Menuju konten utama
Perang Dagang As-Cina

Menko Perekonomian: Kita Fokus Tekan Defisit Neraca Perdagangan

Pemerintah Indonesia akan berfokus untuk menekan angka defisit neraca perdagangan yang negatif di tengah perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina.

Menko Perekonomian: Kita Fokus Tekan Defisit Neraca Perdagangan
Ilustrasi. Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (kiri) berbincang usai penandatanganan nota kesepahaman percepatan pinjaman daerah di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Kamis (28/12/2017). ANTARA FOTO/Galih Pradipta

tirto.id - Pemerintah Indonesia hanya akan fokus mencari peluang untuk menekan angka defisit neraca perdagangan dengan meningkatkan ekspor ke luar negeri, di tengah perang dagang Amerika Serikat (AS)-Cina yang samakin memanas.

Defisit neraca perdagangan Indonesia pada April 2018 sebesar 1,63 miliar dolar AS, dipicu oleh defisit sektor migas 1,13 miliar dolar AS dan non-migas 0,50 miliar dolar AS.

Dibandingkan Maret 2018, neraca perdagangan mengalami surplus sebesar 1,12 miliar dolar AS dan dibandingkan April 2017 (year on year/yoy) neraca perdagangan juga menunjukkan surplus sebesar 1,32 miliar dolar AS.

"Yang nomor satu kita harus urusi, yaitu neraca perdagangan itu. Kita tidak perlu terlalu fokus perang dagang orang-orang itu (AS-Cina). Kita fokus pada urusan kita aja. Artinya kita harus mencari jalan untuk mengembalikan neraca perdagangan kita yang negatif," ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Jakarta pada Kamis (21/6/2018).

Ia menyebutkan, salah satu hal yang menyebabkan impor tinggi pada April lalu, adalah karena adanya persiapan menghadapi Ramadan dan Lebaran.

"Di sisi lain ekpsornya pertumbuhannya melambat, terutama karena ada langkah-langkah yang diambil oleh negara tertentu, seperti India yang kenakan bea masuk yang agak tinggi kepada CPO (crude palm oil/minyak kelala sawit mentah) Indonesia," ucapnya.

Pada minggu lalu, ia mengatakan bahwa Presiden Indonesia Joko Widodo telah bertemu dengan Perdana Menteri India, Narendra Modi, dan salah satu agendanya adalah menyinggung hubungan perdagangan kedua negara.

"Presiden sudah menitip untuk tolong diperhatikan bahwa kita (Indonesia-India) punya kerjasama ekonomi, ya masa dikenakan bea tinggi terhadap CPO. Selain itu, ya kami harus menyusun kebijakan baik di bidang industri, di bidang sumber daya alam untuk perbaiki ekspor kita," ungkapnya.

Perang dagang dikatakannya dapat berimbas secara positif dan negatif terhadap neraca perdagangan dalam negeri. Sehingga kendati, Indonesia hanya terkena dampak sampingnya dan tidak bisa memberikan intervensi perang dingin antara AS dengan Cina, tapi penting untuk pemerintah memantaunya.

Selain neraca perdagangan, pemerintah juga fokus saja terhadap nilai tukar rupiah yang melemah. "Indonesia lebih banyak mengurusi dirinya sendiri menyiapkan urusannya sendiri, bahwa kita sejak dua tiga bulan lalu itu kursnya kan agak terganggu," kata dia.

Baca juga artikel terkait NERACA PERDAGANGAN atau tulisan lainnya dari Shintaloka Pradita Sicca

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Shintaloka Pradita Sicca
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Yandri Daniel Damaledo