Menuju konten utama

Menjadi Superkaya Karena Warisan

Tak semua orang-orang superkaya menjadi kaya raya karena usahanya sendiri. Tak sedikit yang kaya karena mewarisi bisnis keluarga. Mereka yang kaya karena warisan ini paling banyak berada di Austria, Swedia, dan India.

Menjadi Superkaya Karena Warisan
Ilustrasi [Foto/Shutterstock]

tirto.id - Lebih dari seratus tahun lalu, Daniel Swarovski menemukan ide memotong-motong kaca dengan mesin. Ia adalah anak dari pemotong kaca yang memiliki pabrik kecil di Austria. Mesin pemotong kaca listrik itu kemudian dipatenkannya pada 1892.

Tiga tahun kemudian, Daniel mendirikan perusahaan pertamanya bernama A. Kosman, Daniel Swartz & Co. Perusahaan itu mendirikan pabrik pemotongan kristal. Perusahaan ini kian besar dan Swarovski menjadi brand dunia. Ia pun menjadi bisnis keluarga. Swarovski kini telah memiliki tujuh pabrik dan 2.350 toko di seluruh dunia.

Sampai saat ini, sudah ada 70 orang anggota keluarga Swarovski yang ambil bagian pada perusahaan yang dirintis Daniel itu. Termasuk cicitnya, Gernot Langes Swarovski. Gernot masuk dalam daftar orang-orang superkaya di Austria. Kekayaannya mencapai $1,3 miliar atau setara Rp16,9 triliun.

Orang-orang seperti Gernot Langes adalah orang-orang yang sudah kaya sejak lahir. Kekayaannya sebagian besar berasal dari warisan keluarga. Di Austria, orang-orang seperti ini banyak sekali. Kekayaan yang mereka miliki saat ini tak sepenuhnya berasal dari usaha mereka sendiri, melainkan dari usaha anggota leluhur. Mereka hanya meneruskannya, meski tak dapat dipungkiri bahwa mereka bisa tetap kaya karena mampu mengelolanya dengan baik.

Berdasarkan riset dari Jonathan Wai of Duke University yang dihimpun Statista, porsi orang yang kaya karena warisan di negeri itu mencapai 49,6 persen, terbesar di dunia. Riset itu hanya menghitung orang-orang dengan jumlah kekayaan di atas $30 juta atau sekitar Rp390 miliar.

Selain nama Gernot Langes Swarovski, Hubert Palfinger juga termasuk daftar orang superkaya yang memang sudah kaya sejak dia ada di dunia. Hubert adalah anak tertua dari Richard Palfinger. Ia menjalankan bisnis keluarga di bidang mesin pengangkat hidrolik dan berhasil membawa perusahaan warisan keluarganya ke pasar internasional.

Namun, tak semua warisan yang didapat orang-orang kaya di Austria berasal dari keluarga. Ada juga yang mendadak kaya raya karena mewarisi harga peninggalan suaminya.

Heidi Horten misalnya. Janda dari Helmut Horten ini mendadak kaya raya dan masuk dalam daftar miliuner Austria sejak suaminya meninggal. Suami Heidi adalah pendiri swalayan besar di German bernama Horten AG. Di usianya yang mencapai 73 tahun, total kekayaan Heidi saat ini adalah $3,1 miliar, hampir tiga kali lipat dari kekayaan milik Gernot Langes Swarovski.

Infografik Warisan

Porsi orang superkaya karena warisan di Swedia juga tak kalah besar. Menurut riset itu, angkanya mencapai 43,8 persen. Ini menempatkan Swedia di urutan kedua.

Sementara itu, anak-anak orang kaya di Amerika Serikat tampaknya lebih punya ego untuk membangun kekayaannya sendiri. Bill Gates, misalnya. Punya ayah seorang pengacara terkenal dan ibu direktur holding dari perusahaan perbankan, dan kakek yang juga bankir, tak membuatnya lantas ingin menjadi bankir dan pengacara.

Ia malah tertarik di bidang komputer, membangun bisnis di bidang itu, dan menjadi kaya raya. Hingga September tahun ini, total kekayaan Bill Gates mencapai $81,7 miliar. Ia menjadi orang paling kaya di dunia saat ini.

Namun bukan berarti di Amerika tak ada orang yang kaya karena warisan. Porsi orang superkaya yang kekayaannya berasal dari warisan di Amerika Serikat memang terbilang kecil, hanya 12,6 persen. Ia berada di peringkat kesembilan.

Dari 13 daftar negara yang dirilis Statista, Rusia menjadi negara di urutan ke 13 dengan porsi orang kaya penerima warisan hanya 1,3 persen. Padahal minyak di negara ini menciptakan begitu banyak miliuner.

Di Asia sendiri ada tiga negara yang masuk dalam daftar tersebut, yakni India, Jepang, dan Cina. India berada di peringkat ketiga dengan porsi orang kaya karena warisan sebesar 31,6 persen. Jepang di peringkat ketujuh dengan porsi 17,9 persen. Sementara, Cina ada di posisi ke 12, dengan porsi hanya 4,4 persen.

Baca juga artikel terkait WARISAN atau tulisan lainnya dari Wan Ulfa Nur Zuhra

tirto.id - Humaniora
Reporter: Wan Ulfa Nur Zuhra
Penulis: Wan Ulfa Nur Zuhra
Editor: Maulida Sri Handayani