tirto.id -
Hal tersebut disampaikan Budi di Kemenko Kemaritiman Jakarta, Selasa (14/8/2018). Ia mengatakan, evaluasi maksimal dilakukan agar kejadian serupa tidak kembali terulang.
"Saya minta maaf atas kejadian ini. Ini bukan excuse (berdalih), memang LRT Palembang upaya kami memberanikan diri untuk segera menggunakan produk dalam negeri," katanya.
Light Rail Transit (LRT) Palembang kembali mogok, pada Minggu (12/8/2018). LRT yang berangkat dari stasiun DJKA menuju Stasiun Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II berhenti secara mendadak di antara Stasiun Jakabaring dan Stasiun Polresta. Para penumpang terpaksa dievakuasi dengan berjalan kaki melalui jalur samping rel. Insiden Minggu sore itu adalah kali ketiga menimpa LRT Palembang.
Proyek LRT Palembang ini diklaim sebagai proyek tercepat dalam penyelesaiannya. Proyek pembangunan yang memakan biaya sebesar Rp10,9 triliun itu mulai dibangun pada Oktober 2015 dan selesai pada Juli 2018.
Menurut Menhub, tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) proyek LRT Palembang mencapai 95 persen, sebuah capaian yang tidak bisa ditemukan di proyek lainnya.
Budi juga mengatakan, jika ingin mencari aman, dengan mudah bisa saja pemerintah memilih perusahaan lain seperti Hyundai. Namun, keinginan pemerintah untuk mendukung produk dalam negeri menjadi hal yang utama.
"Saya sebagai pemilik proyek, kalau mau aman, saya tunjuk saja Hyundai, harga relatif sama dan tidak usah pusing. Tapi memang keinginan kami produk dalam negeri ini bisa jalan," katanya.
Terjadinya insiden mogok sebanyak tiga kali itu terbilang kontradiktif. Sebab saat uji coba LRT Palembang pada 23-31 Juli 2018, tidak ditemukan adanya masalah. Bahkan ketika uji dinamis yang dilakukan pada 4 Juli 2018, LRT Palembang tercatat mampu menempuh jarak sepanjang 23,4 Km tanpa hambatan.
Budi melanjutkan, keberanian kedua yang dilakukan pemerintah adalah masa uji coba operasional LRT terlalu cepat sehingga belum optimal digunakan.
Menurut dia, dibandingkan proyek MRT Jakarta yang masa pengujian (commissioning) bisa mencapai enam bulan, proyek LRT Palembang hanya menjalani pengujian dua minggu.
"Bukan saya excuse, Ini kami ditarget operasional 2018. Saya memberanikan diri mendorong teman-teman agar `commissioning` dua minggu. Teman-teman menolak tapi saya bilang ini harus dilakukan," ujarnya.
Oleh karena itu, Budi meminta maaf kepada masyarakat atas beberapa masalah yang terjadi.
Ia mengakui berdasarkan identifikasi sementara, dua mogok pertama terjadi karena ada kesalahan standar operasional prosedur (SOP) dan mogok ketiga terjadi karena alasan teknis.
"Oleh karena itu, saya sudah tugaskan kepada semua pemangku kepentingan baik Kemenhub, Waskita, LEN, INKA, untuk benar-benar menjaga semua instalasi dengan baik. Insya Allah bisa berjalan dengan baik dan tidak ada kejadian seperti itu," pungkasnya.
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Yulaika Ramadhani