Menuju konten utama

Menjauhkan Janin dari Gelombang Ponsel Sejak Dini

Telepon seluler (ponsel) sudah menjadi kebutuhan sehari-hari masyarakat. Di balik manfaatnya, ada yang meyakini ponsel dan gelombang yang dihasilkannya punya dampak negatif terhadap ibu hamil dan janinnya, tapi sebagian lagi justru sebaliknya. Bagaimana menyikapinya?

Ibu menggendong anaknya sambil memegang ponsel. FOTO/Istock.

tirto.id - Di kehidupan yang serba online, orang-orang begitu sulit jauh dari gadget seperti ponsel karena telah memberi segala kemudahan. Sehingga mendorong peningkatan jumlah pengguna ponsel di seluruh dunia.

Di balik manfaat ponsel, ada masalah lain yang berpotensi ditimbulkan bila terlalu lama bersentuhan dengan gawai ini. Sebagian penelitian menyimpulkan radiasi dari ponsel pintar tak baik untuk kesehatan manusia.

Penelitian dilakukan oleh Universitas Telkom terhadap laki-laki dan perempuan dengan rentang usia 17-23 tahun. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengaruh radiasi gelombang elektromagnetik ponsel terhadap gelombang otak jangka pendek seperti kepala pusing, kuping panas, dan letih.

Selain itu Organisasi Kesehatan Dunia juga mengkategorikan ponsel sebagai benda yang berpotensi karsinogenik atau penyebab kanker pada manusia. Hal itu didasarkan pada penelitian yang sudah dilakukan dan Amerika Cancer Society juga mengungkapkan radio frequency berisiko sebabkan kanker tapi buktinya tak begitu kuat untuk dianggap kausal.

Dalam penelitian terbaru dari Laura Birks, peneliti dari Barcelona Institue fo Global Health, Spanyol mengungkapkan ada pengaruh ponsel terhadap janin. Ia melakukan penelitian pada 83.884 pasangan ibu dan anak di Spanyol, Denmark, Norwegia, Belanda, dan Korea.

Temuannya cukup mengejutkan, seorang anak yang ibunya sering menghabiskan waktu dengan ponsel akan memiliki risiko gangguan pada perilaku dan emosional. Anak yang lahir dari seorang ibu yang suka menelpon lebih dari empat kali dalam sehari berpeluang sebesar 28 persen menjadi anak yang hiperaktif. Dibandingkan dengan anak yang ibunya tidak menggunakan ponsel saat hamil, memiliki risiko yang sangat rendah.

Temuan ini sebagai mendukung penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh Yale School of Medicine. Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa penggunaan ponsel pada wanita hamil memiliki dampak buruk untuk kesehatan janin dalam kandungan. Para peneliti ini melakukan eksperimen pada seekor tikus dan menemukan janin tikus yang terpapar radiasi ponsel mengalami gangguan perilaku saat lahir dibandingkan janin tikus yang jauh dari paparan radiasi.

“Kami sudah menunjukkan bahwa masalah perilaku pada tikus yang menyerupai ADHD [Attention Deficit Hyperactivity Disorder] yang disebabkan oleh paparan ponsel pada rahim,” kata Hugh Taylor, Profesor dan kepala Divisi Endokrinologi dan Infertilitas Reproduksi di Departemen Kebidanan, Ginekologi & Ilmu Reproduksi.

“Peningkatan gangguan perilaku pada anak manusia mungkin sebagian besar karena paparan radiasi telepon seluler.”

Selain itu, bagi janin di dalam kandungan, pengaruh ponsel pintar juga memberi efek terkejut pada janin ketika dipapar suara atau getar ponsel. Profesor Obstetri dan Ginekologi dari Wyckoff Heights Medical Center, New York, Dr Boris Petrikovsky, dalam penelitiannya menemukan respons terkejut janin antara lain seperti kepala menengok, mulut membuka atau berkedip. Suara atau getaran itu juga akan mengganggu siklus tidur normal dari janin.

src="//mmc.tirto.id/image/2017/04/27/TIRTO_3064dampak_penggunaan_ponsel_pada_janin_dan_bayi-fuad_ratio-9x16.JPG" width="859" height="1527" alt="Infografik Dampak Penggunaan Ponsel Pada Janin" /

Perlu Penelitian Lanjutan

Hasil suatu penelitian tentu ada yang pro dan ada yang kontra. Dr Robin Hansen spesialis kedokteran anak dari University of California mengungkapkan penelitian Laura Birks kurang tepat. Menurutnya, kebiasaan dan kepribadian orang tua saat mengasuh anaknya dianggap lebih berperan dalam menentukan risiko hiperaktif terhadap seorang anak.

Menurutnya, orang tua memang harus sedikit menjauh dari ponsel pintarnya, tetapi bukan karena masalah radiasi yang ditimbulkan melainkan ketika orang tua lebih banyak menatap ponselnya dan gagal merespons anak-anak mereka. Sehingga efeknya anak-anak akan belajar bagaimana caranya mencari perhatian dengan cepat. Hal yang anak-anak lakukan bisa dengan cara menangis, melempar-lempar sesuatu atau membuat keributan untuk menarik perhatian ibunya. Inilah yang kemudian memicu hiperaktif, bila dibiarkan secara terus menerus.

Dalam penelitian Laura Birks memang tidak memaparkan penjelasan dengan pasti apakah perubahan sikap anak yang saat dalam kandungan terpapar ponsel pintar dan terkena radiasi elektromagnetik atau ada kaitannya juga dengan faktor lain seperti pola asuh. Selain itu, National Institute of Environmental Health Sciences (NIEHS) menyatakan bahwa bukti ilmiah saat ini belum secara meyakinkan untuk mengaitkan hubungan penggunaan ponsel dengan masalah kesehatan yang merugikan.

U.S Food and Drug Administration (FDA) juga mengungkapkan bahwa catatan penelitian yang melaporkan perubahan biologis yang berkaitan dengan radio frequency gagal direplikasi dan sebagian besar penelitian epidemiologi manusia juga gagal menunjukkan hubungan antara pemaparan radio frequency dari ponsel pintar terhadap masalah kesehatan manusia.

Sementara itu, dr. Ivan Sini, SpOG kepada Tirto mengungkapkan hingga saat ini belum ada dampak langsung kepada ibu hamil atau janin terkait dengan penggunaan ponsel atau paparan radiasi dari ponsel pintar. Begitu pun dengan dampak tak langsungnya.

“Belum ada data klinis di manusia,” kata Ivan.

Penelitian lanjutan memang masih sangat dibutuhkan untuk mengetahui apakah ponsel pintar memengaruhi janin hingga kesehatan manusia pada umumnya. Namun, terlepas dari kontroversi, beberapa peneliti tetap menyarankan agar ibu hamil sedikit menjauh dari ponsel pintar. Apakah seseorang bisa menjauh dari gadget atau ponselnya? jawabannya bisa.

Baca juga artikel terkait IBU HAMIL atau tulisan lainnya dari Yantina Debora

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Yantina Debora
Penulis: Yantina Debora
Editor: Suhendra
-->