public Relations: Saatnya Kampanye Sehat, Hemat, dan Bermartabat" menyebutkan bahwa dalam praktik politik, proses pencitraan melalui penampilan adalah hal yang tak dapat dipungkiri. Akar dari penampilan itu sendiri adalah fesyen atau mode.

Kita tentu tak butuh waktu lama jika diminta menyebutkan karakter Syahrini. Penyanyi pop yang pernah menjadi pasangan duet Anang Hermansyah itu kerap diproyeksikan sebagai pribadi yang glamour. Citra ini tidak lepas dari dengan penampilannya yang memvisualisasikan kesan mewah dan prestisius.

Lain lagi jika anda diminta untuk menyebutkan karakter Nicholas Saputra. Sosok Rangga ini selalu dinilai sebagai pribadi yang cool, keren, dengan pembawaan yang tenang dan karismatik. Setelan casual yang selalu dia kenakan dengan memakai kaus didalam dengan kemeja flanel tak dikancing memunculkan kesan itu.

Fesyen sebagai salah satu produk budaya mampu membawa suatu pesan dan gaya hidup suatu komunitas tertentu. Benda-benda seperti baju dan aksesori bukan hanya berfungsi sebagai penutup tubuh dan hiasan tapi bisa jadi adalah alat komunikasi untuk menyatakan identitas pribadi. Di dalam sebuah fesyen, ada nilai-nilai yang ingin dipromosikan atau dikomunikasikan melalui apa yang ditampilkan. Fesyen merupakan fenomena komunikatif dan kultural yang digunakan oleh suatu kelompok untuk mengonstruksikan dan mengomunikasikan identitasnya karena ia mempunyai cara nonverbal untuk memproduksi serta mempertukarkan makna dan nilai-nilai.

Saat pemilihan presiden 2014 silam, kemeja kotak-kotak pernah menjadi ikon bagi Jokowi. Melalui baju kotak-kotaknya Jokowi ingin menampilkan citra bersahabat dengan rakyat. Setelah terpilih dan resmi menjabat sebagai presiden Republik Indonesia yang ke tujuh, ia mulai meninggalkan baju kotak-kotaknya dan beralih menggunakan kemeja berwarna putih polos.

Tak jauh berbeda darinya, Prabowo, politisi dari partai Gerindra yang jadi lawan politiknya saat pilpres 2014 juga memilih warna putih sebagai warna baju pilihannya. Rodrigo Duterte, presiden Filipina yang jadi kontroversial karena ucapan-ucapannya itu dalam suatu kali kunjungannya ke Indonesia juga mengenakan kemeja putih polos yang lengannya dilipat.

Infografik di Balik Gaya pakaian anies

Mengapa warna putih mendominasi tampilan para politikus itu?

Warna putih kerap diidentikkan dengan citra positif seperti kebaikan, kesucian, bersih, serta sederhana. Sementara lengan kemeja yang dilipat memperlihatkan citra profesional. Penampilan kasual yang diperlihatkan Anies dan Sandi bisa jadi mencerminkan kombinasi dari hal-hal yang saya sebutkan di atas.

Jamal Hidayat selaku manajer Roemah Joeang, markas pemenangan Anies-Sandi di Jalan Brawijaya IX, Jakarta Selatan pernah berujar bahwa warna putih sengaja dipilih karena melambangkan pribadi yang santun. "Warna putih itu mencitrakan sesuatu yang bersih. Secara langsung dengan pakaian itu melambangkan pemimpin bersih, berjiwa ikhlas, sejuk dan santun," katanya seperti dilansir dari Antara.

Senada dengan busana, visi-misi yang ditawarkan Anies-Sandi juga tak jauh-jauh dari citra bersih, profesional, sederhana, kebaikan – seperti terlihat dalam pidato Anies pada saat debat perdana 13 Januari lalu.

Berulangkali Anies menyebutkan kata moral dan akhlak. “Di sana tak ada moral, di sana tak ada karakter, di sana tak ada nilai. Justru yang mau kita bangun adalah iman, taqwa, akhlak,” jelasnya menjawab pertanyaan soal pendidikan dari Ira Koesno selaku moderator.

Moral dan akhlak menjadi hal yang paling sering disoroti oleh paslon nomor urut tiga. Tak ada yang salah dari proses pencitraan diri para politisi selama bukan untuk tujuan manipulatif. Umberto Eco, penulis mahsyur dari Italia yang menulis buku The Name of The Rose pernah berujar: “aku berbicara melalui pakaianku.”

Baca juga artikel terkait ANIES-SANDIAGA atau tulisan lainnya dari Ruhaeni Intan Hasanah

tirto.id - Politik
Reporter: Ruhaeni Intan Hasanah
Penulis: Ruhaeni Intan Hasanah
Editor: Aqwam Fiazmi Hanifan