tirto.id - Amy bersama keluarga besarnya akhirnya bisa pelesir dengan kapal Star Cruise Gemini. Sebelum menikmati kemewahan itu, Amy dan rombongan keluarga yang berjumlah 10 orang harus terbang dari Banjarmasin – Jakarta - Singapura. Setelah terbang dengan pesawat, barulah Amy bisa melancong berpesiar dengan rute Singapura - Penang - Langkawi jadi rute perjalanan mereka.
Amy dan keluarnya hanya salah satu dari sekitar belasan ribu orang Indonesia yang melancong dengan kapal pesiar setiap tahun. Jumlah ini diperkirakan terus bertambah sejalan makin naik daunnya wisata kapal pesiar di kawasan Asia.
Singapura termasuk yang jeli membaca peluang di bisnis kapal pesiar, infrastruktur dan layanan jasa prima jadi andalan mereka. Di negara pulau ini beberapa kapal pesiar ternama siap melayani penumpang antara lain Star Cruises, Royal Carribean International, Princess Cruises, Costa Cruises, Celebrity Cruises, Silversea dan lain-lain.
Agen-agen di Singapura begitu pintar mengemas pemasarannya. Selain promosi yang mengena pasar di Indonesia, mereka juga mencoba mendekatkan diri dengan calon konsumen. Lihat saja, laman-laman promosi operator kapal pesiar yang tersedia dalam bahasa Indonesia. Tentu jadi nilai lebih bagi penyedia jasa untuk menarik pelanggan sebanyak-banyaknya.
“Saat hunting kapal pesiar, kami beruntung mendapatkan harga tiket cruise dirgahayu ke-70 RI, di mana harga orang ke-2 sangat murah jika dibandingkan tanpa promo,” jelas Amy dikutip dari laman housefp.info.
Kelonggaran
Amy dan orang Indonesia lainnya harus masuk melalui pintu negara lain sebelum menikmati kapal pesiar. Padahal, mereka nantinya juga akan berselancar menjelajak wilayah Indonesia. Beberapa wilayah Indonesia yang menjadi tujuan para operator kapal pesiar di Singapura antara lain Tanjung Benoa, Bali, dan tempat-tempat menarik lainnya.
Perjalanan panjang seperti pelancong kapal pesiar dari dalam negeri seperti Amy harus ke Singapura mestinya tak akan terulang lagi semenjak pemerintah melakukan terobosan baru pada Agustus tahun lalu. Menteri Perhubungan Ignasius Jonan telah mengeluarkan Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) Nomor 121 tahun 2015 tentang Pemberian Kemudahan Bagi Wisatawan Dengan Menggunakan Kapal Pesiar (Cruiseship) Berbendera Asing.
Dengan adanya aturan itu, maka kapal pesiar dari luar negeri dapat singgah ke dalam negeri yang berfungsi sebagai embarkasi atau mengangkut penumpang atau debarkasi (menurunkan) wisatawan. Sehingga, wisatawan yang menumpang kapal pesiar dari luar negeri dapat melanjutkan perjalanan di Indonesia. Sebaliknya, wisatawan yang ada di dalam negeri dapat mengikuti perjalanan dari embarkasih dalam negeri ke destinasi luar.
Sebelumnya, kegiatan menaikkan dan menurunkan wisatawan di dalam negeri menggunakan kapal pesiar berbendera asing ini tidak diperbolehkan karena Indonesia menganut asas cabotage. Ketentuan ini diatur dalam UU No.17 tahun 2008 tentang Pelayaran. Namun, kapal pesiar berbendera asing kini boleh melakukan proses debarkasi dan embarkasi di Tanjung Priok, Tanjung Perak, Belawan, Makassar dan Benoa Bali. Sementara itu, untuk proses bersandar bebas dilakukan di pelabuhan mana saja.
Tak hanya itu, pemerintah juga memberikan kemudahan perizinan kapal pesiar yang ingin melakukan kunjungan ke wilayah Indonesia dan singah untuk berwisata dalam upaya meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara. Perusahaan kapal pesiar cukup dengan mengisi formulir secara online.
Potensi Bisnis Kapal Pesiar
Berdasarkan data Princess Cruises, Indonesia masuk sepuluh besar negara Asia yang paling banyak dikunjungi kapal pesiar antara lain. Tempat-tempat favoritnya adalah Bali, Jakarta, Semarang, dan Pulau Komodo. Penumpang kapal pesiar yang datang ke Indonesia tumbuh 7,7 persen per tahun sejak 2012. Sementara itu, jumlah penumpang asal Indonesia lebih dari 18.000 orang pada 2014. Volume penumpang kapal pesiar asal Indonesia diperkirakan mencapai 240.000 pada 2020.
Peningkatan jumlah pelancong kapal pesiar asal Indonesia tak terlepas dari tumbuhnya kelas menengah. Secara regional, apa yang terjadi di Indonesia mencerminkan kondisi di Asia. Perkembangan penumpang kapal pesiar di Asia tumbuh cukup pesat. Perkiraan pertumbuhan tahunan untuk bisnis kapal pesiar Asia ditargetkan sebanyak 14 persen atau 3,7 juta penumpang pada 2017. Pada 2014 jumlah penumpang dari Asia masih mencapai 1,81 juta orang.
Data Cruise Lines International Association (CLIA) menggambarkan betapa besarnya prospek bisnis kapal pesiar di dunia. Dari sisi jumlah penumpang di seluruh dunia trennya terus naik. Pada 2009 jumlah penumpang kapal pesiar di seluruh dunia masih 17,8 juta orang, pada 2015 sudah mencapai 23 juta orang. Tahun ini diperikirakan ada 24 juta orang melancong dengan kapal pesiar di seluruh dunia. Diperkirakan ada pemesanan 27 kapal pesiar baru dengan investasi sekitar 6,5 miliar dolar.
Kepulauan Karibia di bagian tengah Benua Amerika jadi pemimpin pasar bisnis kapal pesiar dunia. Karibia menguasai pangsa pasar 33,7 persen. Setelah Karibia ada kawasan Mediterania yang pangsa pasarnya 18,7 persen. Sedangkan pangsa pasar kawasan Asia hanya 9,2 persen dari total bisnis kapal pesiar.
Secara efek ekonomi, bisnis kapal pesiar menyumbang perputaran uang di dunia per tahun lebih dari 100 miliar dolar AS. Pada 2014 tercatat dampak ekonomi dari bisnis mencapai 119,9 miliar dolar AS. Bisnis ini menyerap hampir 1 juta orang tenaga kerja, dengan total gaji yang diberikan mencapai 39,3 miliar dolar. Tercatat rata-rata penumpang kapal pesiar membelanjakan uangnya per hari mencapai 127 dolar AS.
Di Indonesia, potensi devisa kapal pesiar sekitar Rp2 triliun per tahun dari kegiatan wisata para pelancong kapal pesiar yang singgah di berbagai pelabuhan sandar di Indonesia. Angka itu akan semakin membesar dengan meningkatnya jumlah kunjungan kapal pesiar di Indonesia.
Kementerian Pariwisata menargetkan kedatangan kapal pesiar ke Indonesia hingga 400 unit tahun ini. Dalam satu kapal pesiar biasanya menampung sampai 5 ribu penumpang. Ditargetkan akan ada 500 kedatangan kapal pesiar pada 2019.
Tak Dilirik Pemain Lokal
Sayangnya, potensi bisnis yang cukup besar dari kapal pesiar belum dimanfaatkan oleh investor lokal. Hingga kini belum ada perusahaan operator kapal lokal yang menyelenggarakan kapal pesiar berbendera Indonesia. Perusahaan pelayaran lokal masih fokus pada angkutan barang atau kapal penumpang untuk angkutan reguler.
Menteri Perhubungan Ignasius Jonan sempat mendorong pelaku swasta dalam negeri melalui Asosiasi Pemilik Kapal Nasional Indonesia (INSA) mengoperasikan kapal pesiar dalam mendukung pariwisata bahari di Indonesia.
"Selama ini INSA lebih banyak mengoperasikan kapal barang atau kargo, saya selalu berharap ada yang mengoperasikan kapal pesiar," kata Jonan dikutip dari Antara.
Pemerintah sangat mendorong pengusaha kapal yang akan mengoperasikan kapal pesiar karena potensi pariwisata daerah Indonesia Timur sangat layak dikembangkan. "Semua diserahkan ke INSA, mau atau tidak, saya hanya menganjurkan karena di daerah Timur wisata pantainya besar,” kata Jonan
Dorongan ini rupanya direspons datar oleh pengusaha lokal. Mereka mau mengembangkan kapal pesiar apabila didukung dengan infrastruktur yang memadai serta pendukung sektor pariwisata, seperti hotel-hotel agar lebih memicu para pelancong.
"Mungkin juga harus dibarengi pembangunan hotel di sekitar sana. Kalau misalnya kapal-kapal itu bisa nyaman bisa membuat hotel di dalam kapal pesiar itu, tapi kalau belum memadai artinya di daerah sandar harus ada hotel-hotel bagus yang tersedia," kata Ketua INSA Carmelita Hartoto dikutip dari Antara.
Persoalan infrastruktur jadi alibi pemain lokal yang belum mau masuk ke bisnis kapal pesiar. Di sisi lain operator asing perlahan tapi pasti mulai mendalami pasar Indonesia yang potensial. Meskipun tak bisa dipungkiri infrastruktur pelabuhan di Indonesia untuk embarkasi dan debarkasi kapal pesiar masih terbatas, belum lagi infrastruktur lainnya.
Rencana pembangunan dermaga cruise Tanah Ampo, Manggis, Karangasem Bali yang hingga kini tak terdengar lagi kabarnya. Padahal proyek ini termasuk dalam program Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) era Presiden SBY. Kondisi infrastruktur ini lah yang membuat kapal pesiar di Indonesia belum optimal, selama bertahun-tahun Indonesia hanya jadi tempat singgah.
Hanya Tempat Singgah
Pasca penghapusan asas cabotage, seharusnya gairah pelancong lokal untuk berpesiar dari dalam negeri bisa menggeliat. Data minat orang Indonesia naik kapal pesiar dari embarkasi lokal belum tercatat baik. Namun, menurut catatan PT Pelindo IV Cabang Makassar, sudah ada proses embarkasi kapal pesiar di dalam negeri meski masih sebatas penumpang asing.
Pada Mei 2016 arus penumpang kapal yang melalui Pelabuhan Makassar mencapai 51.511 orang, dengan total sepanjang Januari - Mei sebanyak 337.215 orang.
Pada Mei, penumpang dalam negeri masih mendominasi pelabuhan di Makassar yaitu sebanyak 47.079 orang, masing masing penumpang debarkasi sebanyak 22.464 orang dan penumpang embarkasi sebanyak 24.615 orang. Sedangkan jumlah penumpang asing (kapal pesiar) yang berkunjung ke Makassar melalui Pelabuhan Makassar yaitu mencapai 4.432 orang. Rinciannya, penumpang debarkasi sebanyak 2.216 orang dan penumpang embarkasi sebanyak 2.216 orang.
Kunjungan kapal pesiar di pelabuhan yang dikelola PT Pelindo III dalam beberapa tahun terakhir juga menunjukkan tren positif. Berdasarkan catatan mereka, sepanjang 2015 sekurangnya sebanyak 130 kapal pesiar singgah melalui pelabuhan di wilayah kerja Pelindo III dengan membawa 128.574 turis asing. Jumlah kunjungan kapal pesiar menunjukkan peningkatan sebesar 3 persen dibandingkan jumlah kunjungan kapal pesiar pada 2014. Jumlah kapal pesiar yang merapat di 2014 hanya sebanyak 126 unit.
Pada 2015 dari 130 kapal pesiar yang sandar pada pelabuhan-pelabuhan di wilayah Pelindo III, sebanyak 58 kapal pesiar sandar di Pelabuhan Benoa Bali disusul 26 kapal pesiar di Pelabuhan Lembar NTB, 19 unit kapal pesiar di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Kapal pesiar lainnya bersandar di Pelabuhan Tanjung Perak, Celukan Bawang Bali, Tanjung Tembaga Probolinggo, Kumai, Maumere, Tenau Kupang, dan Bima. Angka-angka tadi betapa menggambarkan prospek bisnis kapal pesiar di Indonesia sangat tinggi.
Upaya mendorongnya bisnis ini sudah ada meski terbatas. Sayangnya, regulasi dan infrastruktur yang sudah disiapkan tak mampu mendorong minat pengusaha dalam negeri masuk ke bisnis ini. Di sisi lain, geliat para operator asing masuk ke bisnis kapal pesiar di Indonesia sangat besar. Bila ini dibiarkan akan menguntungkan pengusaha di luar negeri, sementara pemain lokal hanya jadi penonton saja.
Penulis: Suhendra
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti